Jakarta (ANTARA) - Festival Layali Ramadhan atau disebut dengan Ramadhan Night yang diselenggarakan Kota Sains dan Pengetahuan Internasional Al-Tayebat, Jeddah, Arab Saudi, telah menarik lebih dari 8.000 pengunjung sejak diluncurkan pada hari pertama bulan Ramadhan.

Festival tersebut merupakan acara Ramadhan pertama yang diselenggarakan pasca-pandemi di Jeddah. Festival Layali Ramadhan mengambil lokasi Museum Abdul Raouf Khalil yang berada di dalam kompleks Al-Tayebat. Museum ini merupakan salah satu museum terbesar di Timur Tengah yang menampung banyak artefak bersejarah dan budaya.

​​Baca juga: Jelang Ramadhan, tradisi "Bantai Adat" di Merangin sembelih kerbau

"Museum Abdul Raouf Khalil dipilih untuk menampilkan wajah Jeddah lama," kata produser TV dan penyelenggara acara Abdulrahman Al-Rifai kepada Arab News, dikutip Senin.

Al-Rifai menambahkan bahwa museum tersebut memiliki 365 ruangan yang menghadirkan semua sejarah Islam, Arab, Eropa, dan Yunani, serta negara Saudi pertama, kedua dan ketiga.

"Museum ini sangat besar, dibutuhkan lima hingga enam hari untuk melihatnya secara keseluruhan," ujarnya.

Festival Layali Ramadhan menampilkan pertunjukan tradisional Al-Musaharati, penyanyi folklor Al-Jissees Hijazi, Kariman Al-Ghamdi yang menghadirkan adat pernikahan Hijazi, serta setiap Kamis dan Jumat terdapat acara malam bertema henna.

Sebagai informasi, Al-Musaharati sendiri merupakan tradisi membangunkan orang untuk sahur yang dilakukan oleh seorang tokoh masyarakat yang di sekitar jalanan dengan memukul drum dan melantunkan puisi.

Seorang yang terpilih itu akan rajin menjalankan tugasnya sampai hari terakhir Ramadhan. Tokoh Al-Musyarati dipilih oleh masyarakat di setiap distrik. Tradisi Al-Musyarati disebut semakin langka di Jeddah.

Baca juga: Marandang tradisi sambut Ramadhan yang tak lekang di Ranah Minang

Baca juga: Tradisi khatam Al Quran dengan memotong nasi besar di Batam

Baca juga: Merawat tradisi "meugang" sambut Ramadhan di Aceh