Jakarta (ANTARA) - Asosiasi Inventor Indonesia (AII) menjembatani dan mempertemukan inventor inovasi sawit dan calon investor sehingga hasil riset dan inovasi dapat dikomersialisasikan dan digunakan untuk memajukan industri sawit di Tanah Air serta tidak berakhir di lembah kematian.

"Fungsi organisasi ini untuk menjadi mediasi atau jembatan antara inventor dan investor agar inventor itu mampu menyeberangi lembah kematian untuk TRL (Tingkat Kesiapterapan Teknologi) 7 menyeberang ke-8 dan ke-9," kata Ketua Umum AII Didiek Hadjar Goenadi dalam Webinar Penguatan Industri Kelapa Sawit Berbasis Teknologi Baru Hasil Riset di Jakarta, Rabu.

Didiek menuturkan di tahap TRL 7, biasanya inventor berhenti karena tidak mampu atau tidak memperoleh dukungan dana untuk bisa meningkatkan hasil riset dan inovasinya ke tingkat berikutnya yakni, TRL 8 dan TRL 9, yang sebenarnya ada di tahapan industri.

Oleh karenanya, inventor membutuhkan investor atau industri untuk berinvestasi dalam rangka meningkatkan TRL dari hasil riset dan inovasi tersebut.

Di sisi lain, industri melihat bahwa TRL 7 masih mengandung risiko besar untuk langsung bisa dikomersialisasikan sehingga mereka tidak mau terburu-buru berinvestasi pada tahap itu.

"Di sinilah peran AII untuk mendorong bagaimana TRL 7 itu bisa diarahkan ke-8 dengan mempertemukan inventor dan investor," tuturnya.

Baca juga: AII dukung penguatan industri kelapa sawit berbasis teknologi baru

Baca juga: Kemenristek dukung inovasi biofuel berbahan minyak sawit


Menurut Didiek, invensi-invensi yang mengarah pada peningkatan produktivitas industri kelapa sawit dan produk turunannya dan pengembangan industri sawit yang berkelanjutan dan ramah lingkungan akan sangat dibutuhkan dalam memajukan industri sawit Indonesia.

Ia mengatakan upaya mengembangkan dan memajukan industri kelapa sawit di dalam negeri dan di kancah global membutuhkan sinergi dan kolaborasi para pemangku kepentingan khususnya BPDPKS dan industri untuk bisa meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran masyarakat Indonesia.

AII memfasilitasi 13 inventor periset Grand Riset Sawit untuk hilirisasi hasil penelitian, yang didanai BPDPKS, mulai dari plastik dari limbah sawit, limbah kelapa sawit menjadi material nano crystal, bioenergi hingga busa pemadam kebakaran dari minyak sawit.

Hasil riset dan inovasi tersebut sudah sampai TRL 7, yang berarti siap dikomersialisasi, tetapi belum sampai produk jadi.

Selanjutnya, AII akan mempertemukan masing-masing inventor dan calon investor potensial yang berminat untuk berdiskusi bersama secara lebih spesifik dan teknis dalam rangka menindaklanjuti kerja sama yang mungkin bisa dijalin antara inventor dengan perusahaan yang berminat dengan teknologi itu.

Tingkat Kesiapterapan Teknologi atau Technology Readiness Level (TRL) adalah tingkat kondisi kematangan atau kesiapterapan suatu hasil penelitian dan pengembangan teknologi tertentu yang diukur secara sistematis dengan tujuan untuk dapat diadopsi oleh pengguna, baik oleh pemerintah, industri maupun masyarakat.

TRL merupakan ukuran yang menunjukkan tahapan atau tingkat kematangan atau kesiapan teknologi pada skala 1–9, yang mana antara satu tingkat dengan tingkat yang lain saling terkait dan menjadi landasan bagi tingkatan berikutnya.

Pada TRL 7, dilakukan demonstrasi prototipe sistem dalam lingkungan atau aplikasi sebenarnya. Pada TRL 8, sistem telah lengkap dan memenuhi syarat melalui pengujian dan demonstrasi dalam lingkungan atau aplikasi sebenarnya. Sedangkan pada TRL 9, sistem benar-benar teruji atau terbukti melalui keberhasilan pengoperasian.

Baca juga: Inovasi mahasiswa IPB raih juara satu kompetisi riset dan teknologi

Baca juga: Kadin: inovasi pembiayaan dibutuhkan petani kelapa sawit