PwC: Aspek ESG perlu dipersiapkan dalam perjalanan menuju IPO
29 Maret 2022 22:38 WIB
Ilustrasi seorang pialang berjalan di samping logo Bursa Efek Indonesia (BEI) saat perdagangan saham sesi siang di BEI, Jakarta, Rabu (1/7). ANTARA/Andika Wahyu
Jakarta (ANTARA) - Price Waterhouse Coopers (PwC) Indonesia menilai terdapat banyak hal yang perlu dipersiapkan untuk perjalanan penawaran umum perdana saham (IPO), mulai dari aspek finansial hingga nonfinansial, salah satunya adalah environment, social, and governance (ESG).
"Saat ini investor dan pemangku kepentingan mulai mempertimbangkan untuk membuat cerita ekuitas perusahaan dengan ESG sebagai landasannya," kata Capital Markets Leader PwC Indonesia Jasmin Maranan dalam keterangan resmi di Jakarta, Selasa.
Lebih lanjut, investor ingin berinvestasi dalam bisnis yang dapat memuaskan ekspektasi finansial pemegang saham dan menunjukkan secara kredibel bahwa mereka secara mendasar mengenali dan merespons risiko dan peluang yang ada terkait ESG, terutama seputar perubahan iklim.
Di tengah tantangan tingkat makro saat ini, seperti risiko geopolitik, pandemi, tekanan inflasi, dan volatilitas pasar, lanskap pasar modal di Indonesia secara fundamental tetap kuat.
Ia menuturkan bahwa kekuatan pasar berada di luar kendali perusahaan mana pun. Akan tetapi, ada satu hal yang dapat dilakukan dan dikendalikan oleh calon emiten, yakni memastikan kesiapan perusahaan untuk go public.
Di tengah pemulihan ekonomi yang masih terus berlangsung, PT Bursa Efek Indonesia (BEI) menunjukkan jumlah perusahaan yang mencatatkan saham mencapai angka 778 saham dari total 890 emiten (saham, obligasi, sukuk, dan efek beragun aset), yang menunjukkan masih tingginya kepercayaan pelaku bisnis kepada pasar modal Indonesia.
Pada tahun 2021, BEI memperoleh pencapaian yang menggembirakan dengan menjadi Bursa Efek dengan pencapaian jumlah perusahaan tercatat saham tertinggi selama lima tahun terakhir di antara bursa ASEAN.
Sejak awal tahun 2022 hingga 25 Maret, terdapat 12 perusahaan yang telah tercatat di BEI sebagai emiten baru sehingga pelaku bisnis perlu memahami hal-hal penting yang menjadi pertimbangan dan harus melakukannya dalam mempersiapkan rencana IPO.
Direktur Penilaian Perusahaan BEI I Gede Nyoman Yetna menyebutkan terdapat tiga hal yang boleh dibanggakan dari pasar modal Indonesia, di antaranya yaitu pipeline dan jumlah perusahaan tercatat yang makin bertambah dan terbitnya POJK 22/2021 dan Peraturan Pencatatan I-A baru.
Selain itu, rekor BEI sebagai bursa dengan jumlah pencatatan saham terbanyak dan fundraised terbesar di bursa ASEAN pada 2021 juga patut dibanggakan.
"Kami juga sangat antusias dapat melakukan kerja sama kembali dengan PwC Indonesia dalam membantu memberikan pembagian pendanaan melalui pasar modal, serta memastikan klien PwC Indonesia mendapatkan pengalaman yang baik dalam proses menjadi perusahaan publik," ungkapnya.
Baca juga: Survei: 50 persen usaha di Indonesia permanenkan pola kerja jarak jauh
Baca juga: Pengamat: Indonesia bisa peringkat lima dunia jika fokus
"Saat ini investor dan pemangku kepentingan mulai mempertimbangkan untuk membuat cerita ekuitas perusahaan dengan ESG sebagai landasannya," kata Capital Markets Leader PwC Indonesia Jasmin Maranan dalam keterangan resmi di Jakarta, Selasa.
Lebih lanjut, investor ingin berinvestasi dalam bisnis yang dapat memuaskan ekspektasi finansial pemegang saham dan menunjukkan secara kredibel bahwa mereka secara mendasar mengenali dan merespons risiko dan peluang yang ada terkait ESG, terutama seputar perubahan iklim.
Di tengah tantangan tingkat makro saat ini, seperti risiko geopolitik, pandemi, tekanan inflasi, dan volatilitas pasar, lanskap pasar modal di Indonesia secara fundamental tetap kuat.
Ia menuturkan bahwa kekuatan pasar berada di luar kendali perusahaan mana pun. Akan tetapi, ada satu hal yang dapat dilakukan dan dikendalikan oleh calon emiten, yakni memastikan kesiapan perusahaan untuk go public.
Di tengah pemulihan ekonomi yang masih terus berlangsung, PT Bursa Efek Indonesia (BEI) menunjukkan jumlah perusahaan yang mencatatkan saham mencapai angka 778 saham dari total 890 emiten (saham, obligasi, sukuk, dan efek beragun aset), yang menunjukkan masih tingginya kepercayaan pelaku bisnis kepada pasar modal Indonesia.
Pada tahun 2021, BEI memperoleh pencapaian yang menggembirakan dengan menjadi Bursa Efek dengan pencapaian jumlah perusahaan tercatat saham tertinggi selama lima tahun terakhir di antara bursa ASEAN.
Sejak awal tahun 2022 hingga 25 Maret, terdapat 12 perusahaan yang telah tercatat di BEI sebagai emiten baru sehingga pelaku bisnis perlu memahami hal-hal penting yang menjadi pertimbangan dan harus melakukannya dalam mempersiapkan rencana IPO.
Direktur Penilaian Perusahaan BEI I Gede Nyoman Yetna menyebutkan terdapat tiga hal yang boleh dibanggakan dari pasar modal Indonesia, di antaranya yaitu pipeline dan jumlah perusahaan tercatat yang makin bertambah dan terbitnya POJK 22/2021 dan Peraturan Pencatatan I-A baru.
Selain itu, rekor BEI sebagai bursa dengan jumlah pencatatan saham terbanyak dan fundraised terbesar di bursa ASEAN pada 2021 juga patut dibanggakan.
"Kami juga sangat antusias dapat melakukan kerja sama kembali dengan PwC Indonesia dalam membantu memberikan pembagian pendanaan melalui pasar modal, serta memastikan klien PwC Indonesia mendapatkan pengalaman yang baik dalam proses menjadi perusahaan publik," ungkapnya.
Baca juga: Survei: 50 persen usaha di Indonesia permanenkan pola kerja jarak jauh
Baca juga: Pengamat: Indonesia bisa peringkat lima dunia jika fokus
Pewarta: Agatha Olivia Victoria
Editor: D.Dj. Kliwantoro
Copyright © ANTARA 2022
Tags: