Jakarta (ANTARA) - Jaket tudung (hoodie) dengan karakter China yang menarik, mantel dengan motif loreng harimau, sepatu yang menampilkan pola bunga tradisional, dan pakaian olahraga buatan dalam negeri menjadi tren terbaru di kalangan generasi muda China seiring mereka mulai beralih dari merek internasional ke merek lokal.

Tren mode China atau juga dikenal sebagai "guochao" ini didukung oleh industri dan pasar pakaian atletik China yang berkembang pesat, yang sebagian didorong oleh Olimpiade Musim Dingin Beijing 2022, dan muncul sebagai kekuatan pendorong baru bagi pertumbuhan ekonomi China.

ANTA Sports, merek pakaian olahraga China, merilis angka kinerjanya pada 22 Maret yang menyebutkan pendapatan perusahaan tersebut pada 2021 mencapai 49,3 miliar yuan (1 yuan = Rp2.249), meningkat 38,9 persen secara tahunan (year on year).

Menurut Euromonitor, sebuah perusahaan riset pasar global, ANTA Sports memegang 16,2 persen pangsa pasar sepatu dan pakaian olahraga China pada 2021, melampaui Adidas dengan pangsa pasar 14,8 persen dan kian mendekati Nike yang memegang pangsa pasar terbesar di China, yakni 25,2 persen.

Dengan kian diminatinya merek-merek domestik, perusahaan-perusahaan tersebut dihadapkan dengan tuntutan yang lebih besar. "Kami akan terus mendorong inovasi teknologi dalam olahraga performa dan memberikan pengalaman produk terbaik bagi para konsumen dengan daya beli yang berbeda-beda," ujar Wu Yonghua, direktur eksekutif ANTA Sports.
Anta memiliki portofolio merek antara lain ANTA, FILA, DESCENTE, SPRANDI, KINGKOW, dan KOLON SPORT. (Xinhua


Pelaku pasar lain seperti Li-Ning dan XTEP juga tidak bisa diabaikan. XTEP tidak menyerah di bawah tekanan yang kian meningkat pada ekonomi China yang diperparah oleh merebaknya wabah COVID-19. Sebaliknya, pendapatan perusahaan tersebut meningkat dua kali lipat dibandingkan 2017, melampaui angka 10 miliar yuan untuk pertama kalinya pada 2021.

Shuhua Sports, pemasok peralatan kebugaran resmi untuk Olimpiade Musim Dingin Beijing, baru-baru ini merilis rencana strategis 2030, bertekad mencapai omzet penjualan 10 miliar yuan pada tahun tersebut.

"Dunia melihat berbagai merek China melalui Beijing 2022, seiring dengan lebih banyak merek dan produk domestik diakui di seluruh dunia," kata Zhang Weijian, CEO Shuhua Sports.

Kian tenarnya merek domestik berkontribusi pada prospek industri pakaian olahraga China yang cerah dalam jangka panjang.

"Pertumbuhan berkelanjutan merek-merek domestik akan lebih lanjut meningkatkan rantai pasokan hulu dan hilir, sehingga memacu kemajuan ekonomi dan sosial kawasan," kata Zhang Qing, pendiri Key-Solution, konsultan olahraga.

Mungkin dalam satu dekade mendatang, pusat pakaian olahraga dengan pengaruh global akan muncul di China tenggara, yang menjadi basis banyak pembuat pakaian olahraga, tambah Zhang.