Tokyo (ANTARA) - Jepang tidak terlalu mendukung pelemahan yen, yang mencerminkan memburuknya fundamental ekonomi dan defisit perdagangan, kata mantan diplomat mata uang utama negara itu, Mitsuhiro Furusawa.
Tapi kebijakan moneter bukanlah alat yang tepat untuk mengekang penurunan yen, kata Furusawa, menepis spekulasi bahwa penurunan yen baru-baru ini mungkin mendorong bank sentral untuk menaikkan suku bunga.
"Tidak baik jika nilai mata uang suatu negara terus merosot," kata Furusawa kepada Reuters pada Kamis (31/3/2022), menggambarkan tren yen yang lemah mencerminkan daya saing Jepang yang memudar.
"Menanggapi yen yang lemah dengan kebijakan moneter tidak tepat," katanya, menambahkan bahwa bank sentral Jepang (BOJ) akan mempertahankan suku bunga sangat rendah untuk memastikan inflasi secara berkelanjutan mencapai target 2,0 persen.
Furusawa mengawasi kebijakan mata uang Jepang pada 2013-2014, ketika stimulus "bazooka" Gubernur BOJ Haruhiko Kuroda menekan yen dan mendorong saham. Pernyataannya menunjukkan perubahan dalam cara pembuat kebijakan Tokyo melihat yen yang lemah - yang pernah disambut baik sebagai dorongan ekonomi Jepang yang bergantung pada ekspor.
Nilai tukar yen yang nyata dan efektif - sebuah indikator yang menangkap daya saing internasional suatu mata uang - telah turun kurang dari setengah level puncak 150 yang dicapai pada tahun 1995.
Mata uang Jepang telah kehilangan sekitar 8,0 persen terhadap dolar pada Maret, turun ke level terendah enam tahun di bawah 125 pada Senin (28/3/2022).
Beberapa pelaku pasar melihat 125 yen terhadap dolar sebagai level yang meningkatkan kewaspadaan di kalangan otoritas Jepang, karena penurunan sebelumnya ke level tersebut memicu peringatan verbal oleh Kuroda dari BOJ.
Tapi Furusawa mengatakan kecepatan pergerakan yen, daripada tingkat mata uang, lebih penting bagi pembuat kebijakan dalam memutuskan apakah akan melakukan intervensi di pasar.
Lonjakan dolar menjadi 125 yen pada Senin (28/3/2022) adalah "cukup besar," itulah sebabnya diplomat mata uang petahana Masato Kanda meningkatkan peringatannya pada hari berikutnya, kata Furusawa.
"Tidak ada artinya untuk menetapkan batas tertentu untuk tingkat mata uang," kata Furusawa, yang mempertahankan kontak dekat dengan pembuat kebijakan luar negeri dan Jepang.
Setelah bertugas di menteri keuangan Jepang, Furusawa menjabat sebagai wakil direktur pelaksana Dana Moneter Internasional hingga tahun 2021. Saat ini ia adalah presiden Institute for Global Financial Affairs di megabank Jepang SMBC.
Mantan diplomat mata uang Furusawa: Jepang tidak dukung yen yang lemah
1 April 2022 08:58 WIB
Arsip foto - Uang kertas yen Jepang terlihat dalam foto ilustrasi ini yang diambil 1 Juni 2017. ANTARA/REUTERS/Thomas White.
Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Adi Lazuardi
Copyright © ANTARA 2022
Tags: