"Pemerintah Propinsi Bali menggelar upacara Jana Kerthi yang dipusatkan di Pura Pengukur-ukuran, Desa Pejeng Kelod, Gianyar. Acara peringatan Hari Tumpek Landep ini dihadiri Gubernur Bali Wayan Koster, Wagub Tjokorda Artha Ardhana Sukawati," kata Bupati Gianyar Made Mahayastra, usai upacara, Sabtu, di Gianyar.
“Pada hari ini kita melaksanakan Rahina Tumpek Landep dengan upacara Jana Kerthi. Ini merupakan bagian dari tanggung jawab kita untuk memelihara nilai-nilai adiluhung Sad Kerthi yang harus kita pahami, hayati, terapkan dan laksanakan secara menyeluruh konsisten berkelanjutan dengan tertib dan disiplin serta penuh rasa tanggung jawab oleh seluruh masyarakat Bali secara sekala dan niskala," kata Gubernur Koster saat pelaksanaan Upacara Jana Kerthi.
Koster memaparkan bahwa Tumpek merupakan hal yang sakral karena merupakan pertemuan dua waktu transisi, yaitu Kliwon yang merupakan waktu terakhir dalam siklus pancawara, dan saniscara merupakan waktu terakhir dalam siklus saptawara. Dan Tumpek Landep adalah tumpek yang pertama dari enam tumpek yang ada dalam siklus kalender Bali.
Baca juga: Umat Hindu Denpasar lakukan upacara pada 2.000 Buku saat Saraswati
Dilanjutkannya, secara filosofis Tumpek Landep memiliki makna mengasah batin dan pikiran manusia melalui penyucian diri dan perbuatan mulia agar pikiran tetap tajam dan kuat seperti gunung atau bukit. Serta pada Tumpek Landep kita memuja Dewa Siwa sebagai Hyang Pasupati.
“Pada Rainan Tumpek Landep ini kita memuja Dewa Siwa dalam manifestasinya sebagai Hyang Pasupati untuk memohon waranugraha agar kita terus-menerus diberi kecerdasan dan keteguhan dalam menghadapi dinamika kehidupan masyarakat dalam skala lokal nasional ataupun global,” jelas dia.
Perayaan Tumpek landep dengan Upacara Jana Kerti dilaksanakan secara sekala dan niskala. Dimana secara niskala dilaksanakan persembahyangan dan upacara yadnya sebagai wujud rasa syukur atas anugerah Tuhan.
Baca juga: Umat Hindu Bali gelar "Piodalan" di Pura Mandara Giri Lumajang 24 Juni
Sedangkan secara sekala dilakukan dengan memuliakan dan merawat berbagai hasil produk pikiran atau karya cipta rasa karsa manusia seperti keris tombak patung senjata mesin termasuk hasil karya teknologi digital.
“Saya kira perayaan hari suci harus kita laksanakan dengan tertib dan disiplin ke depannya, dalam menjalani kehidupan tatanan baru yang diikuti oleh perkembangan teknologi modern yang sangat cepat,” tegas Gubernur Koster.
“Teknologi boleh berkembang kehidupan boleh mengikuti perkembangan modernisasi tapi akar kehidupan kita yang berbasis kepada nilai-nilai kearifan lokal tidak boleh kita tinggalkan,” katanya.
Baca juga: Umat Hindu Bali lakukan ritual beri makan kera di Pura Pulaki-Buleleng