Baquba, Irak (ANTARA News) - Serangan-serangan bom dan penembakan di provinsi bergolak Diyala, sebelah utara Baghdad, menewaskan lima orang -- tiga prajurit dan dua anggota milisi penentang Al-Qaida, kata sejumlah pejabat, Senin.

Dalam serangan pada tengah malam waktu setempat (Senin pukul 04.00 WIB), bom pinggir jalan yang ditujukan pada patroli militer Irak di kota Saadiyah menewaskan seorang prajurit dan mencederai satu orang lain, kata seorang pejabat militer.

Ketika prajurit-prajurit bantuan datang ke lokasi kejadian untuk mengungsikan korban, sebuah bom lain meledak, menewaskan dua prajurit dan mencederai satu orang, kata pejabat itu.

"Kami menerima tiga mayat prajurit sekitar pukul 08.00 (pukul 12.00 WIB), dan setelah dua jam, militer datang dan membawa mereka," kata Mohammed Amin Abdullah, seorang dokter di rumah sakit Saadiyah.

Pasukan keamanan menutup lokasi ledakan dan kendaraan dilarang keluar-masuk kota tersebut.

Juga di Saadiyah, yang terletak di wilayah sengketa yang diklaim oleh pemerintah pusat di Baghdad dan kawasan otonomi Kurdi Irak, orang-orang bersenjata menyerang kantor partai politik Persatuan Patriotik Kurdistan, blok Presiden Irak Jalal Talabani.

Dua orang penjaga cedera dalam serangan tengah malam itu, kata pejabat militer yang tidak bersedia disebutkan namanya itu.

Di sebelah selatan Baquba, ibu kota provinsi Diyala, dua kakak-beradik anggota Sahwa, milisi penentang Al-Qaida, tewas ditembak oleh orang-orang bersenjata yang menyerang rumah mereka di kota Khan Beni Saad pada Senin pagi, kata seorang polisi.

Serangan-serangan itu merupakan yang terakhir dari rangkaian kekerasan yang meningkat lagi di Irak dan terjadi beberapa bulan menjelang penarikan penuh pasukan AS.

Ratusan orang tewas dalam gelombang kekerasan terakhir di Irak, termasuk sejumlah besar polisi Irak.

Sebanyak 185 orang Irak tewas dalam kekerasan pada September, menurut angka resmi, sementara 239 orang tewas pada Agustus.

Pada Juli, 259 orang Irak tewas dalam serangan-serangan, angka kematian tertinggi kedua pada 2011.

Juni merupakan bulan paling mematikan sepanjang tahun ini, dimana 271 orang Irak dan 14 prajurit AS tewas dalam serangan-serangan.

Sebanyak 211 orang tewas dalam kekerasan pada April, menurut data resmi, sementara pada Mei jumlah orang Irak yang tewas dalam kekerasan mencapai 177.

Meski kekerasan tidak seperti pada 2006-2007 ketika konflik sektarian berkobar mengiringi kekerasan anti-AS, sekitar 300 orang tewas setiap bulan pada 2010, dan Juli merupakan tahun paling mematikan sejak Mei 2008.

Militer AS menyelesaikan penarikan pasukan secara besar-besaran pada akhir Agustus 2010, yang diumumkannya sebagai akhir dari misi tempur di Irak, dan setelah penarikan itu jumlah prajurit AS di Irak menjadi sekitar 50.000. Sisa pasukan AS itu akan ditarik sepenuhnya pada akhir tahun ini.

Penarikan brigade tempur terakhir AS dipuji sebagai momen simbolis bagi keberadaan kontroversial AS di Irak, lebih dari tujuh tahun setelah invasi untuk mendongkel Saddam.

Namun, pasukan AS terus melakukan operasi gabungan dengan pasukan Irak dan gerilyawan Kurdi Peshmerga di provinsi-provinsi Diyala, Nineveh dan Kirkuk dengan pengaturan keamanan bersama di luar misi reguler militer AS di Irak.

Rangkaian serangan dan pemboman sejak pasukan AS ditarik dari kota-kota di Irak pada akhir Juni 2009 telah menimbulkan pertanyaan mengenai kemampuan pasukan keamanan Irak untuk melindungi penduduk dari serangan-serangan gerilya seperti kelompok militan Sunni Al-Qaida.

Gerilyawan yang terkait dengan Al-Qaida kini tampaknya menantang prajurit dan polisi Irak ketika AS mengurangi jumlah pasukan menjadi 50.000 prajurit pada 1 September 2010, dari sekitar 170.000 pada puncaknya tiga tahun lalu. (M014)