Kegempaan Gunung Anak Krakatau capai 6. 394 kali
22 Oktober 2011 15:26 WIB
Seorang petugas Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi sedang mengamati Gunung Anak Krakatau yang menyemburkan material vulkanik, di Selat Sunda. (ANTARA/Dok-PMBG/Asep Fathulrahman)
Cinangka (ANTARA News) - Kegempaan Gunung Anak Krakatau (GAK) di Selat Sunda mencapai 6. 394 kali, sementara Pos Pemantau GAK di Desa Pasauran, Kecamatan Cinangka, Kabupaten Serang, Provinsi Banten sampai saat ini tidak bisa melihat fisik gunung tersebut.
"Jumlah kegempaan yang dikeluarkan dari perut GAK masih diangka kisaran 6 ribu, dan berdasarkan rekaman Seismograf, pada Jumat 21 Oktober 2011, terekam 6. 394 kali," kata Kepala Pos Pemantau GAK di Cinangka, Anton Tripambudi, Sabtu.
Dia menjelaskan, rincian kegempaan GAK 6. 394 kali tersebut terdiri dari 6. 371 kali gempa Vulkanik dan 23 kali hembusan. "Kalau untuk wujud GAK, masih sama tidak terlihat, karena tertutup oleh Kabut," ujarnya.
Sampai saat ini kata Anton, Pusat Vulkanalogi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), masih melarang warga atau turis mendekat ke lokais kegempaan pada radius dua kilometer, karena masih dianggap berbahaya.
"Kami masih mengeluarkan rekomendasi, larangan kepada warga atau siapapun untuk menjauh dari lokasi kegempaan sampai di radius dua kilometer," katanya menambahkan.
Terpisah, salah seorang warga Anyer ,Andi mengatakan, sejak ditetapkan berstatus Siaga, dirinya tidak mendengar adanya suara letusan, namin hanya sesekali melihat kabut GAK.
"Kalau tahun lalu, memang kami sempat mendengar letusan GAK, dan kalau sekarang saya tidak mendengar suara, maupun kena debu GAK yang terbawa angin," katanya menambahkan.
Senada diungkapkan oleh Roni Hermawan. Menurut ia, kegempaan GAK yang terjadi pada tahun 2011, berbeda dengan tahun sebelumnya. "Saya tidak mendengar ada suara letusan dari GAK," ujarnya. (*)
"Jumlah kegempaan yang dikeluarkan dari perut GAK masih diangka kisaran 6 ribu, dan berdasarkan rekaman Seismograf, pada Jumat 21 Oktober 2011, terekam 6. 394 kali," kata Kepala Pos Pemantau GAK di Cinangka, Anton Tripambudi, Sabtu.
Dia menjelaskan, rincian kegempaan GAK 6. 394 kali tersebut terdiri dari 6. 371 kali gempa Vulkanik dan 23 kali hembusan. "Kalau untuk wujud GAK, masih sama tidak terlihat, karena tertutup oleh Kabut," ujarnya.
Sampai saat ini kata Anton, Pusat Vulkanalogi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), masih melarang warga atau turis mendekat ke lokais kegempaan pada radius dua kilometer, karena masih dianggap berbahaya.
"Kami masih mengeluarkan rekomendasi, larangan kepada warga atau siapapun untuk menjauh dari lokasi kegempaan sampai di radius dua kilometer," katanya menambahkan.
Terpisah, salah seorang warga Anyer ,Andi mengatakan, sejak ditetapkan berstatus Siaga, dirinya tidak mendengar adanya suara letusan, namin hanya sesekali melihat kabut GAK.
"Kalau tahun lalu, memang kami sempat mendengar letusan GAK, dan kalau sekarang saya tidak mendengar suara, maupun kena debu GAK yang terbawa angin," katanya menambahkan.
Senada diungkapkan oleh Roni Hermawan. Menurut ia, kegempaan GAK yang terjadi pada tahun 2011, berbeda dengan tahun sebelumnya. "Saya tidak mendengar ada suara letusan dari GAK," ujarnya. (*)
Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2011
Tags: