Jakarta (ANTARA News) - Mereka bergumul dengan tanah, dibedaki debu. Kotor mengakrabi mereka. Kadang diguyur air hujan yang deras menghantam tubuh mereka, tapi lebih sering dibakar panasnya udara Jakarta, atau gabungan dari keduanya.
Anda mungkin segan mendekatinya, sekali pun setiap pagi dan sore Anda melewati mereka. Setidaknya jika Anda sang pelewat setia Jalan Sudirman di kawasan Senayan di mana gorong-gorong saluran air tengah dikerjakan.
Di situlah mereka, para pekerja dekil itu, bekerja.
Tapi tahukah Anda, para pekerja yang mungkin Anda lebih senang menyebutnya dengan 'kuli bangunan' ini bisa sama kritisnya dengan Anda dalam memandang bagaimana semestinya ibukota ini ditata, setidaknya dari pembangunan dan penataan sistem drainase untuk mana mereka bekerja?
Rabu kemarin, seharian, ANTARA menemui mereka, menggali tahu apa yang bisa mereka bagi sebagai orang terdepan dalam membuat penangkal banjir kepada kita, masyarakat yang juga biasa seperti mereka.
Rehabilitasi gorong-gorong di sepanjang ruas jalan Jenderal Sudirman ini telah dimulai sejak awal Oktober lalu. Katanya, untuk menangkal banjir yang kerap melanda kawasan jalan protokol tersebut.
Namun banyak orang yang mengkhawatirkan efektifitas sistem drainase yang baru itu.
Alih-alih memperbaiki saluran air yang telah mampet, Dinas Pekerjaan Umum DKI Jakarta malah membangun sistem drainase baru yang langsung berada di bawah jalan aspal, di sepanjang Bundaran Senayan hingga Kali Krukut.
Konsekuesninya Anda tahu sendiri kan? Lalu lintas di sepanjang jalan itu, macet luar biasa, apalagi begitu sore dan hujan menyapa Jakarta.
Ternyata bukan pengguna jalan seperti Anda saja yang terganggu oleh proyek yang agak mendadak itu. Pekerja proyek itu sendiri meragukan efektifitas saluran air baru itu.
"Saya sendiri tidak tahu bagaimana proses perencanaan awalnya, yang pasti semuanya harus selesai pada 5 November mendatang," kata Susilo (33), seorang pekerja asal Purwodadi yang sudah 42 hari bekerja di proyek tersebut.
Sementara Anas Mufli (33), pekerja proyek asal Pekalongan yang berpengalaman dalam pekerjaan konstruksi dan lapangan, melihat keterburu-buruan pada pengerjaan proyek di jalan Jenderal Sudirman itu.
Memang mereka tak harus tahu semuanya, lagi pula mereka umumnya tak begitu ambil pusing dengan standar kualitas bangunan yang diinginkan Dinas PU Pemda DKI.
"Itu urusan kontraktor dan mandor, kita kan tinggal kerja saja," kata Susilo yang pernah terlibat pengerjaan proyek ruas jalan di kawasan Tanjung Priok dan pembangunan apartemen Ciputra itu.
"Kalau mau serius untuk menangkal banjir kenapa tidak dibangun dari jauh-jauh hari ya? Sekarang kan sudah masuk musim hujan, pekerja pun dibikin susah kalo diburu-buru begini," sambungnya.
Sebagian para pekerja ini ikut bingung dengan keputusan membangun sistem drainase baru di atas ruas jalan, bukan memperbaiki saluran lama.
"Baru kali ini saya mengerjakan proyek saluran air yang memakan badan jalan, biasanya kan di bawah trotoar," kata Susilo.
Begitu ya? Terang saja bikin macet.
Para pekerja ini hanya menerima instruksi para mandor. Pengerjaannya sendiri dilakukan serempak agar proyek selesai sesuai target penyelesaian.
"Tidak ngerti saya sistemnya, pokoknya kerja dan laporan ke mandor saja. Nanti mandor yang bertanggungjawab kepada pihak kontraktor," kata Anas Mufli.
Anas menerangkan, dia dan kawan-kawannya yang lain hanya menangani pembangunan gorong-gorong. Lalu, saat penggalian jalan dan pengaspalan, mengutip Anas, akan ditangani pekerja dengan spesialis berbeda.
"Sebelum dibangun gorong-gorongnya kan digali dulu dengan alat berat, awalnya disuntik dulu di tiga titik supaya pada saat penggalian tidak terkena kabel atau pipa air yang ada di bawah jalan," papar Anas.
Senin lalu, Wakil Kepala Dinas PU DKI Jakarta Novizal mengungkapkan pengerjaan proyek gorong-gorong itu sudah mencapai 60 persen dari target penyelesaian. Jika selesai sebelum SEA Games, jalanan akan langsung diaspal.
Namun jika aspal belum kering juga, maka jalan akan dilapis pelat baja sehingga kendaraan tidak menyentuh aspal.
Untuk soal ini, Dinas PU DKI Jakarta menyiapkan 500 lembar pelat baja untuk menutup hasil pengerjaan galian gorong-gorong itu.
Anas, Susilo, dan banyak lagi dari kuli-kuli ini punya sedikit saran untuk kita, warga Jakarta, mengenai bagaimana Jakarta seharusnya dipelihara agar tidak mampet.
Mereka menyebut keproaktifan masyarakat adalah justru kunci penyelesaian problema-problema publik di Jakarta, termasuk sistem antibanjir yang tengah mereka bangun.
Kata mereka, peran aktif warga Jakarta dan pengguna jalan justru solusi paling ampuh mengatasi banjir.
Sebagus apapun perencanaan kota --ini kata mereka-- gotong royong warga dan kepedulian lingkungan dari masyarakat adalah hal utama dalam menangkal banjir.
"Andai warga Jakarta yang di perumahan itu mau kerja bakti seminggu sekali membersihkan saluran airnya," kata Jamal Saleh (42), seorang pekerja proyek yang juga asal Pekalongan.
Jamal melihat proyek rehabilitasi gorong-gorong di Senayan itu memang positif, tetapi warga Jakartalah yang menjadi pemain kuncinya.
"Sebagus apapun sistem drainasenya, kalau warganya tidak proaktif menjaga lingkungan ya percuma," kata Jamal.
Proyek rehabilitasi gorong-gorong kawasan Sudirman ini sendiri diharuskan selesai sebelum pelaksanaan SEA Games XXVI yang dibuka pada 11 November mendatang.
Namun untuk beberapa cabang olahraga, sepak bola misalnya, pertandingan penyisihan grup akan berlangsung mulai 3 November di Gelora Bung Karno, Senayan.
"Semoga saja selesai sebelum SEA Games, jadi jalannya tidak tambah macet," kata Jamal. (*)
Penangkal banjir yang bikin miris
Oleh Panji Pratama
3 November 2011 07:31 WIB
Para pekerja semakin terpacu waktu menyelesaikan proyek gorong-gorong di kawasan Senayan sebelum SEA Games XXVI dibuka pada 11 November. (ANTARA/Panji) (ANTARA/Panji)
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2011
Tags: