Jakarta (ANTARA) - Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia memprediksikan ekonomi Indonesia triwulan I-2022 akan tumbuh sekitar 4,5 persen sampai 5,5 persen didorong oleh beberapa faktor seperti naiknya konsumsi hingga net ekspor atau ekspor bersih yang yang besar.

“Kami prediksikan di triwulan I-2022 ini pertumbuhan ekonomi kita antara 4,5 persen sampai 5 persen,” kata Direktur Eksekutif CORE Indonesia Mohammad Faisal dalam acara CORE Quarterly Review 2022 di Jakarta, Selasa.

Faisal menuturkan salah satu faktor pendorong prediksi pertumbuhan ini adalah adanya konsumsi rumah tangga yang lebih signifikan dibanding periode-periode sebelumnya seperti perlambatan pada triwulan III-2021.

Menurut dia, dampak konsumsi rumah tangga pada triwulan I tahun ini lebih terasa seiring aktivitas masyarakat yang semakin pulih akibat pelonggaran kebijakan pembatasan mobilitas.

“Di triwulan I-2022 sudah lebih milld dampaknya pada konsumsi rumah tangga walau belum full swing,” ujarnya.

Faktor lainnya adalah ekspor yang telah menjadi penyumbang utama ekonomi sejak semester II-2021 dengan pertumbuhan ekspor triwulan I-2022 sebesar 35 persen (yoy) meliputi sektor industri tumbuh 30 persen (yoy) serta pertambangan dan lainnya 79 persen (yoy).

Tak hanya itu, faktor lain yang mendorong pertumbuhan triwulan I-2022 adalah adanya low base effect mengingat ekonomi triwulan I-2021 terkontraksi 0,7 persen.

Sementara untuk keseluruhan tahun 2022, Faisal memproyeksikan pertumbuhan ekonomi sebesar 4 persen sampai 5 persen yang masih tetap didorong oleh konsumsi dan ekspor.

Meski demikian, ia mengingatkan bahwa kondisi pemulihan yang belum sepenuhnya terjadi membutuhkan upaya lebih berat dalam mencapai pertumbuhan 5 persen.

Menurutnya, pemerintah juga perlu memperhatikan tingkat inflasi yang jika melonjak akan mempengaruhi daya beli masyarakat khususnya kelas menengah ke bawah sehingga berdampak pada pertumbuhan ekonomi.

“Kalau kondisi ini belum full swing, ini kemungkinan untuk mencapainya lebih susah. Jadi perlu diperhatikan dorongan inflasi ke depan,” kata Faisal.