Pasukan Kolombia bunuh pemimpin pemberontak FARC
5 November 2011 15:27 WIB
Jenazah pemimpin pemberontak dari Pasukan Bersenjata Revolusi Kolombia (FARC) Alfonso Suarez di provinsi Suarez, Cauca, Sabtu (5/11). Rakyat Kolombia menyambut gembira atas tewasnya pemimpin pemberontak FARC Alfonso Cano dan berharap kejadian yang menjadi pukulan berat bagi kelompok pemberontak terlama di Amerika Latin itu dapat menjadi akhir dari perang yang telah berlangsung selama hampir lima dekade. (FOTO ANTARA/REUTERS/Army Forces/Handout/ox/11.)
Bogota (ANTARA News/Reuters) - Pasukan Kolombia membunuh pemimpin pemberontak FARC, Alfonso Cano, dalam satu pertempuran, pukulan besar pada pemberontakan terlama di Amerika Latin, kata kementerian pertahanan negeri itu.
FARC, atau Angkatan Bersenjata Revolusioner Kolombia, tercerai berai dipukul akibat operasi militer dukungan Amerika Serikat yang dimulai tahun 2002 dan pemberontak yang lemah itu kehilangan sejumlah komandan penting dalam empat tahun belakangan ini.
Kematian Cano, yang mengambil alih kepemimpnian pemberontak itu setelah pendiri mereka tewas tahun 2008, adalah satu kemenangan penting bagi Presiden Juan Manuel Santos, yang berkuasa tahun lalu dan berjanji akan tetap mempertahankan sikap garis keras dalam menghadapi pemberontak.
Kematian Cano terjadi setelah terbunuhnya tahun lalu komandan militer penting FARC Nono Jojoy akibat pemboman dan serangan pada kampnya.
Serangan terhadap Cano menegaskan bagaimana militer Kolombia sekarang dapat menyerang para pemimpin pemberontak jauh di dalam pegunungan dan hutan-hutan.
Kendatipun tidak mungkin membawa satu perubahan untuk mengakhiri perang lima dasa warsa itu, kematian Cano itu akan semakin menghancurkan kemampuan kelompok pemberotak untuk menghimpun kembali kekuatan mereka dan mengkoordinasikan serangan-serangan besar.
Pernah menjadi satu kekuatan besar yang menguasai daerah-daerah luas Kolombia, FARC berada dalam titik terlemahnya dalam puluhan tahun belakangan ini.
Aksi kekerasan,ledakan bom dan peculikan yang terjadi dalam konflik itu menurun secara tajam karena pasukan Kolombia menggunakan informasi intelijen yang lebih baik, bantuan teknologi dan latihan AS untuk memerangi pemberontak itu.
Investasi asing di Kolombia meningkat sejak tindakan keras militer dimulai 2002,terutama dalam sektor minyak dan pertambangan.
Tetapi FARC dan kelompok-kelompok bersenjata lainnya tetap menimbulkan ancaman di daerah-daerah pedesaan di mana kehadiran pemerintah lemah dan perdagangan kokain merupakan penghasilan pemberontak untuk membiayai operasi-operasi mereka.
Pembelotan dan operasi-operasi militer telah menurunkan jumlah personil pemberontak menjadi sekitar 7.000 petempur, tetapi FARC bertahan selam lebih dari 40 tahun, dan masih memiliki kader para komandan berpengalaman tingkat menengah dan melancarkan taktik serang dan lari dan menyerang daerah-daerah pedesaan.
(Uu.H-RN/C003)
FARC, atau Angkatan Bersenjata Revolusioner Kolombia, tercerai berai dipukul akibat operasi militer dukungan Amerika Serikat yang dimulai tahun 2002 dan pemberontak yang lemah itu kehilangan sejumlah komandan penting dalam empat tahun belakangan ini.
Kematian Cano, yang mengambil alih kepemimpnian pemberontak itu setelah pendiri mereka tewas tahun 2008, adalah satu kemenangan penting bagi Presiden Juan Manuel Santos, yang berkuasa tahun lalu dan berjanji akan tetap mempertahankan sikap garis keras dalam menghadapi pemberontak.
Kematian Cano terjadi setelah terbunuhnya tahun lalu komandan militer penting FARC Nono Jojoy akibat pemboman dan serangan pada kampnya.
Serangan terhadap Cano menegaskan bagaimana militer Kolombia sekarang dapat menyerang para pemimpin pemberontak jauh di dalam pegunungan dan hutan-hutan.
Kendatipun tidak mungkin membawa satu perubahan untuk mengakhiri perang lima dasa warsa itu, kematian Cano itu akan semakin menghancurkan kemampuan kelompok pemberotak untuk menghimpun kembali kekuatan mereka dan mengkoordinasikan serangan-serangan besar.
Pernah menjadi satu kekuatan besar yang menguasai daerah-daerah luas Kolombia, FARC berada dalam titik terlemahnya dalam puluhan tahun belakangan ini.
Aksi kekerasan,ledakan bom dan peculikan yang terjadi dalam konflik itu menurun secara tajam karena pasukan Kolombia menggunakan informasi intelijen yang lebih baik, bantuan teknologi dan latihan AS untuk memerangi pemberontak itu.
Investasi asing di Kolombia meningkat sejak tindakan keras militer dimulai 2002,terutama dalam sektor minyak dan pertambangan.
Tetapi FARC dan kelompok-kelompok bersenjata lainnya tetap menimbulkan ancaman di daerah-daerah pedesaan di mana kehadiran pemerintah lemah dan perdagangan kokain merupakan penghasilan pemberontak untuk membiayai operasi-operasi mereka.
Pembelotan dan operasi-operasi militer telah menurunkan jumlah personil pemberontak menjadi sekitar 7.000 petempur, tetapi FARC bertahan selam lebih dari 40 tahun, dan masih memiliki kader para komandan berpengalaman tingkat menengah dan melancarkan taktik serang dan lari dan menyerang daerah-daerah pedesaan.
(Uu.H-RN/C003)
Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2011
Tags: