Perombakan kabinet momen revitalisasi potensi ekonomi
18 Oktober 2011 17:53 WIB
Pengunjuk rasa yang tergabung dalam Aliansi Rakyat mendukung Presiden untuk mengganti beberapa menteri yang dinilai kurang maksimal kinerjanya, serta terlibat kasus hukum sehingga mengurangi kepercayaan masyarakat Indonesia. (FOTO ANTARA/Yudhi Mahatma)
Jakarta (ANTARA News) - Wakil Ketua Umum Kamar Dagang Indonesia (KADIN), Bambang
Soesatyo, menyatakan, momentum perombakan kabinet kali ini merupakan
peluang bagi Presiden Susilo Yudhoyono menunjukkan
kepedulian pada upaya revitalisasi potensi ekonomi dalam negeri.
"Tindakan paling strategis yang dibutuhkan saat ini adalah membentuk tim ekonomi kabinet yang militan, beranggotakan menteri-menteri yang tahu betul hakikat kepentingan nasional dan kepentingan rakyat," kata Susatyo, di Gedung DPR RI, Jakarta, Selasa.
Dia menyatakan, kalangan pengusaha menyambut baik pencopotan Mari Pangestu sebagai Menteri Perdagangan.
"Sebab, akibat berbagai kebijakannya, Indonesia dibanjiri produk impor yang tak terkendalikan. Dan itu telah membunuh dan melumpuhkan industri manufaktur serta UMKM di dalam negeri," kata Susatyo.
Menurut dia, ketergantungan pada bahan pangan impor tak terhindarkan karena niat merevitalisasi sektor pertanian dan perkebunan tanaman pangan dilaksanakan setengah hati.
Di sektor industri dan UMKM, kebijakan impor yang demikian longgar malah menjadi faktor yang mematikan potensi ekonomi rakyat di dalam negeri.
Disebutkan, impor komoditi pangan tahun ini bisa mendekati angka Rp60 triliun. Sebab, dalam periode Januari-Juni 2011 saja, nilai impor pangan sudah mencapai Rp36,2 triliun. Sebagai acuan atau perbandingan,
total nilai impor bahan pangan per 2009 tercatat Rp51,97 triliun.
Komoditi yang diimpor meliputi gandum, jagung, beras, tepung terigu, kacang kedelai, susu, gula, daging sapi hingga garam dan cabai.
Petumbuhan impor produk industri pun terbilang sangat cepat. Pada 2010, nilai impor mesin dan peralatan tercatat 18 miliar dolar AS, produk elektronik 14 miliar dolar AS, produk otomotif dan komponennya 13 miliar dolar AS. Paling menggelisahkan tentu saja melihat pertumbuhan impor produk China di pasar dalam negeri.
"Akibat banjir produk impor yang tak terkendali, khususnya dari China, produktivitas sektor industri dan UMKM anjlok. Selain itu, volume penjualan produk lokal turun sangat tajam. Akibatnya, kemampuan sektor industri dan UMKM dalam penyerapan tenaga kerja pun semakin menyusut," kata Susatyo. zul
"Tindakan paling strategis yang dibutuhkan saat ini adalah membentuk tim ekonomi kabinet yang militan, beranggotakan menteri-menteri yang tahu betul hakikat kepentingan nasional dan kepentingan rakyat," kata Susatyo, di Gedung DPR RI, Jakarta, Selasa.
Dia menyatakan, kalangan pengusaha menyambut baik pencopotan Mari Pangestu sebagai Menteri Perdagangan.
"Sebab, akibat berbagai kebijakannya, Indonesia dibanjiri produk impor yang tak terkendalikan. Dan itu telah membunuh dan melumpuhkan industri manufaktur serta UMKM di dalam negeri," kata Susatyo.
Menurut dia, ketergantungan pada bahan pangan impor tak terhindarkan karena niat merevitalisasi sektor pertanian dan perkebunan tanaman pangan dilaksanakan setengah hati.
Di sektor industri dan UMKM, kebijakan impor yang demikian longgar malah menjadi faktor yang mematikan potensi ekonomi rakyat di dalam negeri.
Disebutkan, impor komoditi pangan tahun ini bisa mendekati angka Rp60 triliun. Sebab, dalam periode Januari-Juni 2011 saja, nilai impor pangan sudah mencapai Rp36,2 triliun. Sebagai acuan atau perbandingan,
total nilai impor bahan pangan per 2009 tercatat Rp51,97 triliun.
Komoditi yang diimpor meliputi gandum, jagung, beras, tepung terigu, kacang kedelai, susu, gula, daging sapi hingga garam dan cabai.
Petumbuhan impor produk industri pun terbilang sangat cepat. Pada 2010, nilai impor mesin dan peralatan tercatat 18 miliar dolar AS, produk elektronik 14 miliar dolar AS, produk otomotif dan komponennya 13 miliar dolar AS. Paling menggelisahkan tentu saja melihat pertumbuhan impor produk China di pasar dalam negeri.
"Akibat banjir produk impor yang tak terkendali, khususnya dari China, produktivitas sektor industri dan UMKM anjlok. Selain itu, volume penjualan produk lokal turun sangat tajam. Akibatnya, kemampuan sektor industri dan UMKM dalam penyerapan tenaga kerja pun semakin menyusut," kata Susatyo. zul
Pewarta: Zul Sikumbang
Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2011
Tags: