Jakarta (ANTARA) - Direktur Pencegahan Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Ahmad Nurwakhid mengutuk keras aksi kekerasan yang dilakukan sekelompok orang terhadap pegiat media sosial Ade Armando saat unjuk rasa di depan Gedung DPR Senayan, Jakarta, Senin (11/04).

"Kekerasan dalam bentuk dan atas nama apa pun bukan cerminan sikap dan warisan leluhur bangsa ini, serta nyata bertentangan dengan nilai-nilai agama. Kami secara tegas mengutuk cara-cara barbar yang dipentaskan oleh sekelompok orang di ruang publik seperti ini," tegas Nurwakhid di Jakarta, Selasa, demikian dikutip dari keterangan pers Pusat Media Damai (PMD) BNPT.

Dalam video yang menampilkan kekerasan terhadap Ade Armando, yang juga dosen Universitas Indonesia (UI), menjadi sorotan karena sejumlah pengeroyok dengan lantang mengucapkan kalimat tauhid. Bahkan, sebagian orang lain bersorak “halal darah” Ade Armando untuk dibunuh.

Insiden itu terjadi saat demonstrasi oleh aliansi Badan Eksekutif Mahasiswa Seluruh Indonesia (BEM SI) berlangsung di depan Gedung DPR , Jakarta, Senin kemarin.

Baca juga: Anggota DPR RI minta polisi tindak pelaku penganiayaan Ade Armando

"Kekerasan atas nama apa pun, termasuk dengan cara membajak dan memanipulasi ajaran agama, merupakan kejahatan yang harus dikecam dan dikutuk. Ini menjadi pelajaran bagi kita bersama, terkadang seseorang mudah mendalihkan kekerasan dan halal darah seseorang untuk kepentingan tertentu," terangnya.

Cara berpikir seperti itu, menurutnya, memiliki kemiripan dengan pola pikir kelompok radikal terorisme. Mereka selalu melegitimasi segala tindakan kekerasan yang dilakukan dengan mempolitisasi dan memanipulasi dalil agama, tambahnya.

Dari narasi yang diumbar tersebut, Nurwakhid menduga kuat para pelaku kekerasan terhadap Ade Armando terpapar virus takfiri, yakni mudah mengkafirkan orang berbeda pandangan dan menghalalkan darah yang dianggap kafir. Pandangan takfiri merupakan salah satu karakteristik kelompok radikal terorisme selama ini, katanya.

Baca juga: Warga Klender diduga pengeroyok Ade Armando sudah lama pindah alamat

"Kami sudah banyak belajar dari pengalaman kelompok teroris yang selalu membajak ajaran agama untuk tindakan kekerasan. Nampaknya, pola ini sudah memengaruhi masyarakat yang dengan mudah membawa dalil-dalil agama untuk membanggakan tindakan anarkisme ruang publik," tegasnya.

Lebih lanjut, dia sangat menyesalkan anarkisme oleh sekelompok orang tersebut, yang dilakukan di tengah aksi massa dan dalam nuansa ibadah bulan suci Ramadhan. Seharusnya, umat Islam di bulan bisa menahan tidak hanya makan dan minum, tetapi juga mencegah dari segala tindakan keburukan, termasuk kekerasan.

"Ramadhan ini mestinya harus dijadikan bulan untuk melakukan muhasabah dan pengendalian diri, bukan malah memuaskan diri dengan hawa nafsu dan tindakan kekerasan. Kita harus berkomitmen cara-cara kekerasan tidak bisa ditoleransi dan diberikan ruang di negeri ini," ujarnya.

Baca juga: IPW minta Polri tegas tindak pelaku penganiayaan Ade Armando