Jbio produksi 1 juta dosis vaksin Zifivax melalui transfer teknologi
10 April 2022 21:55 WIB
Direktur Utama JBio, Mahendra Suhardono (kiri) saat menyampaikan keterangan kepada wartawan di PT Biotis Kecamatan Gunung Sindur, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Jumat (8/4/2022). (ANTARA/Andi Firdaus).
Jakarta (ANTARA) - PT Jakarta Biophramaceuticals Industry (JBio) memproduksi 1 juta dosis vaksin Zifivax melalui kolaborasi transfer teknologi dengan perusahaan farmasi asal China Anhui Zhifei Longcom Biopharmaceutical.
"Melalui kerja sama ini kami memproduksi tiga batch atau sekitar 1 juta dosis vaksin Zifivax dengan platform rekombinan protein sub-unit," kata Direktur Utama JBio Mahendra Suhardono yang dikonfirmasi di Jakarta, Ahad malam.
Mahendra mengatakan vaksin Zifivax diproduksi menggunakan fasilitas farmasi milik PT Biotis Pharmaceuticals Indonesia yang berdomisili di Kecamatan Gunung Sindur, Kabupaten Bogor, Jawa Barat.
Ia mengatakan vaksin Zifivax telah mendapatkan Izin Edar Darurat (Emergency Use Authorization/EUA) dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) RI untuk penggunaan dosis lengkap primer maupun penguat di Indonesia.
Selain itu, Jbio juga telah mengantongi izin halal dari Majelis Ulama Indonesia (MUI) untuk kandungan vaksin Zifivax di Indonesia.
"Sebanyak 1 juta dosis vaksin ini diprioritaskan untuk kebutuhan dalam negeri," katanya.
Pihaknya sedang melakukan pembicaraan dengan Kementerian Kesehatan (Kemenkes) agar vaksin Zifivax bisa segera digunakan di Indonesia.
“Ini sedang berjalan pembicaraannya. Mudah-mudahan tidak lama lagi bisa dipakai di Indonesia karena sepengetahuan kami, pemerintah juga menyampaikan stok vaksin COVID-19 cukup banyak karena banyak yang sumbang,” ujarnya.
Sementara itu Kepala BPOM RI Penny K Lukito mengapresiasi kolaborasi transfer teknologi dalam pengembangan vaksin Zifivax sebagai produk farmasi karya anak bangsa. Sebab, PT JBio membutuhkan waktu lama untuk menyiapkan fasilitas produksi yang memenuhi standar Good Laboratory Practice (GLP) and Good Manufacturing Practice (GMP).
Sementara, PT Biotis telah mendapatkan sertifikat Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB) atau Good GMP dari BPOM dalam rangka mendukung pengembangan Vaksin Merah Putih.
"Ada tiga batch atau 1 juta dosis vaksin Zifivax siap diproduksi, tetapi akan melewati uji stabilitas guna mendapatkan data-data registrasi UEA," katanya.
Vaksin Zifivax digunakan untuk indikasi pencegahan COVID-19 yang disebabkan SARS-CoV-2 pada orang berusia 18 tahun ke atas. Vaksin tersebut diberikan sebanyak tiga kali suntikan secara intramuskular (IM) dengan interval pemberian satu bulan dari penyuntikan pertama ke penyuntikan berikutnya. Dosis vaksin yang diberikan pada setiap kali suntikan adalah 25 mcg (0,5 mL).
Sementara itu, Direktur Utama Biotis Pharmaceutical Indonesia FX Sudirman mengatakan produksi vaksin dalam negeri menjadi bagian kemandirian bangsa. Ia berharap mendapat dukungan penuh dari BPOM hingga proses komersial.
“Biotis bekerja sama dengan JBio memproduksi vaksin Zifivax karena sebagai pemain baru di bidang vaksin membutuhkan percepatan perkembangan di industri dan proses transfer teknologi sangat baik,” ujarnya.
Proses transfer teknologi, kata Sudirman, dalam jangka pendek dapat meningkatkan kualitas sumber daya manusia (SDM) serta fasilitas produksi vaksin menyesuaikan standar tim dari Anhui Zhifei Longcom Biopharmaceutical.
“Proses ini bisa meng-upgrade seketika dalam jangka pendek, kemampuan dari orang-orang kita maupun fasilitas-fasilitas kita,” katanya.
"Melalui kerja sama ini kami memproduksi tiga batch atau sekitar 1 juta dosis vaksin Zifivax dengan platform rekombinan protein sub-unit," kata Direktur Utama JBio Mahendra Suhardono yang dikonfirmasi di Jakarta, Ahad malam.
Mahendra mengatakan vaksin Zifivax diproduksi menggunakan fasilitas farmasi milik PT Biotis Pharmaceuticals Indonesia yang berdomisili di Kecamatan Gunung Sindur, Kabupaten Bogor, Jawa Barat.
Ia mengatakan vaksin Zifivax telah mendapatkan Izin Edar Darurat (Emergency Use Authorization/EUA) dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) RI untuk penggunaan dosis lengkap primer maupun penguat di Indonesia.
Selain itu, Jbio juga telah mengantongi izin halal dari Majelis Ulama Indonesia (MUI) untuk kandungan vaksin Zifivax di Indonesia.
"Sebanyak 1 juta dosis vaksin ini diprioritaskan untuk kebutuhan dalam negeri," katanya.
Pihaknya sedang melakukan pembicaraan dengan Kementerian Kesehatan (Kemenkes) agar vaksin Zifivax bisa segera digunakan di Indonesia.
“Ini sedang berjalan pembicaraannya. Mudah-mudahan tidak lama lagi bisa dipakai di Indonesia karena sepengetahuan kami, pemerintah juga menyampaikan stok vaksin COVID-19 cukup banyak karena banyak yang sumbang,” ujarnya.
Sementara itu Kepala BPOM RI Penny K Lukito mengapresiasi kolaborasi transfer teknologi dalam pengembangan vaksin Zifivax sebagai produk farmasi karya anak bangsa. Sebab, PT JBio membutuhkan waktu lama untuk menyiapkan fasilitas produksi yang memenuhi standar Good Laboratory Practice (GLP) and Good Manufacturing Practice (GMP).
Sementara, PT Biotis telah mendapatkan sertifikat Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB) atau Good GMP dari BPOM dalam rangka mendukung pengembangan Vaksin Merah Putih.
"Ada tiga batch atau 1 juta dosis vaksin Zifivax siap diproduksi, tetapi akan melewati uji stabilitas guna mendapatkan data-data registrasi UEA," katanya.
Vaksin Zifivax digunakan untuk indikasi pencegahan COVID-19 yang disebabkan SARS-CoV-2 pada orang berusia 18 tahun ke atas. Vaksin tersebut diberikan sebanyak tiga kali suntikan secara intramuskular (IM) dengan interval pemberian satu bulan dari penyuntikan pertama ke penyuntikan berikutnya. Dosis vaksin yang diberikan pada setiap kali suntikan adalah 25 mcg (0,5 mL).
Sementara itu, Direktur Utama Biotis Pharmaceutical Indonesia FX Sudirman mengatakan produksi vaksin dalam negeri menjadi bagian kemandirian bangsa. Ia berharap mendapat dukungan penuh dari BPOM hingga proses komersial.
“Biotis bekerja sama dengan JBio memproduksi vaksin Zifivax karena sebagai pemain baru di bidang vaksin membutuhkan percepatan perkembangan di industri dan proses transfer teknologi sangat baik,” ujarnya.
Proses transfer teknologi, kata Sudirman, dalam jangka pendek dapat meningkatkan kualitas sumber daya manusia (SDM) serta fasilitas produksi vaksin menyesuaikan standar tim dari Anhui Zhifei Longcom Biopharmaceutical.
“Proses ini bisa meng-upgrade seketika dalam jangka pendek, kemampuan dari orang-orang kita maupun fasilitas-fasilitas kita,” katanya.
Pewarta: Andi Firdaus
Editor: Masuki M. Astro
Copyright © ANTARA 2022
Tags: