Hujan lebat berpotensi guyur sejumlah wilayah di Indonesia
2 April 2022 08:16 WIB
Ilustrasi - Pengendara motor menerjang banjir yang menggenangi Jalan Semarang di Surabaya, Jawa Timur, Minggu (27/3/2022). ANTARA FOTO/Didik Suhartono/pras/pri.
Jakarta (ANTARA) - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memperingatkan masyarakat untuk waspada potensi hujan lebat yang dapat disertai petir dan angin kencang di sejumlah wilayah di Indonesia pada Sabtu.
Dalam peringatan dini cuaca untuk hari ini, BMKG memprakirakan wilayah yang berpotensi mengalami hujan lebat, yaitu Aceh, Bali, Bangka Belitung, Banten, Bengkulu, DKI Jakarta, Gorontalo, Jambi, Jawa Barat, Jawa Timur, Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan, Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur, Kalimantan Utara, Lampung, Maluku, Maluku Utara.
Selain itu, NTB, NTT, Papua Barat, Riau, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara, dan Sumatra Selatan.
Sebelumnya, Sekretaris Jenderal World Meteorological Organization (WMO) Prof. Petteri Taalas mengungkapkan dampak perubahan iklim sudah terlihat melalui cuaca yang lebih ekstrem di seluruh belahan dunia.
"Kami melihat gelombang panas yang lebih intens dan kekeringan serta kebakaran hutan. Kami memiliki lebih banyak uap air di atmosfer, yang menyebabkan curah hujan ekstrem dan banjir mematikan. Lautan memicu badai tropis yang lebih kuat dan naiknya permukaan laut meningkatkan dampaknya," ujar dia.
Baca juga: WMO: Dampak perubahan iklim terlihat dari cuaca ekstrem di dunia
Laporan WMO tentang statistik bencana selama 50 tahun terakhir menunjukkan bahwa lebih dari 11.000 bencana terkait dengan cuaca, iklim, dan bahaya terkait air antara tahun 1970 dan 2019, hampir sama dengan satu bencana per hari.
Ada dua juta kematian atau 115 per hari. Jumlah bencana telah meningkat lima kali lipat dalam 50 tahun terakhir dan biaya ekonomi melonjak. Hal itu diperkirakan akan terus berlanjut.
Kepala BMKG Dwikorita Karnawati mengatakan perubahan iklim yang menjadi faktor penguat cuaca ekstrem makin sering terjadi di Indonesia, mulai dari hujan lebat disertai kilat dan petir, siklon tropis, gelombang tinggi, hujan es, dan kekeringan panjang.
Situasi ekstrem ini, kata dia, ketika bertemu dengan kerentanan lingkungan, tidak jarang mengakibatkan bencana hidrometeorologi, seperti banjir, banjir bandang, puting beliung, tanah longsor, serta kebakaran lahan.
Baca juga: BMKG imbau warga NTT waspadai cuaca ekstrem di masa peralihan musim
Baca juga: Kelurahan Pondok Kopi pangkas pohon di Jalan I Gusti Ngurah Rai
Dalam peringatan dini cuaca untuk hari ini, BMKG memprakirakan wilayah yang berpotensi mengalami hujan lebat, yaitu Aceh, Bali, Bangka Belitung, Banten, Bengkulu, DKI Jakarta, Gorontalo, Jambi, Jawa Barat, Jawa Timur, Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan, Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur, Kalimantan Utara, Lampung, Maluku, Maluku Utara.
Selain itu, NTB, NTT, Papua Barat, Riau, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara, dan Sumatra Selatan.
Sebelumnya, Sekretaris Jenderal World Meteorological Organization (WMO) Prof. Petteri Taalas mengungkapkan dampak perubahan iklim sudah terlihat melalui cuaca yang lebih ekstrem di seluruh belahan dunia.
"Kami melihat gelombang panas yang lebih intens dan kekeringan serta kebakaran hutan. Kami memiliki lebih banyak uap air di atmosfer, yang menyebabkan curah hujan ekstrem dan banjir mematikan. Lautan memicu badai tropis yang lebih kuat dan naiknya permukaan laut meningkatkan dampaknya," ujar dia.
Baca juga: WMO: Dampak perubahan iklim terlihat dari cuaca ekstrem di dunia
Laporan WMO tentang statistik bencana selama 50 tahun terakhir menunjukkan bahwa lebih dari 11.000 bencana terkait dengan cuaca, iklim, dan bahaya terkait air antara tahun 1970 dan 2019, hampir sama dengan satu bencana per hari.
Ada dua juta kematian atau 115 per hari. Jumlah bencana telah meningkat lima kali lipat dalam 50 tahun terakhir dan biaya ekonomi melonjak. Hal itu diperkirakan akan terus berlanjut.
Kepala BMKG Dwikorita Karnawati mengatakan perubahan iklim yang menjadi faktor penguat cuaca ekstrem makin sering terjadi di Indonesia, mulai dari hujan lebat disertai kilat dan petir, siklon tropis, gelombang tinggi, hujan es, dan kekeringan panjang.
Situasi ekstrem ini, kata dia, ketika bertemu dengan kerentanan lingkungan, tidak jarang mengakibatkan bencana hidrometeorologi, seperti banjir, banjir bandang, puting beliung, tanah longsor, serta kebakaran lahan.
Baca juga: BMKG imbau warga NTT waspadai cuaca ekstrem di masa peralihan musim
Baca juga: Kelurahan Pondok Kopi pangkas pohon di Jalan I Gusti Ngurah Rai
Pewarta: Asep Firmansyah
Editor: M. Hari Atmoko
Copyright © ANTARA 2022
Tags: