Jakarta (ANTARA) - Wakil Gubernur DKI Jakarta Ahmad Riza Patria mengakui bahwa ada kemungkinan Jakarta kembali macet karena adanya banyaknya pelonggaran terkait terkendalinya pandemi COVID-19 di Ibu Kota.

"Dan ini bisa menjadi salah satu penyebab kualitas udara di Jakarta masuk ke dalam kategori terburuk ke-4 di dunia per Kamis ini," katanya ditemui di Balai Kota Jakarta, Kamis malam.

Meski demikian, Riza menyebutkan bahwa pihaknya akan melakukan pengecekan data untuk mengetahui penyebab pastinya mengapa kualitas udara di Jakarta menjadi buruk, juga seperti apakah keabsahan data tersebut.

"Nanti kita cek sesungguhnya, apa data tersebut bisa diyakini kebenarannya. Kita akan cek ya," ucap Riza.

Berdasarkan laman web IQAir, Kamis, pada pukul 13.28 WIB, indeks kualitas udara (air quality index/AQI) di Jakarta berada di level 166 AQI US.

Baca juga: DKI sebut hari tidak sehat berkurang berkat uji emisi pada 2020

"Indeks AQI langsung tidak sehat," demikian keterangan di situs IQAir.

Konsentrasi PM 2,5 di udara Jakarta Kamis ini 17 kali di atas panduan udara tahunan WHO.

Sedangkan berdasarkan situs BMKG, PM 2,5 adalah partikel udara yang berukuran lebih kecil dari 2,5 mikron (mikrometer).

"Konsentrasi PM 2,5 di udara Jakarta saat ini 17 kali di atas nilai panduan kualitas udara tahunan WHO," katanya.

Sementara itu, IQAir melaporkan cuaca di Jakarta Kamis ini berkabut, dengan suhu 32 derajat celsius. Kelembapan 58 persen, kecepatan angin 14,8 kilometer per jam dan tekanan udara 1.009 mb.

Baca juga: Kualitas udara Jakarta membaik secara signifikan

Sementara itu, berdasarkan peringkat dunia, kualitas udara Jakarta ada pada posisi terburuk keempat Kamis ini, dengan rincian lima teratas sebagai berikut:

1. Delhi, India 191
2. Karachi, Pakistan 174
3. Lahore, Pakistan 168
4. Jakarta, Indonesia 166
5. Wuhan, China 163