Jakarta (ANTARA) - Perusahaan penyedia solusi daya Mitsubishi Power mengajukan proposal kepada pemerintah Indonesia terkait penerapan teknologi co-firing biomassa untuk pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) guna meningkatkan proporsi energi baru terbarukan dalam bauran energi nasional.

"Biomassa adalah sumber bahan bakar rendah karbon dan terbarukan. Sebagai sumber daya terbarukan yang berharga di Indonesia, ini berpotensi dapat menggerakkan transisi energi negara dalam waktu dekat," kata Presiden Mitsubishi Power Indonesia Kazuki Ishikura dalam keterangan yang dikutip di Jakarta, Kamis.

Kazuki menjelaskan bahwa usulan tersebut merupakan hasil pembahasan yang dilakukan sejak penandatanganan nota kesepahaman oleh tim kolaborasi industri-akademisi pada September 2020.

Tim tersebut terdiri dari Mitsubishi Power, penyedia listrik milik negara PT PLN (Persero), dua anak usaha PLN (PT Indonesia Power dan PT Pembangkitan Jawa-Bali), dan Institut Teknologi Bandung.

Pemerintah Indonesia kini menerapkan kebijakan energi yang bertujuan untuk meningkatkan proporsi energi baru terbarukan dalam bauran energi nasional menjadi 23 persen pada 2025, sebagai bagian dari tujuannya untuk mencapai netralitas karbon pada 2060.

Untuk mendukung kebijakan ini, jelas Kazuki, proposal yang dipaparkan menyatakan bahwa mempromosikan co-firing biomassa di Indonesia di mana PLTU menyumbang persentase yang tinggi dalam bauran energi dan menjadi pilihan jangka pendek yang optimal untuk mewujudkan tujuan tersebut.

Tak hanya itu, proposal juga menguraikan inisiatif yang diperlukan dan tantangan yang perlu ditangani dalam mempromosikan penggunaan co-firing biomassa.

Dalam merumuskan proposal tersebut, lima penandatangan nota kesepahaman berkolaborasi dalam memilih komponen bahan bakar biomassa yang sesuai, menentukan ruang lingkup peningkatan fasilitas yang diperlukan, dan melakukan evaluasi pada aspek ekonomi.

Proposal tersebut mengintegrasikan keahlian Grup PLN dalam mengoperasikan berbagai PLTU di Indonesia dan teknologi co-firing biomassa milik Mitsubishi Power, dan mencerminkan analisis kebijakan lokal serta riset pasar bahan bakar biomassa yang dilakukan di Indonesia di bawah kepemimpinan Institut Teknologi Bandung.

"Mitsubishi Power merasa terhormat dapat berkolaborasi dengan Grup PLN dan ITB dalam membuat proposal kebijakan ini seiring kami mengeksplorasi solusi dekarbonisasi inovatif yang dapat mendukung Indonesia dalam mewujudkan masa depan energi yang lebih berkelanjutan dan aman," jelas Kazuki.

Lebih lanjut ia menyampaikan bahwa proposal itu mengusulkan pemanfaatan komponen pelet kayu dan biomassa potensial mengingat bahan baku ini tersedia dalam jumlah besar dan dapat diperoleh secara stabil dengan biaya yang murah di Indonesia.

Selain potensi pengadaan yang stabil, komponen bahan bakar juga diusulkan berdasarkan kesesuaian untuk digunakan pada fasilitas pembangkit yang sudah ada dan pertimbangan pada aspek ekonomi, termasuk sebuah studi rantai pasok juga dilakukan.

Terdapat dua pembangkit yang dipertimbangkan sebagai usulan peningkatan fasilitas, yakni pembangkit listrik Paiton Unit 1 di Jawa Timur dan pembangkit listrik Suralaya Unit 2. Usulan kebijakan untuk mempromosikan penggunaan co-firing biomassa di Indonesia ini disampaikan setelah studi dilakukan pada kedua fasilitas tersebut.

Berdasarkan proposal yang disajikan, Mitsubishi Power akan melakukan pengujian kemampuan giling dan kemudahan untuk terbakar di Pusat Penelitian & Inovasi MHI (Nagasaki) pada bahan bakar biomassa yang dilihat cukup menjanjikan dari segi volume dan komposisi.

Mitsubishi Power akan terus mendukung penerapan co-firing biomassa seraya memastikan penggunaan sumber daya hutan Indonesia yang melimpah dan residu pertanian yang berlebih secara berkelanjutan. Ke depan, Mitsubishi Power akan terus bekerja sama erat dengan pemerintah Indonesia dan Jepang, Grup PLN, dan ITB untuk mendukung Indonesia dalam mencapai tujuan dekarbonisasi.

Baca juga: PLN kejar target uji coba "co-firing" PLTU biomassa
Baca juga: Perhutani suplai serbuk kayu ke pembangkit listrik tenaga uap di Jawa
Baca juga: PLN hanya bangun pembangkit EBT setelah program 35.000 MW selesai