21 juta dolar Amerika Serikat untuk penggilingan padi modern Mojokerto
28 Oktober 2011 20:57 WIB
Kupon pembagian beras paceklik dalam genggaman seorang warga di kantor Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia (HNSI) Tegalsari, Tegal, Jateng, Selasa (13/9). Dengan luasan wilayah yang masih ada, produktivitas padi bisa ditingkatkan. Salah satunya melalui penerapan teknologi pasca panen yang disediakan kerja sama Indonesia-Amerika Serikat dalam proyek senilai 21 juta dolar Amerika Serikat. (FOTO ANTARA/Oky Lukmansyah)
Jakarta (ANTARA News) - Produktivitas padi di Jawa baru 5 ton perhektare, sementara di negara Asia lain bisa 9 ton perhektar. Angka itu sebagian disebabkan kerugian pascapanen, karena itulah Kedutaan Besar Amerika Serikat di Jakarta mengucurkan 21 juta dolar Amerika Serikat pembiayaan pembangunan dan pengoperasian pabrik giling padi modern di Mojokerto, Jawa Timur.
Perwujudan asistensi itu terjadi dalam penandatanganan perjanjian kredit antara PT Lumbung Padi Indonesia dan Perusahaan Investasi Swasta Luar Negeri Amerika Serikat (OPIC). Momen itu disaksikan Duta Besar Amerika Serikat untuk Indonesia, Scot Marciel, di Kedutaan Besar Amerika Serikat di Jakarta.
Para sponsor PT LPI terdiri dari Totah Associates dari AS serta Farma International Pte Ltd dari Singapura. Sementara itu, Delphos International menjadi penasihat keuangan PT LPI.
"Proyek ini contoh kerja sama Amerika Serikat dan Indonesia dalam meningkatkan keamanan pangan rakyat Indonesia menggunakan permodalan dan teknologi Amerika, meningkatkan panen dan mengurangi kerugian pascapanen,” ujar Marciel. OPIC tengah meningkatkan dukungan untuk investasi di Indonesia, sebagai bagian dari Kemitraan Komprehensif AS-Indonesia.
Hasil panen padi di pulau Jawa mencapai sekitar 5 ton perhektar, sementara di negara Asia lain, hasil panennya mencapai 9 ton perhektar. Salah satu akar masalah ketidakefisienan dalam industri beras adalah kerugian pada proses pascapanen, sebelum distribusi ke pembeli.
Fasilitas PT LPI yang baru ini akan memotong kerugian, yang mencapai sekitar 20 persen dari hasil panen tersebut, yang disebabkan proses pengeringan di bawah sinar matahari yang tidak efisien serta proses penggilingan padi dengan teknologi kuno.
"Kami merasa terhormat dapat bekerja sama dengan OPIC dalam proyek ini, yang menjadi langkah awal Indonesia menuju swasembada beras. Proyek ini menjadi yang pertama dari sekian banyak proyek serupa yang akan kami gulirkan di Tanah Air," kata Presiden Direktur PT LPI, Fara Luwia.
Setelah selesai dibangun, pabrik penggilingan padi tersebut pada awalnya akan mengurangi kerugian yang timbul dari proses pengeringan di bawah sinar matahari, penyimpanan, serta penggilingan hingga sebesar 6 persen. Lebih dari 50.000 keluarga petani di Jawa Timur diharapkan akan merasakan manfaatnya.
Perusahaan penggilingan padi ini akan menjadi pembeli tetap ketika masa panen puncak, bahkan ketika harga gabah jatuh dan petani sulit untuk mencari pembeli. PT LPI akan membantu sekitar 200 pabrik penggilingan padi skala kecil dan menengah di wilayah sekitar dengan membeli gabah yang belum selesai digiling untuk diproses lebih lanjut.
Pembangunan ekonomi wilayah yang juga akan dihasilkan adalah penciptaan lapangan kerja dan pengembangan sumber daya manusia melalui program pelatihan kejuruan dan bantuan pendidikan dari PTLPI. Bila pabrik ini telah berjalan penuh, P TLPI berencana untuk mempekerjakan langsung lebih dari 50 orang. (ANT)
Perwujudan asistensi itu terjadi dalam penandatanganan perjanjian kredit antara PT Lumbung Padi Indonesia dan Perusahaan Investasi Swasta Luar Negeri Amerika Serikat (OPIC). Momen itu disaksikan Duta Besar Amerika Serikat untuk Indonesia, Scot Marciel, di Kedutaan Besar Amerika Serikat di Jakarta.
Para sponsor PT LPI terdiri dari Totah Associates dari AS serta Farma International Pte Ltd dari Singapura. Sementara itu, Delphos International menjadi penasihat keuangan PT LPI.
"Proyek ini contoh kerja sama Amerika Serikat dan Indonesia dalam meningkatkan keamanan pangan rakyat Indonesia menggunakan permodalan dan teknologi Amerika, meningkatkan panen dan mengurangi kerugian pascapanen,” ujar Marciel. OPIC tengah meningkatkan dukungan untuk investasi di Indonesia, sebagai bagian dari Kemitraan Komprehensif AS-Indonesia.
Hasil panen padi di pulau Jawa mencapai sekitar 5 ton perhektar, sementara di negara Asia lain, hasil panennya mencapai 9 ton perhektar. Salah satu akar masalah ketidakefisienan dalam industri beras adalah kerugian pada proses pascapanen, sebelum distribusi ke pembeli.
Fasilitas PT LPI yang baru ini akan memotong kerugian, yang mencapai sekitar 20 persen dari hasil panen tersebut, yang disebabkan proses pengeringan di bawah sinar matahari yang tidak efisien serta proses penggilingan padi dengan teknologi kuno.
"Kami merasa terhormat dapat bekerja sama dengan OPIC dalam proyek ini, yang menjadi langkah awal Indonesia menuju swasembada beras. Proyek ini menjadi yang pertama dari sekian banyak proyek serupa yang akan kami gulirkan di Tanah Air," kata Presiden Direktur PT LPI, Fara Luwia.
Setelah selesai dibangun, pabrik penggilingan padi tersebut pada awalnya akan mengurangi kerugian yang timbul dari proses pengeringan di bawah sinar matahari, penyimpanan, serta penggilingan hingga sebesar 6 persen. Lebih dari 50.000 keluarga petani di Jawa Timur diharapkan akan merasakan manfaatnya.
Perusahaan penggilingan padi ini akan menjadi pembeli tetap ketika masa panen puncak, bahkan ketika harga gabah jatuh dan petani sulit untuk mencari pembeli. PT LPI akan membantu sekitar 200 pabrik penggilingan padi skala kecil dan menengah di wilayah sekitar dengan membeli gabah yang belum selesai digiling untuk diproses lebih lanjut.
Pembangunan ekonomi wilayah yang juga akan dihasilkan adalah penciptaan lapangan kerja dan pengembangan sumber daya manusia melalui program pelatihan kejuruan dan bantuan pendidikan dari PTLPI. Bila pabrik ini telah berjalan penuh, P TLPI berencana untuk mempekerjakan langsung lebih dari 50 orang. (ANT)
Pewarta: Ade P Marboen
Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2011
Tags: