Produk China semakin membanjiri Asia
19 Oktober 2011 14:20 WIB
Sejumlah mainan boneka goyang di pajang di salah satu pusat perbelanjaan di kawasan Karawaci, Tangerang, Banten. Boneka dari China ini membanjiri pasaran di Indonesia. (ANTARA/Lucky.R)
Jakarta (ANTARA News) - Pengamat pasar, Ifan Kurniawan, meminta pemerintah menjaga dan melindungi produk-produk dalam negeri, karena produk China kemungkinan akan membanjiri Kawasan Asia setelah permintaan dari pasar Eropa dan AS berkurang.
"China kemungkinan akan mengalihkan produknya yang semula diekspor ke Eropa dan AS menjadi ke Kawasan Asia, terutama Indonesia yang penduduknya cukup besar, " kata Ifan, yang juga analis PT First Asia Capital di Jakarta, Rabu.
Ia mengatakan, China saat ini sedang mengalami pelambatan pertumbuhan ekonomi pada kuartal kedua dari 9,5 persen turun menjadi 9,1 persen.
"Meski China mengalami pelambatan pertumbuhan, namun ekonominya masih tumbuh sebesar 9,1 persen," katanya.
Selain itu, menurut dia, China juga , berhasil mempertahankan laju inflasi 2011 yang mencapai 6,1 persen dari sebelumnya 6,4 persen, antara lain dengan menaikkan suku bunga utamanya.
Negara tirai bambu itu, mengalami kelebihan produksi, setelah permintaan dari pelaku pasar Eropa dan Amerika Serikat berkurang.
Berkurangnya permintaan pasar Eropa dan AS itu karena negara-negara di kawasan itu mengalami krisis keuangan yang disebut gagal bayar, ucapnya.
Ia menambahkan, krisis utang di Eropa dan AS kemungkinan akan terjadi dalam waktu lama, karena para pemimpin Uni Eropa masih belum ada kesepakatan dan kejelasan mengenai dana bantuan keuangan.
Meski demikian, Jerman dan Prancis sepakat akan mengeluarkan dana talangan sebesar dua triliun euro, untuk membantu negara-negara yang terkena krisis utang tersebut, ucapnya.
Krisis itu, menurut dia, apabila berlanjut maka diperkirakan dalam paruh kedua 2012 akan berimbas ke pasar domestik Indonesia.
Untuk itu pemerintah harus dapat memperkuat pasar domestik dengan lebih aktif membantu usaha kecil dan mengah (UKM), katanya. (CS/S004)
"China kemungkinan akan mengalihkan produknya yang semula diekspor ke Eropa dan AS menjadi ke Kawasan Asia, terutama Indonesia yang penduduknya cukup besar, " kata Ifan, yang juga analis PT First Asia Capital di Jakarta, Rabu.
Ia mengatakan, China saat ini sedang mengalami pelambatan pertumbuhan ekonomi pada kuartal kedua dari 9,5 persen turun menjadi 9,1 persen.
"Meski China mengalami pelambatan pertumbuhan, namun ekonominya masih tumbuh sebesar 9,1 persen," katanya.
Selain itu, menurut dia, China juga , berhasil mempertahankan laju inflasi 2011 yang mencapai 6,1 persen dari sebelumnya 6,4 persen, antara lain dengan menaikkan suku bunga utamanya.
Negara tirai bambu itu, mengalami kelebihan produksi, setelah permintaan dari pelaku pasar Eropa dan Amerika Serikat berkurang.
Berkurangnya permintaan pasar Eropa dan AS itu karena negara-negara di kawasan itu mengalami krisis keuangan yang disebut gagal bayar, ucapnya.
Ia menambahkan, krisis utang di Eropa dan AS kemungkinan akan terjadi dalam waktu lama, karena para pemimpin Uni Eropa masih belum ada kesepakatan dan kejelasan mengenai dana bantuan keuangan.
Meski demikian, Jerman dan Prancis sepakat akan mengeluarkan dana talangan sebesar dua triliun euro, untuk membantu negara-negara yang terkena krisis utang tersebut, ucapnya.
Krisis itu, menurut dia, apabila berlanjut maka diperkirakan dalam paruh kedua 2012 akan berimbas ke pasar domestik Indonesia.
Untuk itu pemerintah harus dapat memperkuat pasar domestik dengan lebih aktif membantu usaha kecil dan mengah (UKM), katanya. (CS/S004)
Editor: Desy Saputra
Copyright © ANTARA 2011
Tags: