Prambanan rawan banjir lahar dingin
30 Oktober 2011 20:19 WIB
Sejumlah warga menyaksikan banjir lahar dingin aliran sungai Opak yang melewati jalan penghubung desa Wedomartani dan Nangsren, Klaten, Wedomartani, Argomulyo, Cangkringan, Sleman, DI Yogyakarta,Senin (28/2). (FOTO ANTARA/Wahyu Putro A)
Sleman, Yogyakarta (ANTARA News) - Kawasan bantaran Sungai Opak di Kecamatan Prambanan, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta rawan diterjang luapan banjir lahar dingin karena aliran sungai di wilayah tersebut belum dilakukan pengerukan.
"Alur Sungai Opak yang berhulu di Gunung Merapi, wilayah Prambanan belum dilakukan pengerukan sehingga ini sangat rawan terjadi luapan jika terjadi banjir lahar dingin," kata Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, Budi Antono, saat simulasi penanganan banjir di Cangkringan, Minggu.
Menurut dia, masyarakat di wilayah kawasan tersebut diharapkan untuk meningkatkan kewaspadaan pada musim hujan ini karena potensi banjir lahar dingin cukup tinggi.
"Material yang tertimbun di atas saat ini masih sangat banyak, dan jika terjadi hujan deras di puncak Gunung Merapi potensi banjir lahar dingin sangat tinggi," katanya.
Ia mengatakan, sedangkan untuk wilayah atas yakni sepanjang Kecamatan Cangkringan sampai Ngemplak sudah dilakukan pengerukan sepanjang delapan kilometer oleh Balai Besar Wilayah Sungai Serayu Opak (BBWSO).
"Harapannya luncuran material yang terbawa banjir lahar akan mengisi cerukan sepanjang delapan kilometer tersebut," katanya.
Sementara itu dalam simulasi penanganan dan penanggulangan banjir lahar dingin di Dusun Panggung, Kliwang dan Teplok, Desa Argomulyo, Kecamatan Cangkringan digambarkan terjadi hujan di puncak Merapi yang mengakibatkan banjir lahar Sungai Opak, Desa Argomulyo Cangkringan.
Tiga dusun yakni Panggung, Kliwang, Teplok porak poranda diterjang luapan air dan material lahar Merapi.
Lima orang mengalami patah tulang tertimpa benda keras saat berusaha menyelamatkan diri, satu warga Dusun Teplok Ponijo (48) terseret arus banjir lantaran arus banjir masuk lewat tengah kampung.
Aparat polisi, TNI, relawan SAR, Argo Merapi Community (AMS) dan pekerja medis memerintahkan warga untuk mengungsi. Tim SAR mengevakuasi korban patah tulang dan hanyut. Kemudian dibawa ke tempat aman menggunakan tandu sederhana dari bambu dan karung plastik. (ANT)
"Alur Sungai Opak yang berhulu di Gunung Merapi, wilayah Prambanan belum dilakukan pengerukan sehingga ini sangat rawan terjadi luapan jika terjadi banjir lahar dingin," kata Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, Budi Antono, saat simulasi penanganan banjir di Cangkringan, Minggu.
Menurut dia, masyarakat di wilayah kawasan tersebut diharapkan untuk meningkatkan kewaspadaan pada musim hujan ini karena potensi banjir lahar dingin cukup tinggi.
"Material yang tertimbun di atas saat ini masih sangat banyak, dan jika terjadi hujan deras di puncak Gunung Merapi potensi banjir lahar dingin sangat tinggi," katanya.
Ia mengatakan, sedangkan untuk wilayah atas yakni sepanjang Kecamatan Cangkringan sampai Ngemplak sudah dilakukan pengerukan sepanjang delapan kilometer oleh Balai Besar Wilayah Sungai Serayu Opak (BBWSO).
"Harapannya luncuran material yang terbawa banjir lahar akan mengisi cerukan sepanjang delapan kilometer tersebut," katanya.
Sementara itu dalam simulasi penanganan dan penanggulangan banjir lahar dingin di Dusun Panggung, Kliwang dan Teplok, Desa Argomulyo, Kecamatan Cangkringan digambarkan terjadi hujan di puncak Merapi yang mengakibatkan banjir lahar Sungai Opak, Desa Argomulyo Cangkringan.
Tiga dusun yakni Panggung, Kliwang, Teplok porak poranda diterjang luapan air dan material lahar Merapi.
Lima orang mengalami patah tulang tertimpa benda keras saat berusaha menyelamatkan diri, satu warga Dusun Teplok Ponijo (48) terseret arus banjir lantaran arus banjir masuk lewat tengah kampung.
Aparat polisi, TNI, relawan SAR, Argo Merapi Community (AMS) dan pekerja medis memerintahkan warga untuk mengungsi. Tim SAR mengevakuasi korban patah tulang dan hanyut. Kemudian dibawa ke tempat aman menggunakan tandu sederhana dari bambu dan karung plastik. (ANT)
Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2011
Tags: