Moskow (ANTARA) - Rusia akan melakukan segala upayanya untuk memastikan krediturnya menerima uang mereka, Menteri Keuangan Anton Siluanov mengatakan pada Kamis (7/4/2022), sehari setelah negara itu mendekati potensi gagal bayar atau default pada utang internasionalnya.

Setelah berhasil melunasi utangnya dalam mata uang asing sejak awal apa yang disebut Moskow sebagai "operasi militer khusus" di Ukraina pada 24 Februari, Rusia menghadapi kesulitan dengan pembayaran valuta asing pada Eurobonds-nya.

Pada Rabu (6/4/2022) Rusia mengatakan telah membayar rubel kepada pemegang Eurobonds berdenominasi dolar yang jatuh tempo pada 2022 dan 2042 karena bank asing telah menolak untuk memproses perintah untuk membayar 649 juta dolar AS kepada pemegang surat utang negaranya.

"Kami akan melakukan segalanya sehingga kreditur menerima uang yang mereka investasikan dari Federasi Rusia," kata Siluanov seperti dikutip kantor berita TASS.

Siluanov mengatakan perusahan monopoli yang dikelola negara Russian Railways (RZhD) tidak diizinkan untuk membayar dolar pada Eurobonds dan perusahaan akan membayar rubel sebagai gantinya, menurut kantor berita Interfax.

"Namun demikian, kewajiban akan dipenuhi: sebagai Federasi Rusia, RZhD akan melakukannya dalam rubel," kata Siluanov kepada wartawan, Interfax melaporkan.

Rusia belum gagal membayar utang luar negerinya sejak mengingkari pembayaran yang jatuh tempo setelah Revolusi Bolshevik 1917, tetapi obligasinya telah menjadi titik nyala dalam krisis diplomatik atas Ukraina dan sanksi saling balas antara Moskow dan Barat.

Siluanov juga mengatakan kementeriannya akan merekomendasikan bank-bank untuk tidak membayar dividen atas hasil keuangan 2021 mereka, menurut Interfax.

Baca juga: Rusia sebut apresiasi rubel tidak mengancam kebijakan fiskal
Baca juga: Rubel Rusia melemah, saham naik di tengah pembicaraan sanksi baru
Baca juga: Putin: Rusia akan berlakukan pembayaran rubel untuk gas mulai Jumat