Ercis, Turki (ANTARA News/REUTERS/AFP) - Sebanyak 264 orang meninggal dan ratusan lainnya terancam kematian pada Senin waktu setempat setelah gempa melanda wilayah tenggara Turki.

Tim penyelamat saat ini terus bekerja sampai tengah malam untuk menyelamatkan korban yang tertimbun reruntuhan.

Mereka mencari korban selamat di antara puing-puing beton dengan sekop dan tangan kosong setelah gempa berkekuatan 7,2 skala richter (SR) meruntuhkan bangunan dan jalan-jalan di Turki pada Minggu.

Di Ercis, kota yang terkena dampak paling parah, para relawan mencoba untuk menyelamatkan anak berusia 10 tahun yang terjepit di bawah beton dan kayu tebal.

"Sabar, sabar," kata seorang anggota tim penyelamat yang berusaha menenangkan anak yang menangis itu.

Nampak potongan tangan dengan cincin nikah beberapa sentimeter di depan anak itu.

Menteri Dalam Negeri Turki Idris Naim Sahin mengatakan bahwa lebih dari 120 penduduk Ercis meninggal dan 100 lagi di kota Van yang terletak kurang lebih 100 kilometer sebelah selatan kota Ercis. Jumlah tersebut diperkirakan akan terus meningkat.

Sahin yang mengawal secara langsung operasi darurat di Ercis mengatakan bahwa 1.090 orang terluka parah dan ratusan lainnya belum terdata.

Usaha penyelamatan itu terhambat oleh tiadanya aliran listrik setelah gempa memutus kabel listrik di banyak kota dan desa di wilayah padang tandus Anatolia yang berbatasan dengan Iran.

Setelah fajar, dampak kehancuran di Turki terlihat lebih jelas.

Pada satu bangunan empat lantai yang runtuh di Ercis, tim pemadam kebakaran dari kota terbesar bagian tenggara Turki, Diyarbakir, mencoba untuk menyelamatkan empat anak yang terkubur jauh di dalam reruntuhan.

Sementara para pekerja penyelamat membawa dua kantong mayat hitam, salah satunya berisi mayat seorang anak dan di samping kantong itu, seorang wanita tua berjilbab terisak-isak.

Seorang pria terlihat berjalan mondar-mandir sambil terisak sebelum lari ke petugas penyelamat di atas reruntuhan dan berteriak, "Itu keponakan saya di rumah."

Sekelompok wanita, beberapa di antara mereka berjilbab, menangis sambil memandang pria itu.

Di dekat mereka, tim pembantu membagikan bungkusan roti dan makanan kepada orang-orang yang tubuhnya terbungkus selimut dan berkerumun di sekitar api unggun setelah melewatkan malam yang dingin.

Perdana Menteri Tayyip Erdogan mengatakan bahwa pemerintah tidak bisa menghitung jumlah korban yang masih tertimbun reruntuhan bangunan di kota sambil mengkhawatirkan korban yang berada di wilayah terpencil dan sulit dijangkau.

"Karena sebagian besar bangunan di desa-desa Turki terbuat dari batako, rumah-rumah tersebut lebih rentan terhadap gempa, saya harus mengatakan bahwa semua bangunan di desa yang terbuat dari batako runtuh," kata Erdogan di Van, Senin dini hari.

Lebih dari 100 gempa susulan terjadi hanya dalam kurun waktu satu jam setelah gempa utama yang melanda Turki selama 25 detik pada Minggu.

Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Ban Ki-moon mengatakan bahwa dia sedih melihat kematian dan kerusakan di Turki.

"Ban Ki-moon mengungkapkan dengan tulus dan simpati atas kerugian dan penderitaan yang dialami rakyat dan pemerintah Turki," tulis PBB dalam pernyataan resminya.

Di Van, kota kuno berpopulasi satu juta dengan sebuah danau dan pegunungan tertutup salju di sekeliling, puing-puing apartemen berlantai enam runtuh. Seorang pengamat memperkirakan sekitar 70 orang terperangkap dalam reruntuhan.

Erdogan mengunjungi Ercis sebelumnya dengan helikopter untuk mengetahui secara langsung skala kerusakan. Sebanyak 55 bangunan rata dengan tanah, termasuk asrama mahasiswa. Kerusakan di kota berpenduduk 100.000 ini lebih parah dibanding kota Van.

"Kita tidak tahu berapa orang yang tertimbun reruntuhan, akan sangat salah jika saya memberikan angka," katanya.

Beberapa surat kabar mengatakan bahwa trauma di Turki bertumpuk dengan trauma yang terjadi sebelumnya. Seminggu sebelumnya, militan suku Kurdi membunuh 24 tentara Turki di Hakkari yang terletak di sebelah selatan Van.

"Rumah Segala Bencana, Kemarin Terorisme, Sekarang Gempa," tulis surat kabar Radikal.

Bulan Sabit Merah Turki mengatakan sebuah tim beranggotakan 100 ahli telah sampai di zona gempa untuk mengkoordinasikan langkah-langkah selanjutnya.

Sekitar 4.000 tenda dan 11.000 selimut, kompor, dan makanan sedang didistribusikan untuk membantu korban dari kedinginan.

Sedang di bandara Van, kendaraan militer menunggu pesawat kargo "Turkish Airlines" membongkar barang bantuan untuk diantarkan ke zona gempa.

Di Ercis sendiri, sebuah tenda besar didirikan di stadion olahraga.

Sementara itu, laporan dari televisi CNN Turki mengatakan bahwa akses menuju daerah zona gempa semakin sulit karena beberapa jalan utama yang menghubungkan Van dan Ercis runtuh.

Tentara telah dikerahkan ke Ercis untuk membantu tim penyelamat dan mesin penggali juga telah tiba. Raungan sirine ambulans yang mengangkut korban luka menuju rumah sakit terus terdengar.

Kantor berita Doga melaporkan bahwa 24 orang berhasil diselamatkan dari puing-puing pada pukul 02.00 dini hari waktu setempat.

Salah seorang perawat mengatakan pada saluran berita CNN Turki bahwa rumah sakit di kota itu rusak parah sehingga memaksa mereka merawat korban di taman dan meninggalkan mayat di luar gedung.

Setelah mengunjungi daerah gempa, Erdogan kembali ke Ankara untuk mengadakan rapat kabinet dan membahas respon terhadap bencana.

Dia mengatakan bahwa pemerintah Turki mampu menangani masalah itu sendiri, namun juga mengucapkan terima kasih kepada negara-negara yang menawarkan bantuan, termasuk Armenia dan Israel, dua negara yang memiliki hubungan tegang dengan Ankara.
(Uu.SDP-14/M016)