Permintaan jajanan madumongso meningkat di Ramadhan
8 April 2022 01:19 WIB
Binti Solikhah, pemilik usaha jajanan madumongso di Desa Jatirejo, Kecamatan Banyakan, Kabupaten Kediri, Jawa Timur. Proses pengolahan bahan menjadi jajanan madumongso terus dikebut, menyusul tingginya permintaan. ANTARA/Asmaul
Kediri (ANTARA) - Permintaan jajanan madumongso di Kabupaten Kediri, Jawa Timur, meningkat saat Ramadhan dan menjelang Hari Raya Idul Adha 2022, sehingga pemilik UMKM madumongso pun menambah produksinya.
Binti Solikhah, pemilik usaha jajanan madumongso di Desa Jatirejo, Kecamatan Banyakan, Kabupaten Kediri, mengaku saat ini untuk proses pengolahan bahan menjadi jajanan madumongso terus dikebut.
"Kalau saat ini sudah lebih dari 1 kuintal madumongso. Kalau hari-hari biasa kurang dari itu," kata Binti Solekah di Kediri, Kamis.
Untuk membuat madumongso, Binti mengaku menggunakan resep turun temurun. Ketan juga dicampur antara yang hitam dan putih, sehingga hasilnya bagus.
Baca juga: Penjualan madumongso khas Kota Madiun meningkat menjelang Lebaran
Baca juga: Nasi jaha takjil favorit warga Ternate
Setelah dibersihkan dikukus dan dibuat menjadi tapai dan beberapa hari kemudian baru bisa diolah. Olahan itu kemudian dicampur dengan santan, gula dan dimasak di api hingga matang. Setelah masak, baru ditaruh di loyang, menunggu dingin dan siap untuk dibungkus.
Madumongso dijualnya dengan harga terjangkau. Untuk bahan madumongso dari ketan putih dijual seharga Rp60 ribu per kilogram, yang ketan hitam Rp70 ribu per kilogram dan yang bungkus warna warni seharga Rp85 ribu per kilogram.
Binti mengatakan bisnis olahan beras ketan ini awalnya tidak direncanakan. Ia terinspirasi dari saat bepergian ziarah wali yang selalu ada oleh-oleh jajanan seperti kue dodol dan selalu laris.
Ia kemudian membicarakan hal itu dengan anaknya dan justru didorong untuk membuat usaha ini. Hingga kini, usaha ini sudah digelutinya tiga tahun.
Binti mengatakan, awalnya ia uji coba pasar dengan membuat madumongso yang diberi merek "Madumongso Bu Binti". Ternyata, madumongso yang dibuatnya mendapatkan sambutan positif, hingga ia memutuskan menekuni usaha ini.
Produk utama yang dibuatnya adalah madumongso. Produk ini dibuat karena masa kedaluwarsa yang relatif lebih lama.
Namun, seiring dengan waktu, saat ini beragam olahan jajanan dari bahan baku ketan dibuatnya, seperti jenang, wajik, jadah dan beragam lainnya.
Kini, usahanya juga terus berkembang. Penjualan hingga ke berbagai daerah di Jawa Timur, termasuk luar Pulau Jawa.
Saat Ramadhan ini, dirinya menambah jumlah pekerja. Dia dibantu 20 pekerja, lebih banyak ketimbang jumlah pekerja di hari biasa. Nantinya, satu pekan sebelum Lebaran, juga masih ada tambahan pekerja mayoritas laki-laki
untuk membuat jenang kawah
"Jenang itu satu pekan masa kedaluwarsanya, jadi membuatnya juga mendekati Lebaran. Saya setiap hari selalu stok barang, jadi konsumen bisa membeli yang mereka inginkan," kata dia.
Saat Lebaran pertama setelah memutuskan membuat usaha ini, jualannya bisa laku hingga 1 ton. Di Lebaran 2021, bisa menjual hingga 2 ton, dan di 2022 ini diharapkan bisa tembus hingga 2,5 ton.
Ia pun tetap optimistis usahanya ini akan terus berlanjut. Madumongso adalah jajanan tradisional yang tetap dicari di setiap waktu, dan bukan hanya untuk suguhan saat Lebaran ataupun ketika ada orang menyelenggarakan pesta seperti pernikahan.
Sementara itu, Pemkab Kediri juga terus mendukung UMKM untuk berkarya. Momentum Ramadhan dan menyambut Lebaran 2022 tentunya menjadi kesempatan yang baik bagi mereka untuk usahanya semakin baik.
"Kami tentunya mendukung UMKM terus produktif," kata Pelaksana Tugas Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Kediri Tutik Purwaningsih. (*)
Baca juga: Jejak Islam di Spanyol dalam menu spesial Ramadhan
Baca juga: Dadar jiwo Palembang kuliner langka yang jadi buruan saat Ramadhan
Binti Solikhah, pemilik usaha jajanan madumongso di Desa Jatirejo, Kecamatan Banyakan, Kabupaten Kediri, mengaku saat ini untuk proses pengolahan bahan menjadi jajanan madumongso terus dikebut.
"Kalau saat ini sudah lebih dari 1 kuintal madumongso. Kalau hari-hari biasa kurang dari itu," kata Binti Solekah di Kediri, Kamis.
Untuk membuat madumongso, Binti mengaku menggunakan resep turun temurun. Ketan juga dicampur antara yang hitam dan putih, sehingga hasilnya bagus.
Baca juga: Penjualan madumongso khas Kota Madiun meningkat menjelang Lebaran
Baca juga: Nasi jaha takjil favorit warga Ternate
Setelah dibersihkan dikukus dan dibuat menjadi tapai dan beberapa hari kemudian baru bisa diolah. Olahan itu kemudian dicampur dengan santan, gula dan dimasak di api hingga matang. Setelah masak, baru ditaruh di loyang, menunggu dingin dan siap untuk dibungkus.
Madumongso dijualnya dengan harga terjangkau. Untuk bahan madumongso dari ketan putih dijual seharga Rp60 ribu per kilogram, yang ketan hitam Rp70 ribu per kilogram dan yang bungkus warna warni seharga Rp85 ribu per kilogram.
Binti mengatakan bisnis olahan beras ketan ini awalnya tidak direncanakan. Ia terinspirasi dari saat bepergian ziarah wali yang selalu ada oleh-oleh jajanan seperti kue dodol dan selalu laris.
Ia kemudian membicarakan hal itu dengan anaknya dan justru didorong untuk membuat usaha ini. Hingga kini, usaha ini sudah digelutinya tiga tahun.
Binti mengatakan, awalnya ia uji coba pasar dengan membuat madumongso yang diberi merek "Madumongso Bu Binti". Ternyata, madumongso yang dibuatnya mendapatkan sambutan positif, hingga ia memutuskan menekuni usaha ini.
Produk utama yang dibuatnya adalah madumongso. Produk ini dibuat karena masa kedaluwarsa yang relatif lebih lama.
Namun, seiring dengan waktu, saat ini beragam olahan jajanan dari bahan baku ketan dibuatnya, seperti jenang, wajik, jadah dan beragam lainnya.
Kini, usahanya juga terus berkembang. Penjualan hingga ke berbagai daerah di Jawa Timur, termasuk luar Pulau Jawa.
Saat Ramadhan ini, dirinya menambah jumlah pekerja. Dia dibantu 20 pekerja, lebih banyak ketimbang jumlah pekerja di hari biasa. Nantinya, satu pekan sebelum Lebaran, juga masih ada tambahan pekerja mayoritas laki-laki
untuk membuat jenang kawah
"Jenang itu satu pekan masa kedaluwarsanya, jadi membuatnya juga mendekati Lebaran. Saya setiap hari selalu stok barang, jadi konsumen bisa membeli yang mereka inginkan," kata dia.
Saat Lebaran pertama setelah memutuskan membuat usaha ini, jualannya bisa laku hingga 1 ton. Di Lebaran 2021, bisa menjual hingga 2 ton, dan di 2022 ini diharapkan bisa tembus hingga 2,5 ton.
Ia pun tetap optimistis usahanya ini akan terus berlanjut. Madumongso adalah jajanan tradisional yang tetap dicari di setiap waktu, dan bukan hanya untuk suguhan saat Lebaran ataupun ketika ada orang menyelenggarakan pesta seperti pernikahan.
Sementara itu, Pemkab Kediri juga terus mendukung UMKM untuk berkarya. Momentum Ramadhan dan menyambut Lebaran 2022 tentunya menjadi kesempatan yang baik bagi mereka untuk usahanya semakin baik.
"Kami tentunya mendukung UMKM terus produktif," kata Pelaksana Tugas Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Kediri Tutik Purwaningsih. (*)
Baca juga: Jejak Islam di Spanyol dalam menu spesial Ramadhan
Baca juga: Dadar jiwo Palembang kuliner langka yang jadi buruan saat Ramadhan
Pewarta: Asmaul Chusna
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2022
Tags: