Pertama dalam sejarah, IBM dipimpin perempuan
26 Oktober 2011 15:49 WIB
IBM mengumumkan Virginia Rometty --kepala penjualan, pemasaran dan strategi perusahaaan ini-- menjadi bos IBM mulai 1 Januari mendatang. (reuters.com)
New York (ANTARANEWS) – IBM mengumumkan Virginia Rometty --kepala penjualan, pemasaran dan strategi perusahaaan ini-- menjadi bos IBM mulai 1 Januari mendatang. Ini berarti Rometty menjadi perempuan pertama yang memimpin raksasa komputer Amerika Serikat itu.
Rometty (54) yang juga wakil presiden senior di IBM, menggantikan bos IBM terdahulu, Samuel Palmisano (60) yang menjadi kepala dewan direksi IBM.
Perempuan yang akrab dipanggil “Ginni” ini akan menjadi kepala eksekutif kesembilan dalam sejarah 100 tahun perusahaan komputer yang dijuluki “Big Blue” tersebut. Dialah perempuan pertama yang menduduki posisi teratas di IBM.
Majalah Fortune memasukkannya dalam daftar 50 Most Powerful Women in Business, bergabung dalam kelompok perempuan yang memimpin perusahaan teknologi di AS yang meliputi Ursula Burns, kepala eksekutif Xerox, dan Meg Whitman, mantan kepala eksekutif eBay yang kini memimpin Hewlett-Packard.
Sejak menjadi CEO perusahaan yang berbasis di Armonk, New York pada 2002, Palmisano berhasil berbisnis PC ke Lenovo dari China pada 2005 dan memusatkan IBM pada bisnis server komputer, layanan dan piranti lunak.
“Dia adalah CEO yang ideal untuk memimpin IBM di abad kedua,” kata Palmisano.
Sebaliknya, Rometty memuji kepemimpinan Palmisano seraya mengatakan tak ada kehormatan lebih besar selain diminta memimpin IBM.
“Saat ini, model strategi dan bisnis IBM sudah tepat. Kami mampu mengatur dan memberikan hasil yang konsisten kepada klien dan pemegang saham,” kata Rometty.
Ben Reitzes dari Barclays Capital mengatakan penunjukkan Rometty bukan hal yang mengejutkan karena dia sudah dianggap yang terdepan untuk menduduki jabatan itu.
“Kami sudah sering bertemu Rometty dan menyaksikan ia tumbuh menjadi pemimpin terkuat di IBM,” kata Reitzes.
Frank Gillet dari Forrester Research mengatakan penunjukkan Rometty merupakan rencana jangka panjang sehingga tak akan ada perubahan dalam periode singkat.
”Pengalaman saya dengan IBM adalah mereka sama sekali tidak cocok dengan warna keberagaman negara ini (AS), namun IBM baik-baik saja dengan keadaan tersebut dibandingkan yang lain,” kata Gillet mengomentari IBM yang merayakan hari jadi ke-100nya Juni lalu.
Rometty memperoleh gelar sarjana ilmu komputer dari Universitas Northwestern dan bergabung dengan IBM pada 1981 sebagai insinyur sistem.
Dia telah memegang berbagai posisi eksekutif senior di perusahaan itu dan khusunya mengawasi integrasi PricewaterhouseCoopers setelah IBM membeli perusahaan konsultan itu sebesar 3,5 miliar dolar pada 2002.(*)
SDP-01
Rometty (54) yang juga wakil presiden senior di IBM, menggantikan bos IBM terdahulu, Samuel Palmisano (60) yang menjadi kepala dewan direksi IBM.
Perempuan yang akrab dipanggil “Ginni” ini akan menjadi kepala eksekutif kesembilan dalam sejarah 100 tahun perusahaan komputer yang dijuluki “Big Blue” tersebut. Dialah perempuan pertama yang menduduki posisi teratas di IBM.
Majalah Fortune memasukkannya dalam daftar 50 Most Powerful Women in Business, bergabung dalam kelompok perempuan yang memimpin perusahaan teknologi di AS yang meliputi Ursula Burns, kepala eksekutif Xerox, dan Meg Whitman, mantan kepala eksekutif eBay yang kini memimpin Hewlett-Packard.
Sejak menjadi CEO perusahaan yang berbasis di Armonk, New York pada 2002, Palmisano berhasil berbisnis PC ke Lenovo dari China pada 2005 dan memusatkan IBM pada bisnis server komputer, layanan dan piranti lunak.
“Dia adalah CEO yang ideal untuk memimpin IBM di abad kedua,” kata Palmisano.
Sebaliknya, Rometty memuji kepemimpinan Palmisano seraya mengatakan tak ada kehormatan lebih besar selain diminta memimpin IBM.
“Saat ini, model strategi dan bisnis IBM sudah tepat. Kami mampu mengatur dan memberikan hasil yang konsisten kepada klien dan pemegang saham,” kata Rometty.
Ben Reitzes dari Barclays Capital mengatakan penunjukkan Rometty bukan hal yang mengejutkan karena dia sudah dianggap yang terdepan untuk menduduki jabatan itu.
“Kami sudah sering bertemu Rometty dan menyaksikan ia tumbuh menjadi pemimpin terkuat di IBM,” kata Reitzes.
Frank Gillet dari Forrester Research mengatakan penunjukkan Rometty merupakan rencana jangka panjang sehingga tak akan ada perubahan dalam periode singkat.
”Pengalaman saya dengan IBM adalah mereka sama sekali tidak cocok dengan warna keberagaman negara ini (AS), namun IBM baik-baik saja dengan keadaan tersebut dibandingkan yang lain,” kata Gillet mengomentari IBM yang merayakan hari jadi ke-100nya Juni lalu.
Rometty memperoleh gelar sarjana ilmu komputer dari Universitas Northwestern dan bergabung dengan IBM pada 1981 sebagai insinyur sistem.
Dia telah memegang berbagai posisi eksekutif senior di perusahaan itu dan khusunya mengawasi integrasi PricewaterhouseCoopers setelah IBM membeli perusahaan konsultan itu sebesar 3,5 miliar dolar pada 2002.(*)
SDP-01
Penerjemah: Jafar M Sidik
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2011
Tags: