Mexico City (ANTARA) - Konflik di Ukraina siap melumpuhkan Uni Eropa (UE) dan mata uang bersamanya, euro, seperti yang diinginkan para pembuat kebijakan di Washington, demikian menurut sebuah artikel yang diterbitkan oleh harian Kuba, Granma, belum lama ini.

Menghadapi kejatuhan dirinya, Amerika Serikat (AS) sedang berupaya untuk menjatuhkan raksasa-raksasa global potensial lainnya dengan mendorong konflik yang tidak perlu dan menelan biaya tinggi yang berpotensi membawa konsekuensi politik dan ekonomi selama bertahun-tahun, demikian tulis pakar hubungan internasional sekaligus kolumnis Jorge Casals Llano dalam sebuah artikel bertajuk "Ukraina dalam strategi anti-Eropa dan deglobalisasi Amerika".
Seorang sukarelawan menemani warga dari Ukraina saat meninggalkan perbatasan di Medyka, Polandia, pada 28 Februari 2022. (Xinhua/Meng Dingbo


Para ahli strategi AS telah merencanakan krisis di Ukraina untuk "berupaya menghentikan kejatuhan imperialnya dan kemunculan kutub-kutub kekuatan yang mampu menantangnya perihal hegemoni global, termasuk Eropa," sebut sang pakar.

Semakin jelas bahwa Eropa tidak diuntungkan dan justru mengalami kerugian besar akibat konflik yang dimulai oleh Pakta Pertahanan Atlantik Utara (North Atlantic Treaty Organization/NATO) yang dipimpin AS, sebutnya.

Dalam menghadapi AS, "kita harus selalu mengingat frasa yang dikaitkan dengan John Foster Dulles... 'Amerika Serikat tidak memiliki teman, (negara) itu hanya memiliki kepentingan,'" ungkapnya.