Jakarta (ANTARA) - Indonesia Cyber Education (ICE) Institute menggandeng sejumlah mitra baru yang berasal dari dalam dan luar negeri yang bertujuan menyediakan pembelajaran berkualitas.
"ICE Institute yang merupakan 'market place' pembelajaran dalam jaringan yang sudah beroperasi sejak Juli 2021. Kami terus berupaya menyediakan pembelajaran yang berkualitas melalui ICE Institute, " ujar Direktur ICE Institute Prof Paulina Pannen dalam perjanjian kerja sama dengan sejumlah mitra baru yang dipantau di Jakarta, Selasa.

Sejumlah mitra baru tersebut yakni International Centre For Higher Education Innovation Under The Auspices of UNESCO (UNESCO-ICHEI), Institut Teknologi Bandung (ITB), Politeknik Sahid, dan Lentera Nusantara.

Kerja sama dengan UNESCO-ICHEI, ICE Institute menjadi tonggak baru bahwa Indonesia mempunyai perwakilan pendidikan inklusif dari UNESCO dan ICE Institute menjadi pelaksananya.

Baca juga: ICE Institute luncurkan program mikrokredensial pengembangan gim
Sedangkan dengan Institut Teknologi Bandung (ITB) dan Lentera Nusantara lebih pada pengembangan program "microcredensial game developer", yang akan menyiapkan "digital talent" Indonesia dalam mengembangkan "gim local" Indonesia untuk berkembang pada tingkat global.

Adapun dengan Politeknik Sahid, kolaborasi tersebut terkait penyedia dan pengguna layanan pada platform ICE Institute, terutama dalam bentuk ketersediaan mata kuliah daring berkualitas di bidang kepariwisataan.

"Kami sangat senang dengan kerja sama bersama mitra baru," kata dia.

Kerja sama tersebut diharapkan dapat meningkatkan kapasitas para dosen dan tenaga kependidikan terutama pada bidang digital teknologi.

Baca juga: ICE Institute gunakan teknologi yang terhubung dengan penyedia kerja
Plt Dirjen Diktiristek Kemendikbudristek Prof Nizam mengatakan pada awalnya ICE Institute merupakan proyek kolaborasi bersama dengan 15 perguruan tinggi. Seiring dengan perkembangannya, jumlah mitra tersebut terus meningkat.

"ICE Institute menyediakan pembelajaran daring dengan mata kuliah yang mampu merespons kebutuhan Revolusi Industri 4.0 dan Society 5.0," kata Nizam.

Rektor Universitas Terbuka Prof Ojat Darojat mengatakan kerja sama dengan mitra baru tersebut dapat memperkuat pembelajaran daring pada jenjang internasional.

"Pada semester ini, ICE Institute menyediakan sebanyak 297 kursus dari konsorsium ICE Institute dan 1.527 kursus EdX dan 60 kursus dari XuetangX. Sementara jumlah peserta sebanyak 7.125 mahasiswa dari 96 kampus di Tanah Air, " kata Ojat.

Baca juga: Pemerintah berikan beasiswa bagi mahasiswa di ICE Institute
ICE Institute merupakan "market place" pembelajaran dalam jaringan, menyediakan mata kuliah berkualitas dari dalam dan luar negeri yang disajikan dalam situs icei.ac.ut, di samping juga mengembangkan Program Microcredential Game Developer merupakan bagian dari program Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) yang berkolaborasi dengan 10 perguruan tinggi antara lain Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS), Universitas Pelita Harapan (UPH), Universitas Gadjah Mada (UGM), Institut Teknologi Bandung (ITB), Universitas AMIKOM Yogyakarta, Universitas Telkom, Universitas Indonesia (UI), Universitas Pradita, Universitas Bina Nusantara (Binus), dan Universitas Terbuka (UT).