Palembang (ANTARA News) - Hari raya kurban merupakan suatu hari yang melambangkan cinta kasih, pengorbanan dan berbagi rasa antarsesama muslim sebagai tanda kepedulian dan ukhuwah islamiah yang mendalam.

"Banyak makna Idul Adha," kata Prof. Dr. H. Romli S.A., M.Ag yang bertindak sebagai khatib shalat Idul Adha 1432 Hijriah dalam khotbahnya di lingkungan Universitas Muhammadiyah Palembang.

Menurut dia, pada hari Idul Adha umat Islam memuji Allah dengan bertakbir, tahmid, dan tahlil keluar dari lubuk hati yang tulus dan ikhlas sebagai perwujudan jiwa tauhid tertanam kuat, tak seorang pun dapat menggoyahkannya.

Jiwa tauhid itu tidak bisa dinilai dengan harta dan kekayaan, tidak dapat diperjualbelikan, tetapi ia adalah nur ilahi yang memancarkan sinar kebenaran yang menembus kegelapan ruang dan waktu, katanya.

Ia mengatakan menjadi muslim dan mukmin yang sejati tidaklah cukup hanya rajin beribadah saja, tetapi juga sebagai muslim dan mukmin dituntut untuk mewujudkan kepedulian antarumat, saling berbagi rasa, dan kebahagian dengan mengeluarkan sebagian rezeki.

Pada zaman Rasulullah saw., tidak ada seorang pun fakir miskin yang kelaparan dan menadahkan tangan meminta-minta. Semuanya disantuni oleh Rasulullah, ujar dia.

Ia menyatakan, ajaran Rasulullah ini diikuti oleh para sahabat beliau, Abu Bakar, misalnya, salah seorang sahabat Nabi yang paling dekat beliau telah mengorbankan seluruh hartanya untuk kepentingan umat Isalam dan membantu fakir miskin baik selama di Mekkah maupun di Madinah.

Harta yang dikumpulkannya bertahun-tahun sebanyak 40.000 dirham semuanya disumbangkan untuk kepentingan umat Islam dan dakwah islamiah.

Ia menuturkan, pada hari ini merupakan kesempatan berharga bagi umat Islam untuk mengeluarkan sebagian rezeki yang diberikan Allah untuk berkurban dengan melakukan penyembelihan hewan ternak.

Hewan ternak, berupa kambing, sapi, dan sejenisnya untuk dibagikan dagingnya kepada fakir miskin yang mungkin mereka berbulan-bulan dan bahkan bertahun-tahun tidak pernah memakan daging, katanya.

"Kalau dilihat secara harfiah, apalah artinya sepotong daging kurban atau daging sebesar kepalan tinju ini. Namun, sesungguhnya makna di balik itu yang besar artinya," tutur dia.

Dengan sepotong daging tersebut dapat menjembatani beratus-ratus, bahkan beribu-ribu umat antara yang berkurban dengan fakir miskin yang membutuhkannya, demikian Romli.
(KR-SUS/M020)