BRIN dan Universitas Padjajaran teliti terapi fotodinamik kanker paru
30 Maret 2022 22:12 WIB
Logo baru Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) yang diluncurkan pada peringatan Hari Kebangkitan Teknologi Nasional (Hakteknas) ke-26, pada Selasa (10/8/2021). ANTARA/HO-Humas BRIN/am.
Jakarta (ANTARA) - Pusat Riset dan Teknologi Nuklir Terapan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) bersama Laboratorium Sentral Universitas Padjajaran meneliti terapi kanker paru menggunakan nanopartikel hidroksiapatit-zirkonium (Zr Dopped HAp) berbasis bahan lokal Indonesia untuk terapi fotodinamik kanker paru.
"Kami berharap agar dapat berkontribusi dalam penanggulangan penyakit kanker khususnya kanker paru-paru di Indonesia," kata ketua periset penelitian Pusat Riset dan Teknologi Nuklir Terapan BRIN Dani Gustaman dalam keterangan tertulis yang diterima ANTARA di Jakarta, Rabu.
Hidroksiapatit (HAp) dapat disintesis dari tulang sapi sedangkan zirkonium disintesis dari pasir zircon. Tulang sapi digunakan karena banyaknya limbah tulang sapi yang bisa dimanfaatkan sebagai sumber hidroksiapatit yang merupakan salah satu penyusun tulang.
"Sedangkan untuk bahan zircon, kami memanfaatkan kelimpahan pasir zirkon di Indonesia," ujarnya.
Baca juga: Peneliti BRIN: Keberagaman jadi tantangan besar sentralitas ASEAN
Dani menuturkan terapi fotodinamik (photodynamic therapy) menggunakan senyawa sensitif cahaya (photosensitizer) merupakan salah satu teknik yang menjanjikan dan mulai dikembangkan untuk terapi kanker paru.
Photosensitizer akan terakumulasi pada kanker paru, dan jika terkena sinar gamma maupun sinar-x yang dapat berasal dari mesin linear accelerator (Linac) maka akan membangkitkan reactive oxygen species yang diharapkan mampu menghancurkan sel kanker dengan efektif.
Nanopartikel HAp-Zr yang berhasil disintesis dengan ukuran tertentu diuji ke sel kanker paru, dan hasilnya menunjukkan adanya potensi toksisitas terhadap sel kanker paru dengan akumulasi yang tinggi di sel kanker paru daripada sel paru-paru normal.
Tim periset telah melakukan pengujian ke hewan normal, dan hasilnya menunjukkan adanya akumulasi pada organ paru-paru, limpa dan hati, sehingga dapat disimpulkan bahwa sediaan nano HAp-Zr berpotensi untuk menjadi kandidat photosensitizer untuk terapi kanker paru.
Penelitian tersebut berjangka tiga tahun, di mana target tahun kedua adalah untuk melihat keamanan dan distribusi organ pada hewan normal atau hewan yang belum memiliki sel kanker.
Sedangkan pada tahun ketiga, ditargetkan untuk melakukan pengujian nanopartikel Hap-Zr pada hewan model kanker paru.
***3***
Baca juga: BRIN dukung daerah perbatasan agar tidak tertinggal dari negara jiran Baca juga: BRIN identifikasi dua spesies burung baru di Kalimantan Tenggara
"Kami berharap agar dapat berkontribusi dalam penanggulangan penyakit kanker khususnya kanker paru-paru di Indonesia," kata ketua periset penelitian Pusat Riset dan Teknologi Nuklir Terapan BRIN Dani Gustaman dalam keterangan tertulis yang diterima ANTARA di Jakarta, Rabu.
Hidroksiapatit (HAp) dapat disintesis dari tulang sapi sedangkan zirkonium disintesis dari pasir zircon. Tulang sapi digunakan karena banyaknya limbah tulang sapi yang bisa dimanfaatkan sebagai sumber hidroksiapatit yang merupakan salah satu penyusun tulang.
"Sedangkan untuk bahan zircon, kami memanfaatkan kelimpahan pasir zirkon di Indonesia," ujarnya.
Baca juga: Peneliti BRIN: Keberagaman jadi tantangan besar sentralitas ASEAN
Dani menuturkan terapi fotodinamik (photodynamic therapy) menggunakan senyawa sensitif cahaya (photosensitizer) merupakan salah satu teknik yang menjanjikan dan mulai dikembangkan untuk terapi kanker paru.
Photosensitizer akan terakumulasi pada kanker paru, dan jika terkena sinar gamma maupun sinar-x yang dapat berasal dari mesin linear accelerator (Linac) maka akan membangkitkan reactive oxygen species yang diharapkan mampu menghancurkan sel kanker dengan efektif.
Nanopartikel HAp-Zr yang berhasil disintesis dengan ukuran tertentu diuji ke sel kanker paru, dan hasilnya menunjukkan adanya potensi toksisitas terhadap sel kanker paru dengan akumulasi yang tinggi di sel kanker paru daripada sel paru-paru normal.
Tim periset telah melakukan pengujian ke hewan normal, dan hasilnya menunjukkan adanya akumulasi pada organ paru-paru, limpa dan hati, sehingga dapat disimpulkan bahwa sediaan nano HAp-Zr berpotensi untuk menjadi kandidat photosensitizer untuk terapi kanker paru.
Penelitian tersebut berjangka tiga tahun, di mana target tahun kedua adalah untuk melihat keamanan dan distribusi organ pada hewan normal atau hewan yang belum memiliki sel kanker.
Sedangkan pada tahun ketiga, ditargetkan untuk melakukan pengujian nanopartikel Hap-Zr pada hewan model kanker paru.
***3***
Baca juga: BRIN dukung daerah perbatasan agar tidak tertinggal dari negara jiran Baca juga: BRIN identifikasi dua spesies burung baru di Kalimantan Tenggara
Pewarta: Martha Herlinawati Simanjuntak
Editor: Triono Subagyo
Copyright © ANTARA 2022
Tags: