Artikel
"Living Sunnah" dengan "ruwahan" sambut Ramadhan
Oleh Andi Jauhary
4 April 2022 16:31 WIB
Suasana "ruwahan" digelar Yayasan At-Tawassuth di RW 06 Kampung Sawah, Desa Bojong, Kecamatan Kemang, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, pada 1 April 2022 menjelang masuk awal Ramadhan 1443 Hijriah. ANTARA/HO-Yayasan At-Tawassuth Kecamatan Kemang, Kabupaten Bogor)
Jakarta (ANTARA) - Umat Islam seluruh dunia selalu menantikan datangnya Bulan Ramadhan, di mana Allah subhanahu wa taala (SWT) memerintahkan kaum muslimin melaksanakan kewajiban puasa sebulan penuh.
Pada bulan suci ini, umat Nabi Muhammad sallahu alaihi wassalam (SAW) mendapat kesempatan luar biasa untuk meningkatkan ibadah, karena imbalan yang sangat besar.
Pada Ramadhan, Allah SWT menjanjikan bagi yang melaksanakan kewajiban puasa, yakni di bulan ini di awalnya (10 hari pertama) adalah rahmat, bagian tengahnya penuh ampunan, dan bagian akhirnya adalah pembebasan dari api neraka.
Begitu esensial keutamaan Ramadhan sehingga saat sebelum masuk bulan suci ini --yakni di akhir Bulan Rajab 1443 Hijriah-- sebagian umat Islam menyambutnya dengan niat suka cita.
Itu dilakukan sejumlah komunitas Muslim di Kabupaten Bogor, Jawa Barat dengan menggelar kegiatan "ruwahan" untuk menyambut kedatangan Bulan Suci Ramadhan.
Yayasan At-Tawassuth, yang berada di RW06 Kampung Sawah, Desa Bojong, Kecamatan Kemang, Kabupaten Bogor, melalui unit Majelis Sholawat Fatih, selama dua pekan penuh, mulai 15 hingga 29 Syakban mengadakan "ruwahan" yang diikuti 100 orang jamaah.
"Ruwahan" dilaksanakan dengan membaca ayat suci Al Quran, melantunkan selawat Nabi Muhammad SAW, mengumandangkan tahlil dan mengirimkan hadiah doa kepada arwah ahli kubur.
Baca juga: Menag berpesan jadikan Ramadhan sebagai momentum perkuat solidaritas
Para "Salafus Shalih", termasuk ulama terdahulu Sunda memiliki tradisi dalam memakmurkan Syakban dengan menggelar kegiatan "ruwahan" untuk mendoakan arwah ahli kubur.
Kegiatan "ruwahan" pun menjadi tradisi tahunan yang banyak ditemukan di seantero wilayah Jawa Barat, Banten, dan DKI Jakarta, yang biasanya dilaksanakan setelah malam Nisfu Syakban atau tanggal 15 bulan kedelapan kalender hijriah.
Yayasan At-Tawassuth menggagas "ruwahan" dengan sejumlah kegiatan, yaitu Ataqoh Kubro, yakni pembacaan surat Al Ikhlas secara berjamaah sebanyak 100.000 kali, pembacaan Selawat Fatih sebanyak 17.000 kali, pengiriman hadiah doa untuk arwah ahli kubur dan pembacaan Manaqib Tuanku Syaikh Abdul Qodir Al-Jailani RA.
Kegiatan "ruwahan" ditutup pada Jumat (1/4) sore bertepatan 29 Syakban dengan melaksanakan "cucurak", makan bersama para jamaah yang mengikuti kegiatan ini untuk syukuran selesainya kegiatan dan ekspresi kegembiraan menyambut datangnya Bulan Ramadhan 1443 Hijriah yang dinantikan.
Baca juga: Bupati Lebak: Hormati orang berpuasa
Kegiatan dilaksanakan pula oleh Yayasan Rubat Sangkanurip Ar-Razany di Perumahan Ambar Talaga 2, Desa Mekarsari, Kecamatan Rancabungur, Kabupaten Bogor.
Kegiatan itu dilaksanakan pada Kamis (31/3), pada malam ke-29 Syakban.
Pondok Pesantren Ar-Ruhama Ciomas, Kabupaten Bogor juga melaksanakan "ruwahan" dua kali.
Kegiatan pertama dilaksanakan di halaman Pondok Pesantren Ar-Ruhama Kelurahan Padasuka, Kecamatan Ciomas, Ahad (20/3) atau 17 Syakban 1443 Hijriah, diikuti 200 orang jamaah kaum bapak, sedangkan yang kedua pada Selasa (22/3) bertepatan 19 Syakban 1443 Hijriah, diikuti 70 orang jamaah kaum ibu.
