Jakarta (ANTARA) - Wakil Ketua MPR RI Ahmad Basarah mengaku prihatin ideologi kekerasan atas nama agama ternyata sudah masuk dan menyusup di Indonesia.
‘’Jika dibiarkan, ideologi ini sangat berbahaya. Penganut ideologi ini selalu menjadikan sentimen agama sebagai tameng perjuangan politik mereka," kata Basarah dalam keterangannya di Jakarta Selasa.
Para penganut, kata dia, membangun narasi perlawanan terhadap lawan-lawan politik dengan mengeksploitasi kalimat tauhid atau teriakan "Allahu Akbar" untuk membangkitkan solidaritas perkawanan dan perlawanan.
Itu terlihat dari sejumlah massa pengeroyok Ade Armando yang meneriakkan kalimat tauhid 'laa ilaaha illallah' dan "Allahu Akbar" saat mengeroyok dosen Universitas Indonesia itu.
Baca juga: Polda Metro usut dalang kericuhan demo mahasiswa di Gedung DPR/MPR RI
Berita Ade Armando babak belur dihajar sekelompok orang di depan Gedung DPR RI marak di media sosial sejak Senin (11/4/22) sore hingga menjelang tengah malam.
Ketua Pergerakan Indonesia untuk Semua (PIS) itu dikeroyok usai terlibat adu mulut dengan beberapa orang di lokasi usai korban tengah melakukan syuting. Akibat insiden itu, Ade Armando terluka di bagian kepala sehingga harus dirawat di rumah sakit.
Menurut Ahmad Basarah, semua elemen masyarakat dan lembaga negara yang menghendaki tereleminasinya ideologi kekerasan dan radikalisme di Indonesia tidak boleh tinggal diam menghadapi kenyataan ini.
Tindakan cepat, menurutnya, harus dilakukan karena bukan hanya Ade Armando, siapa saja yang dianggap berlawanan dengan pikiran, misi, dan tujuannya bisa menjadi korban vandalisme mereka.
Baca juga: Mahfud MD: Pemerintah sayangkan penganiayaan terhadap Ade Armando
‘’Untuk itu polisi harus tegas dan cermat mengusut kasus ini. Siapa dalang dibalik kasus yang mencemarkan demokrasi ini harus segera terbongkar. Dari situ, aparat dapat bekerja lebih mudah mencari akar masalah,’’ katanya.
Menurut Dosen Universitas Islam Malang, Jawa Timur, itu ada kelompok tertentu dalam sejarah Islam yang kerap menggunakan ideologi kekerasan atas nama agama. Biasanya mereka cenderung menganggap semua lawan politik bersalah dan harus dibunuh atas nama Allah.
‘’Jika mau jujur, mereka yang terlibat adu argumentasi dengan Ade Armando adalah tipe kelompok Islam berpikiran pendek itu. Mereka tak mau diajak berdiskusi ilmiah dan cenderung ingin menang sendiri. Diajak diskusi baik-baik mereka malah meneriakkan kata munafik dan pengkhianat, lalu menyerang fisik,’’ katanya.
Dia mengajak semua elemen bangsa untuk bersama-sama menghadapi predator demokrasi yang membawa ideologi kekerasan atas nama agama itu. Atas nama agama, katanya, mereka bisa menyerang siapa saja dengan satu keyakinan bahwa mereka bakal masuk surga yang mereka yakini sebagai ganjarannya.
Baca juga: Demonstrasi di Monas dan Senayan sisakan 4,59 ton sampah
‘’Saya tidak yakin kasus Ade Armando ini terjadi secara kebetulan. Para pelakunya sangat ideologis, kompak menyerang saat di lapangan. Jika benar kasus ini bukan kebetulan, polisi harus mengungkap jaringan kekerasan yang menjadi musuh demokrasi ini sampai ke akar-akarnya tanpa pandang bulu,’’ ucapnya.
Ahmad Basarah mengatakan masyarakat beradab termasuk para mahasiswa yang berdemonstrasi seharusnya mengecam tindakan barbar yang hampir membunuh Ade Armando itu.
Para mahasiswa mestinya menunjukkan sikap solidaritas kemanusiaannya kepada Ade Armando, sebab tujuan mulia mereka melakukan demonstrasi telah diselewengkan dan dirusak oleh kelompok antidemokrasi.
‘’Citra mahasiswa jadi rusak. Saya tidak yakin ada mahasiswa yang mau mengeroyok dosen mereka sendiri di tengah jalan," katanya.
Kalau bukan tindakan mahasiswa, kata Basarah, seharusnya para mahasiswa ikut protes dan menuntut agar kasus ini diusut tuntas.
"Agar jelas apakah demonstrasi mereka ditunggangi pihak tertentu atau tidak,’’ ujar Ahmad Basarah.
Wakil Ketua MPR: Ideologi kekerasan atas nama agama masuk Indonesia
12 April 2022 21:17 WIB
Wakil Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) Republik Indonesia Ahmad Basarah. (ANTARA/Teuku Dedi Iskandar)
Pewarta: Boyke Ledy Watra
Editor: Herry Soebanto
Copyright © ANTARA 2022
Tags: