Kehadiran Portugis di Tanah Timor dikenang
Oleh Ade P Marboen
3 November 2011 19:34 WIB
Anak-anak di Kabupaten Belu, NTT, merupakan pewaris kebudayaan setempat yang banyak juga dipengaruhi kehadiran Portugis pada masa lalu. (FOTO ANTARA/Ade P Marboen)
Kupang, NTT (ANTARA News) - Kerajaan Liurai Waehali yang berpusat di Builaran, Kecamatan Sasitamean, Kabupaten Belu, NTT, segera menggelar upacara mengenang ekspansi dan kehadiran Portugis di Pulau Baramataus atau Pulau Timor.
Kepulauan di Provinsi NTT terdiri dari dua barisan utama, barisan Pulau Flores dari Labuan Bajo hingga Alor dan Solor; serta barisan Pulau Timor dari Pulau Sabu hingga Pulau Jaco dan Pulau Wetar. Kedua barisan kepulauan kaya hasil bumi dan cendana itulah yang menjadi rebutan penjajah Belanda dan Portugis.
Kehadiran mereka berdua pada saat yang hampir bersamaan menghasilkan tinggalan-tinggalan budaya yang terakulturasi sedemikian rupa hingga kini. Paling tidak, warisan itu masih terus dikenang dalam kerangka kekayaan budaya nasional Indonesia.
Kegiatan yang akan digelar pada 11 November 2011 mendatang itu, berpusat di Builaran, satu kerajaan tua di Pulau Timor dan akan menghadirkan keluarga besar yang memiliki hubungan dengan Portugis yakni Likusai, Laran dan Larantuka.
"Semua keluarga besar yang masuk dalam kelompok kerjaan Builaran akan hadir dalam acara tersebut," kata Ketua Yayasan Purnama Kasih, Aryanto Ludoni, selaku pemrakarsa pelaksanaan kegiatan di Kupang, Kamis.
Menurut dia, hubungan baik antara Kerajaan Liurai Waehali dan kerajaan-kerajaan lain di NTT dengan Portugis cukup baik di bidang pendidikan dan perdagangan.
Dimensi kebaikan itu harus tetap dibina karena Portugis juga meninggalkan sejumlah sarana bersejarah seperti tongkat yang bertuliskan Don Alenseo Waehali. Gelar don merupakan gelar yang terhormat, baik itu di Portugis ataupun di Pulau Timor.
"Kita perlu satukan tindakan dalam mengenang nilai-nilai sejarah yang telah ditanamkan para leluhur," kata dia.
Perayaan mengenang 500 tahun atau lima abad hubungan baik dengan Portugis itu, lanjut Ludoni, sebagai bentuk perayaan yang menampilkan adanya kesetiaan para leluhur dan keturunannya yang masih setia tinggal di rumah-rumah yang jauh dari keramaian.
Selain itu, juga masih sangat setia terhadap nilai-nilai sejarah yang diwariskan para leluhur. Saat ini, kata dia, keturunan raja yang tinggal dan mewaisi kerajaan Liurai Waehali di Builaran sebanyak 15 keturunan.
Kegiatan tersebut mengambil tema Pendidikan Sejarah dan Multibudaya Menuju Indonesia Jaya, dengan tujuan mendukung kebesaran bangsa Indonesia, selain mengenang perjalanan Bung Karno dari Builaran
"Kami berpesan, siapa yang merasa masih memiliki keterikatan dan keturunan Waehali yang tunduk pada Liurai, hadir pada puncak kegiatan pada 11 November 2011 mendatang," ajak Ludoni.
Ia menambahkan, pada puncak kegiatan akan dilakukan ritual seremoni dengan doa sakral memberkati bibit tanaman untuk ditanam di musim tanam tahun ini.
Doa tersebut dimaksudkan agar bibit tersebut dapat tumbuh untuk menjawabi musim paceklik yang melanda para petani.
"Ini berangkat dari suatu keyakinan, bahwa kegiatan luhur tersebut membawa hasil yang maksimal," kata Ludoni. Dia berharap, kegiatan ini membuka jalan bagi kesuksesan dan keberhasilan usaha petani, karena diberkati oleh Liurai Sonbai Maromak.
Leluhur kata dia diyakini sebagai pelindung dan penjaga keturunan kerajaan hingga saat ini. (ANT)
Kepulauan di Provinsi NTT terdiri dari dua barisan utama, barisan Pulau Flores dari Labuan Bajo hingga Alor dan Solor; serta barisan Pulau Timor dari Pulau Sabu hingga Pulau Jaco dan Pulau Wetar. Kedua barisan kepulauan kaya hasil bumi dan cendana itulah yang menjadi rebutan penjajah Belanda dan Portugis.
Kehadiran mereka berdua pada saat yang hampir bersamaan menghasilkan tinggalan-tinggalan budaya yang terakulturasi sedemikian rupa hingga kini. Paling tidak, warisan itu masih terus dikenang dalam kerangka kekayaan budaya nasional Indonesia.
Kegiatan yang akan digelar pada 11 November 2011 mendatang itu, berpusat di Builaran, satu kerajaan tua di Pulau Timor dan akan menghadirkan keluarga besar yang memiliki hubungan dengan Portugis yakni Likusai, Laran dan Larantuka.
"Semua keluarga besar yang masuk dalam kelompok kerjaan Builaran akan hadir dalam acara tersebut," kata Ketua Yayasan Purnama Kasih, Aryanto Ludoni, selaku pemrakarsa pelaksanaan kegiatan di Kupang, Kamis.
Menurut dia, hubungan baik antara Kerajaan Liurai Waehali dan kerajaan-kerajaan lain di NTT dengan Portugis cukup baik di bidang pendidikan dan perdagangan.
Dimensi kebaikan itu harus tetap dibina karena Portugis juga meninggalkan sejumlah sarana bersejarah seperti tongkat yang bertuliskan Don Alenseo Waehali. Gelar don merupakan gelar yang terhormat, baik itu di Portugis ataupun di Pulau Timor.
"Kita perlu satukan tindakan dalam mengenang nilai-nilai sejarah yang telah ditanamkan para leluhur," kata dia.
Perayaan mengenang 500 tahun atau lima abad hubungan baik dengan Portugis itu, lanjut Ludoni, sebagai bentuk perayaan yang menampilkan adanya kesetiaan para leluhur dan keturunannya yang masih setia tinggal di rumah-rumah yang jauh dari keramaian.
Selain itu, juga masih sangat setia terhadap nilai-nilai sejarah yang diwariskan para leluhur. Saat ini, kata dia, keturunan raja yang tinggal dan mewaisi kerajaan Liurai Waehali di Builaran sebanyak 15 keturunan.
Kegiatan tersebut mengambil tema Pendidikan Sejarah dan Multibudaya Menuju Indonesia Jaya, dengan tujuan mendukung kebesaran bangsa Indonesia, selain mengenang perjalanan Bung Karno dari Builaran
"Kami berpesan, siapa yang merasa masih memiliki keterikatan dan keturunan Waehali yang tunduk pada Liurai, hadir pada puncak kegiatan pada 11 November 2011 mendatang," ajak Ludoni.
Ia menambahkan, pada puncak kegiatan akan dilakukan ritual seremoni dengan doa sakral memberkati bibit tanaman untuk ditanam di musim tanam tahun ini.
Doa tersebut dimaksudkan agar bibit tersebut dapat tumbuh untuk menjawabi musim paceklik yang melanda para petani.
"Ini berangkat dari suatu keyakinan, bahwa kegiatan luhur tersebut membawa hasil yang maksimal," kata Ludoni. Dia berharap, kegiatan ini membuka jalan bagi kesuksesan dan keberhasilan usaha petani, karena diberkati oleh Liurai Sonbai Maromak.
Leluhur kata dia diyakini sebagai pelindung dan penjaga keturunan kerajaan hingga saat ini. (ANT)
Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2011
Tags: