Washington (ANTARA) - Negara-negara di seluruh dunia berupaya untuk mendiversifikasi rantai pasokan dan mengurangi ketergantungan pada China, dan itu "mungkin baik untuk semua orang", kata Presiden Bank Dunia David Malpass, Selasa (12/4).

Malpass mengatakan perdagangan lintas negara akan tetap penting bagi ekonomi global, dan China memiliki peran besar, baik sebagai konsumen maupun produsen barang.

China sekarang telah menjadi ekonomi terbesar kedua di dunia dan kemungkinan akan menjadi yang terbesar.

Namun, Malpass saat berbicara di sebuah acara di Warsawa mengatakan bahwa China juga perlu menjadi bagian dari sebuah sistem nilai yang dianut oleh negara-negara lain dalam sistem perdagangan global.

"(Tetapi) saya tidak tahu apa itu akan terjadi," ujar Malpass.

Saat ditanya tentang apakah China menuju krisis karena langkah penguncian COVID-19 yang parah dan masalah utang di sektor propertinya, Malpass mengatakan: "Mereka (China) mengalami kemunduran, kemunduran besar di berbagai bidang, dan perkiraan pertumbuhan ekonominya telah diturunkan".

Namun, dia juga mengatakan bahwa Bank Dunia terus bekerja sama dengan baik dengan China, yang merupakan pemegang saham utama dan peminjam yang penggunaan pembiayaan pemberi pinjamannya menyusut.

Bank Dunia juga bekerja sama dengan China untuk mendorong negara itu lebih transparan mengenai pemberian pinjamannya ke negara-negara berkembang, kata Malpass.

"Jadi saya kira cara saya memandang hal ini adalah bahwa dunia perlu berinteraksi dengan China dan mengakui bahwa China berperan penting di dunia dan semakin penting," kata Malpass.

Dia juga mengatakan dia tidak percaya bahwa dunia menghadapi sebuah "momen Bretton Woods" yang baru, yakni mengacu pada konferensi 1944 yang mengubah arsitektur keuangan internasional dan menciptakan Bank Dunia dan Dana Moneter Internasional (IMF) di tengah reruntuhan Perang Dunia Kedua.

Menurut dia, sistem yang sudah ada itu, dengan dolar Amerika Serikat sebagai intinya, "berfungsi cukup baik".

"Pandangan saya adalah kita tidak sama sekali berada pada titik (momen baru) itu sekarang. Tidak ada perasaan dunia yang hilang arah," kata Malpass.

"Yang ada rasa persatuan sebagian besar dunia dalam satu upaya, yaitu mengakhiri perang di Ukraina," ujarnya.

Sumber: Reuters
Baca juga: Bank Dunia pangkas perkiraan PDB Asia Timur 2022 karena perang Ukraina
Baca juga: Bank Dunia peringatkan agar tidak menimbun makanan atau bensin
Baca juga: Bank Dunia turunkan proyeksi ekonomi Asia Timur 2022 jadi 5 persen