"Living Sunnah"
Ketua Yayasan At-Tawassuth Kecamatan Kemang, Kabupaten Bogor Ahmad Fahir mengatakan bahwa "ruwahan" salah satu bentuk "living sunnah" atau upaya menghidupkan dan melestarikan ajaran dan sunah Nabi Muhammad SAW di tengah masyarakat.
"Ruwahan" dilaksanakan dengan membaca ayat suci Al Quran, melantunkan selawat Nabi, mengumandangkan tahlil, dan mengirimkan hadiah doa kepada arwah ahli kubur.
"Ruwahan" berasal dari asal kata "Ruh", yang berarti mengirimkan doa khusus untuk roh mereka yang telah wafat. Kegiatan ini biasanya dilaksanakan pada Bulan Syakban.
Bulan Syakban adalah Bulan Roh. Syakban adalah bulannya Nabi Muhammad SAW, manusia paling mulia yang Allah SWT ciptakan sebagai rahmat bagi alam semesta.
Pada Bulan Syakban, menurut Wakil Ketua DPD Dewan Masjid Indonesia (DMI) Kota Bogor periode 2003-2008 itu, seluruh catatan amal selama setahun penuh disampaikan malaikat ke Allah SWT. Bila catatan amal mingguan disampaikan setiap Kamis, maka catatan amal tahunan disampaikan setiap Syakban.
Baca juga: Gubernur Kalteng: Ramadhan momentum tingkatkan kebersamaan
Selain itu, pada Bulan Syakban pula roh yang akan dilahirkan dan yang akan dicabut serta rezeki yang akan dibagikan setahun ke depan diturunkan dari ilmu Allah ke langit dunia melalui para malaikat.
"Mereka yang telah meninggal dunia membutuhkan kiriman doa dari ahli warisnya. Doa untuk ahli kubur sampai. Sesuai Hadis Nabi dan hadisnya sahih," kata pendiri Keluarga Mahasiswa Nahdatul Ulama Institut Pertanian Bogor University (KMNU IPB) itu.
Aplikasi
Salah satu pemikir Islam neomodernis asal Pakistan, Fazlur Rahman (21 September 1919-26 Juli 1988), mengangkat dan memunculkan istilah "Living Sunnah" sebagai salah satu konsep pengaplikasian hadis Nabi, yang dianggap sebagai salah satu konsep yang bisa mengikuti laju globalisasi dan modernitas yang melanda umat Islam.
Dalam banyak kajian akademis disebutkan istilah itu lahir dari hasil interpretasi Fazlur Rahman mengenai sunah Nabi dan berpandangan bahwa hadis dan sunah secara realistis berevolusi secara historis.
Pendekatan Fazlur Rahman ini merupakan respons terhadap para orientalis ketika ia berada di Barat dan respons terhadap ulama Islam tradisional dan fundamental yang menghujatnya sewaktu ia berada di Pakistan dan juga sebagai respons terhadap tokoh Islam modernis.
Ada pemikiran Fazlur Rahman, khususnya gagasan --gagasan liberal-- yang sempat membuat kontroversi sehingga ia terusir dari negerinya dan berpindah ke Amerika Serikat (AS), menjadi dosen tamu di University of California Los Angeles (UCLA) selama beberapa tahun.
Baca juga: Ponpes Attaqwa Bekasi gelar Tarhib Ramadhan
Pada 1969, ia pindah mengajar ke University of Chicago dan menjabat sebagai guru besar dalam kajian Islam pada Department of Near Eastern Languages and Civilization.
Tidak sedikit cendekiawan Muslim Indonesia menimba ilmu dari Fazlur Rahman, di antaranya (alm) Nurcholish "Cak Nur" Madjid, Ketua MPR masa bakti 1999-2004, M. Amien Rais, mantan Ketua Umum PP Muhammadiyah Ahmad Syafi'i Ma'arif dan juga dari negeri tetangga, Wakil Perdana Menteri Malaysia (1993-1998) Anwar Ibrahim.
Fazlur Rahman menganggap bahwa aktualisasi sunah dalam kehidupan masa sekarang dengan pemahaman bahwa sunah sebagai konsep pengayoman, sebagai model ideal, perlu pemahaman tentang tingkah laku Nabi secara konteks dalam kerangka historis sosiologis, agar menjadi sunah yang hidup (living sunnah).
Dalam tataran mikro, sebagian umat Islam di Indonesia, seperti dengan tradisi "ruwahan" itu telah dan masih melaksanakannya, di saat memasuki gerbang Ramadhan yang penuh berkah ini.
Baca juga: Merawat tradisi "meugang" sambut Ramadhan di Aceh
Baca juga: Warga Bangka Belitung melaksanakan tradisi ruwahan
Pada bulan suci ini, umat Nabi Muhammad sallahu alaihi wassalam (SAW) mendapat kesempatan luar biasa untuk meningkatkan ibadah, karena imbalan yang sangat besar.
Pada Ramadhan, Allah SWT menjanjikan bagi yang melaksanakan kewajiban puasa, yakni di bulan ini di awalnya (10 hari pertama) adalah rahmat, bagian tengahnya penuh ampunan, dan bagian akhirnya adalah pembebasan dari api neraka.
Begitu esensial keutamaan Ramadhan sehingga saat sebelum masuk bulan suci ini --yakni di akhir Bulan Rajab 1443 Hijriah-- sebagian umat Islam menyambutnya dengan niat suka cita.
Itu dilakukan sejumlah komunitas Muslim di Kabupaten Bogor, Jawa Barat dengan menggelar kegiatan "ruwahan" untuk menyambut kedatangan Bulan Suci Ramadhan.
Yayasan At-Tawassuth, yang berada di RW06 Kampung Sawah, Desa Bojong, Kecamatan Kemang, Kabupaten Bogor, melalui unit Majelis Sholawat Fatih, selama dua pekan penuh, mulai 15 hingga 29 Syakban mengadakan "ruwahan" yang diikuti 100 orang jamaah.
"Ruwahan" dilaksanakan dengan membaca ayat suci Al Quran, melantunkan selawat Nabi Muhammad SAW, mengumandangkan tahlil dan mengirimkan hadiah doa kepada arwah ahli kubur.
Baca juga: Menag berpesan jadikan Ramadhan sebagai momentum perkuat solidaritas
Para "Salafus Shalih", termasuk ulama terdahulu Sunda memiliki tradisi dalam memakmurkan Syakban dengan menggelar kegiatan "ruwahan" untuk mendoakan arwah ahli kubur.
Kegiatan "ruwahan" pun menjadi tradisi tahunan yang banyak ditemukan di seantero wilayah Jawa Barat, Banten, dan DKI Jakarta, yang biasanya dilaksanakan setelah malam Nisfu Syakban atau tanggal 15 bulan kedelapan kalender hijriah.
Yayasan At-Tawassuth menggagas "ruwahan" dengan sejumlah kegiatan, yaitu Ataqoh Kubro, yakni pembacaan surat Al Ikhlas secara berjamaah sebanyak 100.000 kali, pembacaan Selawat Fatih sebanyak 17.000 kali, pengiriman hadiah doa untuk arwah ahli kubur dan pembacaan Manaqib Tuanku Syaikh Abdul Qodir Al-Jailani RA.
Kegiatan "ruwahan" ditutup pada Jumat (1/4) sore bertepatan 29 Syakban dengan melaksanakan "cucurak", makan bersama para jamaah yang mengikuti kegiatan ini untuk syukuran selesainya kegiatan dan ekspresi kegembiraan menyambut datangnya Bulan Ramadhan 1443 Hijriah yang dinantikan.
Baca juga: Bupati Lebak: Hormati orang berpuasa
Kegiatan dilaksanakan pula oleh Yayasan Rubat Sangkanurip Ar-Razany di Perumahan Ambar Talaga 2, Desa Mekarsari, Kecamatan Rancabungur, Kabupaten Bogor.
Kegiatan itu dilaksanakan pada Kamis (31/3), pada malam ke-29 Syakban.
Pondok Pesantren Ar-Ruhama Ciomas, Kabupaten Bogor juga melaksanakan "ruwahan" dua kali.
Kegiatan pertama dilaksanakan di halaman Pondok Pesantren Ar-Ruhama Kelurahan Padasuka, Kecamatan Ciomas, Ahad (20/3) atau 17 Syakban 1443 Hijriah, diikuti 200 orang jamaah kaum bapak, sedangkan yang kedua pada Selasa (22/3) bertepatan 19 Syakban 1443 Hijriah, diikuti 70 orang jamaah kaum ibu.
"Living Sunnah"
Ketua Yayasan At-Tawassuth Kecamatan Kemang, Kabupaten Bogor Ahmad Fahir mengatakan bahwa "ruwahan" salah satu bentuk "living sunnah" atau upaya menghidupkan dan melestarikan ajaran dan sunah Nabi Muhammad SAW di tengah masyarakat.
