Literasi masyarakat soal wakaf masih lemah
8 April 2022 23:00 WIB
Ketua Badan Wakaf Indonesia (BWI) M. Nuh saat memberikan paparan soal wakaf secara virtual kepada jurnalis dalam Workshop Jurnalis Wakaf di Bogor, Jumat (8/4/2022). ANTARA/Asep Firmansyah.
Jakarta (ANTARA) - Ketua Badan Wakaf Indonesia (BWI) M. Nuh menilai literasi masyarakat soal wakaf masih tergolong lemah, sehingga nilai manfaat yang dikumpulkan untuk dikelola hingga didistribusikan belum optimal.
"Tantangan yang dihadapi oleh perwakafan kita tidak lain adalah literasi, pemahaman terhadap perwakafan. Kita kira-kira baru sekitar 50 persen tingkat pemahaman pengetahuannya," ujar M. Nuh dalam, Workshop Jurnalis Wakaf secara daring di Bogor, Jawa Barat, Jumat.
Nuh mengatakan dalam upaya meningkatkan literasi wakaf butuh sinergi dengan berbagai pihak, salah satunya media massa. Menurutnya, peran media massa dalam meningkatkan literasi wakaf begitu sentral, utamanya saat menyebarkan manfaat dari wakaf.
Dengan pemberitaan yang masif soal manfaat wakaf, masyarakat akan semakin tergugah untuk ikut serta menjadi wakif (orang yang berwakaf). Namun yang juga perlu ditekankan adalah pemahaman jurnalis itu sendiri tentang wakaf.
"Teman-teman jurnalis punya ruang sangat luar biasa untuk bisa berbuat baik, mengisi celah-celah yang masih kosong untuk menyebarkan pengetahuan tentang perwakafan," kata mantan Menteri Pendidikan Nasional itu.
Ia mengungkapkan bahwa literasi dan sosialisasi kepada jurnalis itu sangat dibutuhkan untuk meningkatkan pemahaman wakaf mereka sehingga pemberitaan wakaf pun juga meningkat.
Peningkatan itu, baik dari segi peningkatan wakif, peningkatan aset wakaf, transparansi pengelolaan wakaf oleh nazhir (pengelola wakaf) dan penyaluran hasil pengelolaan wakaf kepada penerima manfaatnya.
Selain itu, M. Nuh berharap dengan adanya kegiatan ini, jurnalis mempunyai referensi banyak dalam memberitakan perwakafan di Indonesia serta bisa memotret perkembangan perwakafan dari berbagai sudut pandang yang berbeda.
“Setelah ini, Jurnalis bisa memiliki banyak sudut pandang dalam memberitakan perkembangan wakaf di Indonesia dari banyak sisi," kata dia.
"Tantangan yang dihadapi oleh perwakafan kita tidak lain adalah literasi, pemahaman terhadap perwakafan. Kita kira-kira baru sekitar 50 persen tingkat pemahaman pengetahuannya," ujar M. Nuh dalam, Workshop Jurnalis Wakaf secara daring di Bogor, Jawa Barat, Jumat.
Nuh mengatakan dalam upaya meningkatkan literasi wakaf butuh sinergi dengan berbagai pihak, salah satunya media massa. Menurutnya, peran media massa dalam meningkatkan literasi wakaf begitu sentral, utamanya saat menyebarkan manfaat dari wakaf.
Dengan pemberitaan yang masif soal manfaat wakaf, masyarakat akan semakin tergugah untuk ikut serta menjadi wakif (orang yang berwakaf). Namun yang juga perlu ditekankan adalah pemahaman jurnalis itu sendiri tentang wakaf.
"Teman-teman jurnalis punya ruang sangat luar biasa untuk bisa berbuat baik, mengisi celah-celah yang masih kosong untuk menyebarkan pengetahuan tentang perwakafan," kata mantan Menteri Pendidikan Nasional itu.
Ia mengungkapkan bahwa literasi dan sosialisasi kepada jurnalis itu sangat dibutuhkan untuk meningkatkan pemahaman wakaf mereka sehingga pemberitaan wakaf pun juga meningkat.
Peningkatan itu, baik dari segi peningkatan wakif, peningkatan aset wakaf, transparansi pengelolaan wakaf oleh nazhir (pengelola wakaf) dan penyaluran hasil pengelolaan wakaf kepada penerima manfaatnya.
Selain itu, M. Nuh berharap dengan adanya kegiatan ini, jurnalis mempunyai referensi banyak dalam memberitakan perwakafan di Indonesia serta bisa memotret perkembangan perwakafan dari berbagai sudut pandang yang berbeda.
“Setelah ini, Jurnalis bisa memiliki banyak sudut pandang dalam memberitakan perkembangan wakaf di Indonesia dari banyak sisi," kata dia.
Pewarta: Asep Firmansyah
Editor: Masuki M. Astro
Copyright © ANTARA 2022
Tags: