Jakarta (ANTARA News) - Nilai tukar rupiah di pasar uang spot antarbank Jakarta, Jumat, melemah seiring belum jelasnya upaya mengatasi krisis utang di Eropa.

Rupiah pada Jumat sore melemah 50 poin ke posisi 8.870 per dolar AS setelah pada hari sebelumnya ditutup pada 8.820.

"Minimnya sentimen positif dari eksternal memicu mata uang rupiah kembali melemah meski masih dalam posisi yang stabil," kata analis pasar uang dari Monex Investindo Futures Johanes Ginting di Jakarta, Jumat.

Ia menambahkan, pelaku pasar mengharapkan pemimpin Eropa mengambil langkah-langkah agresif pada pertemuan penyelesaian di akhir pekan nanti.

"Dengan penyelesaian krisis utang maka akan memicu kembali nilai tukar rupiah kembali menguat," kata dia.

Selain itu, lanjut dia, fokus pasar juga masih akan berlanjut kepada pertemuan puncak pemimpin negara G-20 di awal bulan November mendatang yang akan menjadi kunci untuk mendapatkan kembali kepercayaan investor.

Analis valuta asing, David Sumual menambahkan, pelaku pasar uang masih `wait and see` jelang pertemuan negara Uni Eropa 23 Oktober 2011 yang diperkirakan akan berlarut-larut sehingga rupiah bergerak melemah.

Ia menambahkan, meskipun sejumlah petinggi Uni Eropa seperti Prancis dan Jerman sepakat untuk meningkatkan ekspansi European Financial Stability Facility (EFSF) menjadi empat kali lipat dari jumlah yang disepakati sebelumnya, belum mampu mendorong penguatan rupiah.

Ia memperkirakan, pergerakkan rupiah ke depan masih akan fluktuasi seiring masih belum pastinya penyelesaian krisis utang di kawasan Eropa.

"Kondisi pasar dalam negeri 90 persen cenderung dipengaruhi kondisi eksternal utamanya dari Eropa," ucap dia.

Sementara itu, kurs tengah Bank Indonesia pada Jumat mencatat mata uang rupiah melemah terhadap dolar AS menjadi 8.868 dibanding pada hari sebelumnya 8.840.

(KR-ZMF/A026)