"Ruwahan" dilaksanakan dengan membaca ayat suci Al Quran, melantunkan selawat Nabi, mengumandangkan tahlil, dan mengirimkan hadiah doa kepada arwah ahli kubur.
"Ruwahan" berasal dari asal kata "Ruh", yang berarti mengirimkan doa khusus untuk roh mereka yang telah wafat. Kegiatan ini biasanya dilaksanakan pada Bulan Syakban.
Bulan Syakban adalah Bulan Roh. Syakban adalah bulannya Nabi Muhammad SAW, manusia paling mulia yang Allah SWT ciptakan sebagai rahmat bagi alam semesta.
Pada Bulan Syakban, menurut Wakil Ketua DPD Dewan Masjid Indonesia (DMI) Kota Bogor periode 2003-2008 itu, seluruh catatan amal selama setahun penuh disampaikan malaikat ke Allah SWT. Bila catatan amal mingguan disampaikan setiap Kamis, maka catatan amal tahunan disampaikan setiap Syakban.
Baca juga: Gubernur Kalteng: Ramadhan momentum tingkatkan kebersamaan
Selain itu, pada Bulan Syakban pula roh yang akan dilahirkan dan yang akan dicabut serta rezeki yang akan dibagikan setahun ke depan diturunkan dari ilmu Allah ke langit dunia melalui para malaikat.
"Mereka yang telah meninggal dunia membutuhkan kiriman doa dari ahli warisnya. Doa untuk ahli kubur sampai. Sesuai Hadis Nabi dan hadisnya sahih," kata pendiri Keluarga Mahasiswa Nahdatul Ulama Institut Pertanian Bogor University (KMNU IPB) itu.
Aplikasi
Salah satu pemikir Islam neomodernis asal Pakistan, Fazlur Rahman (21 September 1919-26 Juli 1988), mengangkat dan memunculkan istilah "Living Sunnah" sebagai salah satu konsep pengaplikasian hadis Nabi, yang dianggap sebagai salah satu konsep yang bisa mengikuti laju globalisasi dan modernitas yang melanda umat Islam.
Dalam banyak kajian akademis disebutkan istilah itu lahir dari hasil interpretasi Fazlur Rahman mengenai sunah Nabi dan berpandangan bahwa hadis dan sunah secara realistis berevolusi secara historis.
Pendekatan Fazlur Rahman ini merupakan respons terhadap para orientalis ketika ia berada di Barat dan respons terhadap ulama Islam tradisional dan fundamental yang menghujatnya sewaktu ia berada di Pakistan dan juga sebagai respons terhadap tokoh Islam modernis.
Ada pemikiran Fazlur Rahman, khususnya gagasan --gagasan liberal-- yang sempat membuat kontroversi sehingga ia terusir dari negerinya dan berpindah ke Amerika Serikat (AS), menjadi dosen tamu di University of California Los Angeles (UCLA) selama beberapa tahun.
Baca juga: Ponpes Attaqwa Bekasi gelar Tarhib Ramadhan
Pada 1969, ia pindah mengajar ke University of Chicago dan menjabat sebagai guru besar dalam kajian Islam pada Department of Near Eastern Languages and Civilization.
Tidak sedikit cendekiawan Muslim Indonesia menimba ilmu dari Fazlur Rahman, di antaranya (alm) Nurcholish "Cak Nur" Madjid, Ketua MPR masa bakti 1999-2004, M. Amien Rais, mantan Ketua Umum PP Muhammadiyah Ahmad Syafi'i Ma'arif dan juga dari negeri tetangga, Wakil Perdana Menteri Malaysia (1993-1998) Anwar Ibrahim.
Fazlur Rahman menganggap bahwa aktualisasi sunah dalam kehidupan masa sekarang dengan pemahaman bahwa sunah sebagai konsep pengayoman, sebagai model ideal, perlu pemahaman tentang tingkah laku Nabi secara konteks dalam kerangka historis sosiologis, agar menjadi sunah yang hidup (living sunnah).
Dalam tataran mikro, sebagian umat Islam di Indonesia, seperti dengan tradisi "ruwahan" itu telah dan masih melaksanakannya, di saat memasuki gerbang Ramadhan yang penuh berkah ini.
Baca juga: Merawat tradisi "meugang" sambut Ramadhan di Aceh
Baca juga: Warga Bangka Belitung melaksanakan tradisi ruwahan
Editor: M. Hari Atmoko
Copyright © ANTARA 2022
Tags: