Jakarta (ANTARA News) - PT Angkasa Pura II Persero mengungkapkan dari 12 bandara yang dikelola, terdapat lima bandara rugi serta tujuh bandara membukukan keuntungan.

"Kerugian ini dipicu tingginya beban penyusutan yang ditanggung oleh cabang karena adanya tambahan alat-alat produksi," kata Direktur Utama Angkasa Pura II Tri Sunoko dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) bersama Komisi VI DPR RI di Jakarta, Kamis.

Menurut dia, landasan, instalasi, serta terminal di dalam bandara membutuhkan biaya yang besar.

Ia menjabarkan lima bandara udara yang merugi, yaitu Sultan Mahmud Badaruddin II Palembang sekitar Rp31,903 miliar, Bandara Internasional Minangkabau Padang sekitar Rp36,188 miliar, Halim Perdanakusuma Jakarta sebesar Rp12,007 miliar, Raja Haji Tanjung Pinang sebesar Rp6,573 miliar, serta Sultan Iskandarmuda Aceh sekitar Rp15,341 miliar.

"Kerugian ini juga disebabkan oleh beban pegawai, yaitu peningkatan kebutuhan dan kesejahteraan karyawan," imbuhnya.

Selain itu, lanjutnya, kerugian juga akibat beban pemeliharaan, penyusutan dan amortisasi yang meningkat sejalan dengan peningkatan investasi dan memastikan aspek keselamatan, keamanan, layanan dan kepatuhan.

Kemudian juga akibat beban di luar usaha yang didominasi oleh beban selisih kurs akibat fluktuasi dolar dan optimalisasi dana ke dalam deposito dan obligasi, yang membuat peningkatan atas beban pajak bunga.

Sementara tujuh bandara yang membukukan keuntungan, yakni Soekarno-Hatta Cengkareng sebesar Rp1,652 triliun, Polonia Medan Rp60,754 miliar, ST Syarif Kasim II Pekanbaru Rp21,750 miliar, Supadio Pontianak Rp9,527 miliar, Husein Sastranegara Bandung Rp7,703 miliar, Depati Amir Pangkal Pinang Rp34 miliar, dan Sultan Thaha Jambi Rp271 miliar.

"Dalam kurun lima tahun terakhir, kas dan setara kas perusahaan terus membaik, yaitu rata-rata mencatat pertumbuhan 20 persen. Hal ini menunjukkan tingkat likuiditas perusahaan yang terus meningkat," ungkapnya.

Dengan meningkatnya laba tujuh perusahaan pada kurun waktu lima tahun terakhir, katanya, maka jumlah cadangan umum perusahaan juga cenderung meningkat.

(KR-SSB)