RI kedepankan persamaan pandangan anggota G20 dalam reformasi WTO
19 April 2022 15:07 WIB
Tangkapan layar - Direktur Jenderal Perundingan Perdagangan Internasional Kementerian Perdagangan Djatmiko Bris Witjaksono. ANTARA/Youtube.
Jakarta (ANTARA) - Direktur Jenderal Perundingan Perdagangan Internasional Kementerian Perdagangan (Kemendag) Djatmiko Bris Witjaksono menyampaikan Indonesia akan mengedepankan persamaan pandangan antar-anggota G20 dalam proses reformasi Organisasi Perdagangan Dunia (WTO).
"Hal ini diharapkan akan menjadi panduan penting bagi organisasi perdagangan dunia tersebut dalam menentukan dan mempercepat langkah-langkah perbaikan ke depan yang pada akhirnya akan memperkuat dan meningkatkan kepercayaan terhadap sistem perdagangan multilateral serta akselerasi pemulihan ekonomi," kata Djatmiko kepada Antara di Jakarta, Selasa.
Djatmiko memaparkan dalam reformasi wTO dan penguatan sistem perdagangan multilateral, Indonesia memandang saat ini dunia sedang dihadapkan kepada intersecting crises antara ekonomi, lingkungan, perubahan iklim dan kesehatan, dimana hal ini menghambat proses pencapaian Target Sustainable Development Goals (SDGs) 2030.
Untuk itu, lanjutnya, sistem perdagangan multilateral yang terbuka, adil, transparan, dan non-diskriminatif dengan WTO sebagai pusatnya tentunya memegang peran sentral dalam penanganan krisis dan berkontribusi untuk mencapai target pembangunan berkelanjutan.
Baca juga: Mendag: Reformasi WTO diperlukan untuk hadapi tantangan global
Djatmiko menambahkan sejak Presidensi G20 Jepang pada 2019, reformasi WTO menjadi isu yang selalu dibahas atau long-standing issue yang sampai dengan Presidensi Indonesia saat ini tetap kembali dilanjutkan untuk dibahas dalam forum G20.
Menurutnya, WTO merupakan satu-satunya organisasi internasional yang menangani seluruh isu dalam sistem perdagangan multilateral.
Forum G20, di mana anggotanya juga adalah anggota WTO, berperan dalam memberikan dorongan politis (political guidance) untuk menyelesaikan permasalahan di WTO yang tidak berjalan dengan baik, di mana tiga fungsi utama WTO, yaitu negosiasi, monitoring, dan penyelesaian sengketa.
"Forum G20 sejak 2019 telah menghasilkan berbagai outcome document dalam bentuk statement maupun deliverables terkait reformasi WTO, namun belum mampu membawa WTO mengatasi berbagai tantangan yang ada," pungkas Djatmiko.
Baca juga: Indonesia berkomitmen dorong reformasi WTO
"Hal ini diharapkan akan menjadi panduan penting bagi organisasi perdagangan dunia tersebut dalam menentukan dan mempercepat langkah-langkah perbaikan ke depan yang pada akhirnya akan memperkuat dan meningkatkan kepercayaan terhadap sistem perdagangan multilateral serta akselerasi pemulihan ekonomi," kata Djatmiko kepada Antara di Jakarta, Selasa.
Djatmiko memaparkan dalam reformasi wTO dan penguatan sistem perdagangan multilateral, Indonesia memandang saat ini dunia sedang dihadapkan kepada intersecting crises antara ekonomi, lingkungan, perubahan iklim dan kesehatan, dimana hal ini menghambat proses pencapaian Target Sustainable Development Goals (SDGs) 2030.
Untuk itu, lanjutnya, sistem perdagangan multilateral yang terbuka, adil, transparan, dan non-diskriminatif dengan WTO sebagai pusatnya tentunya memegang peran sentral dalam penanganan krisis dan berkontribusi untuk mencapai target pembangunan berkelanjutan.
Baca juga: Mendag: Reformasi WTO diperlukan untuk hadapi tantangan global
Djatmiko menambahkan sejak Presidensi G20 Jepang pada 2019, reformasi WTO menjadi isu yang selalu dibahas atau long-standing issue yang sampai dengan Presidensi Indonesia saat ini tetap kembali dilanjutkan untuk dibahas dalam forum G20.
Menurutnya, WTO merupakan satu-satunya organisasi internasional yang menangani seluruh isu dalam sistem perdagangan multilateral.
Forum G20, di mana anggotanya juga adalah anggota WTO, berperan dalam memberikan dorongan politis (political guidance) untuk menyelesaikan permasalahan di WTO yang tidak berjalan dengan baik, di mana tiga fungsi utama WTO, yaitu negosiasi, monitoring, dan penyelesaian sengketa.
"Forum G20 sejak 2019 telah menghasilkan berbagai outcome document dalam bentuk statement maupun deliverables terkait reformasi WTO, namun belum mampu membawa WTO mengatasi berbagai tantangan yang ada," pungkas Djatmiko.
Baca juga: Indonesia berkomitmen dorong reformasi WTO
Pewarta: Sella Panduarsa Gareta
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2022
Tags: