Kuta (ANTARA News) - Pelaku penyelundupan narkoba warga Negara asal Afrika Selatan melalui Bandara Internasional Ngurah Rai Bali mendominasi jumlah pelaku selama 2011.

Kepala Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea Cukai Ngurah Rai, I Made Wijaya, di Kuta, Sabtu, mengungkapkan bahwa pelaku kasus penyelundupan narkotika ke Bali tersebut kebanyakan berasal dari Afrika Selatan dibandingkan Australia, yang sebelumnya kerap melakukan aksi penyelundupan seperti kelompok "Bali Nine".

"Berdasarkan data yang kami miliki, tahun ini memang warga Afrika Selatan yang banyak melakukan penyelundupan narkoba berbagai macam jenis," katanya.

Data tahun 2011, terdapat empat orang warga Negara Afrika Selatan yang tertangkap di pintu kedatangan Bandara Internasional Ngurah Rai saat ketahuan membawa narkotika berbagai jenis, seperti sabu-sabu, ekstasi dan heroin.

"Barang yang diselundupkan pun ternilai sangat besar jumlahnya, apalagi jika dinilai dengan harga di pasar gelap yang mencapai miliaran rupiah," kata Wijaya.

Sementara itu, pelaku penyelundupan narkotika tahun 2011 dari negara lain seperti Malaysia, Prancis, Filipina, Jepang, Nigeria, Thailand, Uganda, dan Yunani terdapat satu pelaku dari masing-masing negara tersebut.

"Sebenarnya pelaku asal WNI sendiri juga lebih banyak, yakni tujuh orang, tetapi tertangkapnya para pelaku warga Indonesia merupakan hasil pengembangan petugas, baik dari Bea Cukai maupun dari Polda Bali untuk menangkap jaringan-jaringan narkoba yang akan menerima barang dari kurir tersebut," jelasnya.

Secara total keseluruhan para pelaku yang berhasil ditangkap dan digagalkan aksi penyelundupannya, di tahun 2011 para pelaku tersebut mengalami penurunan, dimana pada tahun 2011 total pelaku dari berbagai macam negara terdapat 19 orang pelaku.

Dibandingkan tahun 2010, total pelaku penyelundupan narkoba melalui Bandara Internasional Ngurah Rai terdapat sebanyak 24 orang pelaku.

"Dari tahun 2008 yang hanya satu orang pelaku saja, tetapi pada tahun 2009, sangat tampak sekali peningkatan jumlah pelakunya, yakni ada 11 orang," kata Wijaya. (*)