Jakarta (ANTARA) - Kementerian Koperasi dan UKM menegaskan arahan kepada pemerintah daerah (pemda) untuk memperkuat sektor yang berpotensi mengalami kenaikan harga.

“Seperti energi dan tambang, kelapa sawit, serta gandum,” ucap Staf Ahli Menteri Koperasi dan UKM Bidang Produktivitas dan Daya Saing, Yulius, secara virtual saat rapat bersama Dinas yang membidangi Koperasi dan UKM, dalam keterangan resmi yang diterima di Jakarta, Selasa.

Kini, perekonomian dunia dianggap tengah terancam akibat inflasi Amerika Serikat yang terus mengalami peningkatan hingga berada di level tertinggi dalam 40 tahun terakhir.

Hal ini mendorong percepatan pengetatan kebijakan moneter, antara lain ialah tapering off, kenaikan suku bunga acuan, dan kontraksi neraca keuangan (balance sheet).

Adanya konflik antara Rusia dengan Ukraina juga menjadi faktor pendukung kenaikan harga karena menyebabkan disrupsi perdagangan global, sehingga terjadi gangguan rantai pasok produk-produk dari kedua negara tersebut.

“Harga-harga komoditas yang terdampak oleh menurunnya pasokan dari Rusia dan Ukraina akan meningkat tajam. Juga pertumbuhan PDB (Produk Domestik Bruto) global akan mengalami penurunan,” ungkap dia.
Baca juga: BI turunkan proyeksi ekonomi global akibat konflik Rusia-Ukraina

Menurut Yulius, situasi ini berpotensi menurunkan pertumbuhan ekonomi dunia di tahun ini di angka 2,5 persen. Serta, memberikan dampak negatif terhadap emerging countries maupun negara-negara berkembang mengingat negara yang masuk kedua kategori tersebut memiliki tingkat pendapatan relatif rendah.

"Kenaikan harga energi global menambah gap harga antara harga penetapan, harga energi domestik, dan harga keekonomian untuk Pertalite, Pertamax, Solar, Pertamina Dex, LPG,” kata Staf Menkop tersebut.

Lebih jauh, kenaikan ini juga berpotensi menyebabkan kelangkaan karena disparitas atau jarak harga yang jauh berpotensi menciptakan penimbunan dan beban fiskal lantaran peningkatan subsidi.

Meskipun terdapat kenaikan harga berbagai komoditas global, lanjutnya, Indonesia dianggap tetap berpeluang meningkatkan ekspor seperti minyak, batu bara, dan gas alam yang menjadi bagian dari sektor energi.

Kemudian juga di sektor pertanian yang terdiri dari kopi, karet, dan crude palm oil (CPO). Terakhir ialah sektor logam dan mineral, yakni nikel, tembaga, emas, serta aluminium.

Baca juga: Sri Mulyani: Konflik Rusia-Ukraina ciptakan tingginya ketidakpastian
Baca juga: BI: Perang Rusia-Ukraina sebabkan negara kalibrasi ulang kebijakan