Yogyakarta (ANTARA) - Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin menyatakan penanganan tuberkulosis (TB) membutuh investasi di bidang ilmu pengetahuan demi mengakhiri penyakit menular pada 2030.

"Kita harus berinvestasi dengan lebih cerdas untuk mengalahkan pembunuh penyakit menular terkemuka ini dan untuk mengakhirinya pada tahun 2030," ujar Menkes Budi dalam G20 Side Event Tuberkulosis di Daerah Istimewa Yogyakarta, Selasa.

Ia menyatakan dengan meningkatkan jaringan kolaboratif, dan kemitraan multilateral maka dunia dapat mengembangkan diagnosa, vaksin, terapi, dan sistem surveilans TB yang cukup efektif dan efisien.

Sebagai tuan rumah Presidensi G20, Menkes Budi juga menyampaikan Indonesia mempromosikan penguatan arsitektur kesehatan global dan mengadvokasi layanan TB esensial di mana negara G20 dapat meningkatkan surveilans TB di antara pasien suspek, kontak dekat, dan populasi berisiko tinggi.

Baca juga: G20 berpeluang dongkrak investasi global untuk eliminasi TB

Baca juga: Menkes tekankan pentingnya dukungan global untuk pulihkan kesehatan
"Penemuan kasus berbasis risiko dan proaktif untuk pasien TB klinis dan subklinis adalah sangat penting, dengan mendekatkan alat diagnostik ke masyarakat, termasuk melalui x-ray dan teknologi molekuler," tuturnya.

Kemudian, meningkatkan penggunaan obat regimen yang lebih pendek dan pengobatan pencegahan TB untuk memaksimalkan dampak.

"Regimen baru adalah kesempatan untuk meningkatkan kepatuhan pengobatan, pengobatan yang berpusat pada orang, dan mengurangi efek samping obat," kata Menkes Budi.

Selain itu, berinvestasi secara memadai dan berkelanjutan dalam penelitian dan pengembangan vaksin TB yang lebih baik.

"Kita akan dapat mengakhiri TB pada tahun 2030 jika vaksin yang efektif tersedia pada tahun 2025," ucapnya.

Ia mengharapkan dengan upaya-upaya Indonesia dapat memerangi TB dan mencapai hasil yang diinginkan.

Sementara itu, Director General WHO, Tedros Adhanom Ghebreyesus mengatakan berinvestasi dalam upaya mengakhiri TB bagian dari kesiapsiagaan pandemi di masa depan.

Upaya itu meliputi penerapan dan pembaruan alat-alat, teknologi kecerdasan digital dan buatan, serta paket perawatan komprehensif yang dapat mendukung kesuksesan pengobatan TB.

"Kemajuan dalam kesehatan masyarakat bergantung pada inovasi pembiayaan untuk penelitian TB, setidaknya dapat mendorong penemuan alat baru termasuk vaksin," katanya.*

Baca juga: Luhut pastikan kesiapan Indonesia selenggarakan KTT G20 tahun 2022