Jakarta (ANTARA) - Selain menjadi jawaban untuk tren wisata alternatif, program desa wisata nyatanya mampu mendongkrak perekonomian daerah.

Merujuk pada Data Grab di tahun 2021, disebutkan bahwa kunjungan wisatawan di desa wisata di masa pandemi COVID-19 justru naik sebesar 30 persen yang berdampak pada terbukanya lapangan kerja dan peluang usaha baru. Selain itu, sektor pariwisata bisa menjadi alternatif ketahanan ekonomi Indonesia di masa pandemi.

Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf)/Kepala Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Sandiaga Salahudin Uno mendorong desa wisata mampu menghadirkan alternatif wisata yang menawarkan pengalaman (experience) yang unik bagi wisatawan melalui produk lokal dan atraksi daerah.

Hal itu dia sampaikan saat membuka acara Sosialisasi Sadar Wisata secara daring bagi lebih dari 800 pelaku pariwisata di 8 Desa Wisata, di wilayah Kabupaten Samosir, Sumatera Utara, Selasa (19/4).

Baca juga: 14 desa di Kota Batu ikuti Anugerah Desa Wisata Indonesia 2022

"COVID-19 berdampak signifikan khususnya bagi sektor pariwisata dan ekonomi kreatif. Kita perlu mendorong pariwisata berbasis kualitas yang menawarkan experience atau pengalaman unik yang membawa kenyamanan bagi para wisatawan. Desa Wisata menjadi salah satu alternatif wisata alam yang dapat menghadirkan keunikan, melalui ciri khas produk lokal dan atraksi daerah," kata Sandiaga dikutip dari siaran pers.

Ia berharap melalui Gerakan Sadar Wisata dan Sapta Pesona yang telah menjadi landasan pembangunan sektor kepariwisataan selama ini dapat terus dikedepankan dengan standar industri pariwisata melalui tiga elemen yakni, Sapta Pesona, Pelayanan Prima dan CHSE atau penerapan protokol kesehatan berbasis Cleanliness (Kebersihan), Health (Kesehatan), Safety (Keamanan), dan Environment Sustainability (Kelestarian Lingkungan).

"Saya berkali-kali ke Samosir dan merasakan keindahan alamnya jadi mari kita lengkapi dengan pelayanan prima. Saya mengapresiasi inovasi, adaptasi, dan kolaborasi seluruh stakeholder pariwisata yang dengan prinsip 3 G, Gercep (Gerak Cepat), Geber (Gerak Bersama) dan Gaspol (Gali Semua Potensi Online) bekerja sama membangkitkan kembali pariwisata dan ekonomi kreatif di Indonesia," kata Sandiaga.

Acara sosialisasi yang berlangsung di Kabupaten Samosir, Sumatera Utara, selama dua hari pada tanggal 19 dan 20 April 2022, meliputi delapan desa wisata yaitu Desa Simanindo, Desa Huta Siallagan, Desa Tuk Tuk Siadong, Desa Thomok Parsaoran, Desa Situngkir, Desa Siogungogung, Desa Huta Tinggi dan Desa Lumban Suhi-Suhi Toruan.

Peserta sosialisasi terdiri dari para pelaku pariwisata mulai dari pengelola homestay, pedagang kuliner, penjual suvenir, pemilik sanggar seni budaya, pemilik kapal dan pekerja garda depan kunjungan wisatawan ke Kabupaten Samosir.

Baca juga: Kemenparekraf dan OYO kolaborasi digitalisasi desa wisata
Sangat penting meraih kepercayaan wisatawan melalui Prinsip Sapta Pesona, CHSE dan Pelayanan Prima melalui kegiatan seperti Sosialisasi Sadar Wisata guna mempersiapkan masyarakat di sekitar destinasi termasuk desa atau kampung wisata dalam menyambut pengunjung, agar mendapatkan pengalaman berkesan.

"Untuk memperkuat model pengelolaan desa wisata saat ini harus dapat mempertahankan kearifan lokal dan menawarkan pengalaman holistik alias menyeluruh dengan pilihan aktivitas wisata yang memberi pengalaman otentik dan nilai nilai budaya setempat agar para wisatawan merasa betah dan mau berkunjung kembali," kata Deputi Bidang Sumber Daya dan Kelembagaan Kemenparekraf RI, Frans Teguh.

Frans menegaskan harapan untuk terus dapat berkolaborasi dalam membangun komitmen dan kredibilitas daerah wisata, sehingga pengunjung merasa nyaman, aman dan percaya.

“Kita ingin benar-benar menghadirkan standar pelayanan yang baik melalui penyediaan fasilitas wisata dan SOP yang memadai dari destinasi wisata yang dikunjungi,” tambahnya.

Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Samosir Teti Naibaho mengakui manfaat kegiatan sosialisasi bagi daerahnya.

Menurut Teti acara seperti itu mampu menyegarkan kembali pengetahuan warga di Kabupaten Samosir di masa pemulihan sektor pariwisata khususnya dalam melayani kunjungan wisatawan yang meliputi unsur unsur Sapta Pesona, Pelayanan Prima dan CHSE.

Baca juga: Kemenparekraf targetkan 3.000 peserta ikuti ADWI 2022

Meski sektor pariwisata telah banyak mendatangkan Pendapatan Asli Daerah (PAD), Teti berpendapat bahwa banyak pelaku pariwisata di Samosir yang belom menggali potensinya secara maksimal dalam pelayanan terhadap wisatawan yang berkunjung, baik dari sisi jumlah maupun kapasitasnya.

Sementara itu, hingga saat ini Kabupaten Samosir telah memiliki 54 desa wisata, 310 homestay, 65 pengelola sanggar wisata dan budaya, 20 situs budaya yang telah menjadi obyek wisata, dan juga mengembangkan 8 destinasi wisata pantai.

Tak mandeg sampai di situ, sosialisasi untuk membangkitkan kesadaran wisata hendaknya dilaksanakan secara berkelanjutan, dan menyeluruh, misalnya meliputi pelatihan terkait potensi produk pariwisata, kewirausahaan dan pelatihan bidang pariwisata lain yang nantinya bakal melahirkan local champion atau penggerak dalam pengembangan di desa wisata masing-masing.

Dimulai pertengahan Maret 2022 lalu di Lombok, Nusa Tenggara Barat, kegiatan sosialisasi merupakan bagian dari rangkaian Kampanye Sadar Wisata yang akan berlangsung di 65 desa wisata dari enam Destinasi Prioritas Pariwisata (DPP) Indonesia selama tahun 2022-2023, yang meliputi Lombok (Nusa Tenggara Barat), Danau Toba (Sumatera Utara), Borobudur-Yogyakarta-Prambanan (Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta), Bromo-Tengger-Semeru (Jawa Timur), Taman Nasional Wakatobi (Sulawesi Tenggara); dan Labuan Bajo/Taman Nasional Komodo (Nusa Tenggara Timur).

Baca juga: Sandi: Pengembangan SDM jadi hambatan paling banyak dialami pokdarwis

Baca juga: Sandiaga: Zona 5 di ADWI 2022 berpotensi lahirkan desa wisata unggulan

Baca juga: Sandiaga ajak lebih banyak desa wisata Indonesia timur ikut ADWI 2022