Jakarta (ANTARA) - PT Bank Raya Indonesia Tbk (Persero), dalam rapat umum pemegang saham tahunan (RUPST), melaporkan telah membukukan rugi bersih sebesar Rp3,05 triliun sepanjang 2021 akibat kenaikan cadangan kerugian penurunan nilai (CKPN) yang cukup signifikan.
Dalam keterangan resmi yang diterima di Jakarta, Jumat, Bank Raya menjelaskan CKPN ditingkatkan untuk mendukung transformasi yang dijalankan perseroan, khususnya dalam peralihan dari bisnis legacy menjadi bank digital.
Bank Raya juga tengah melakukan pengelolaan terhadap kredit tidak lancar yang berasal dari bisnis legacy.
Transformasi bisnis Bank Raya dari bisnis legacy menuju pengembangan bisnis kredit digital telah menyumbangkan pertumbuhan pada penyaluran kredit digital melalui aplikasi PINANG (Pinjaman Tenang), yang mencapai Rp488 miliar pada akhir 2021 atau naik sebesar enam kali lipat dibandingkan periode sebelumnya.
Hal ini memperlihatkan komitmen Bank Raya untuk dapat terus memperluas akses penyaluran kredit yang merata di Indonesia.
Secara keseluruhan, Bank Raya mencatatkan penyaluran kredit yang diberikan sebesar Rp11,61 triliun, menurun 40,45 persen dibandingkan tahun sebelumnya (year-on-year/yoy) karena perubahan portofolio bisnis dari bisnis menengah ke bisnis digital.
Selain itu, Bank Raya mencatatkan dana pihak ketiga (DPK) sebesar Rp13,50 triliun atau turun sebesar 41,31 persen (yoy), yang mencerminkan kebijakan penurunan suku bunga simpanan yang diambil perseroan karena adanya penyesuaian kebutuhan dana akibat perubahan fokus bisnis.
Dari sisi biaya bunga, perseroan berhasil menjalankan bisnisnya dengan biaya bunga yang lebih efisien, sehingga terdapat penurunan beban bunga yang cukup signifikan pada akhir 2021, yaitu sebesar 40,80 persen (yoy) menjadi Rp773,62 miliar.
Penurunan ini diiringi dengan kegiatan operasional yang dapat dijalankan secara efisien, sehingga tanpa memperhitungkan CKPN atas aset, Bank Raya membukukan laba operasional sebelum pencadangan sebesar Rp582 miliar atau naik 53,18 persen (yoy).
Beberapa rasio lain yang memperlihatkan solidnya pertumbuhan bisnis perseroan adalah rasio margin bunga bersih (Net Interest Margin/NIM) dan rasio kewajiban penyediaan modal minimum (KPMM/CAR) yang berhasil dijaga sesuai target Rencana Bisnis Bank, yaitu masing-masing sebesar 3,87 persen dan 20,24 persen. Dalam RUPST, perseroan juga telah melaksanakan aksi korporasi dalam bentuk penambahan modal dengan hak memesan efek terlebih dahulu (PMHMETD) dalam rangka memperkuat permodalan Bank Raya untuk memenuhi ketentuan regulator dalam pemenuhan modal inti minimal Rp2 triliun pada akhir tahun 2021.
Melalui PMHMETD tersebut, pemegang saham telah menyerap secara optimal saham baru yang diterbitkan sebanyak 1.054.545.185 lembar saham dengan harga pelaksanaan Rp1.100 per lembar saham, sehingga perseroan menghimpun dana Rp1,16 triliun yang akan digunakan untuk modal kerja dalam penyaluran kredit digital.
RUPST juga menyetujui pengangkatan anggota Dewan Komisaris dan Direksi baru, yakni Rudhy Sidharta sebagai Komisaris Utama, Akhmad Fazri sebagai Direktur Keuangan, dan Dedy Hendrianto sebagai Direktur Retail Agri dan Pendanaan.
Ketiganya akan efektif menjabat setelah penilaian kemampuan dan kepatutan disetujui oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK).
Baca juga: Wamen BUMN: Bank Raya akan didorong berkolaborasi dengan fintech
Baca juga: BRI Agro catat laba bersih Rp26 miliar sepanjang semester I 2021
Baca juga: BRI Agro resmi mengubah nama menjadi Bank Raya
Bank Raya bukukan rugi bersih Rp3,05 triliun sepanjang 2021
1 April 2022 10:53 WIB
Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) Bank Raya di Jakarta, Kamis (31/3/2022). ANTARA/HO-Bank Raya
Pewarta: Agatha Olivia Victoria
Editor: Kelik Dewanto
Copyright © ANTARA 2022
Tags: