Semarang (ANTARA) - Badan Perlindungan Pekerja Migran Indonesia (BP2MI) menggandeng sejumlah perguruan tinggi di daerah dalam mempersiapkan calon-calon pekerja migran memanfaatkan peluang bekerja di luar negeri yang terbuka lebar.


"Peluang dalam kompetisi persaingan global harus mampu dimanfaatkan dengan baik oleh lulusan kampus," kata Kepala BP2MI Benny Rhamdani saat memberikan kuliah umum dan dialog interaktif di Universitas Muhammadiyah Semarang, Jawa Tengah, Rabu.

Ia menjelaskan bahwa pekerja migran bukan hanya seseorang yang berprofesi sebagai asisten rumah tangga atau pegawai pabrik, namun juga pekerja dengan keahlian khusus, salah satunya adalah perawat di rumah sakit luar negeri.

"Tahu tidak, jika gaji tenaga kesehatan di Jerman itu Rp30-40 juta, kalau saya tahu dulu, saya juga akan kerja di sana," ujarnya pada acara yang dihadiri anggota Komisi IX DPR RI Edy Wuryanto dan Rektor Unimus Prof Masrukhi.

Dirinya juga menyinggung bagaimana peran Pekerja Migran Indonesia (PMI) bagi negara yang menyumbang devisa sebesar Rp156 triliun per tahun dan nominal itu hanya kalah dari sektor migas.

Benny menyebutkan undang-undang perlindungan pada PMI saat ini juga lebih kuat. Jika dulu pekerja migran hanya terlindungi dirinya sendiri dan hanya saat berada di luar negeri, maka kini melalui UU Nomor 18 Tahun 2017 tentang Perlindungan PMI, maka PMI diberikan perlindungan saat sebelum berangkat, saat di luar negeri maupun saat kembali, demikian juga dengan keluarganya.

Kendati demikian, menjelang tahun politik 2024, ia juga mengimbau agar berhati-hati dalam mengkonsumsi informasi karena seringkali muncul "gorengan politik" yang membenturkan dengan tenaga kerja asing yang ada di Indonesia.

"Ada yang menyebut banyak TKA, tenaga kerja asal China di sini, padahal jumlahnya hanya 24 ribu, sedangkan orang Indonesia yang bekerja di China daratan, di Hongkong 160 ribu, di Taiwan 280 ribu. Setop gorengan politik," katanya.

Benny menekankan perguruan tinggi mempersiapkan anak didiknya dengan baik dan bisa meraih "kue" sebagai pekerja migran dengan keahlian dan sumber daya manusia yang berkualitas.

Rektor Unimus Prof Masrukhi mengapresiasi terobosan yang dilakukan BP2MI dan merasa ditantang untuk membentuk layanan pusat informasi bekerja di luar negeri.

"Secara teknis, Unimus akan meningkatkan lagi kualitas pembelajaran, agar mahasiswa bisa lebih kompeten dan siap bersaing secara global. Kami siap dan akan membuat sebuah center untuk kegiatan tersebut," ujarnya.

Baca juga: Himsataki: Jangan ada monopoli dalam penempatan pekerja migran
Baca juga: MoU pelindungan PMI dengan Malaysia masukkan poin upah minimum
Baca juga: PM Malaysia jamin perlindungan PMI dari majikan yang langgar aturan