Jakarta (ANTARA) - Analis Proyek Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) Kementerian Keuangan Wawan Sugiyanto mengatakan pendanaan ramah lingkungan memiliki potensi sangat besar untuk dikembangkan.

"Terkait seberapa besar potensinya, ini sangat besar, karena ini terkait masa depan kita, agar anak cucu kita diwariskan bumi yang kualitasnya tidak menurun," kata Wawan dalam webinar "Optimalisasi Green Finance untuk Sustainable Development" yang dipantau di Jakarta, Selasa.

Adapun Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencapai potensi pendanaan ramah lingkungan di Indonesia bisa mencapai Rp800 triliun.

Untuk mengoptimalkan potensi pendanaan tersebut Wawan mengatakan masyarakat perlu terus diedukasi untuk menyadari pentingnya keberlanjutan bumi.

"Karena pemerintah sudah ciptakan fasilitas dan lain sebagainya, tapi kalau di ujungnya masyarakat yang besar ini tidak mengubah perilaku mereka, ini akan terpengaruh," katanya.

Ekonom Senior Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Aviliani menambahkan bahwa saat ini investor dari luar negeri lebih memilih berinvestasi pada pendanaan ramah lingkungan.

Di samping itu, konsumen milenial di negara-negara berkembang juga lebih memperhatikan isu lingkungan sehingga mereka lebih memilih membeli produk-produk yang ramah lingkungan atau dihasilkan dari pendanaan ramah lingkungan.

"Jadi dari investor dan demand produk itu tinggi, tinggal bagaimana kita memanfaatkan itu. Apalagi negara maju membutuhkan tempat untuk uang mereka, salah satunya di negara berkembang seperti Indonesia," ucapnya.

Baca juga: Skema pembiayaan iklim bisa menjadi sumber dana untuk transisi energi

Baca juga: ADB tingkatkan ambisi pembiayaan iklim menjadi 100 miliar dolar AS