Mogadishu (ANTARA News) - Gerilyawan Al-Shabaab Somalia hari Rabu menjanjikan serangan-serangan lebih lanjut setelah pemboman mobil menewaskan lebih dari 70 orang di ibu kota negara itu, Mogadishu, dalam serangan tunggal paling mematikan oleh kelompok tersebut.

"Kami berjanji serangan-serangan terhadap musuh akan dilakukan secara rutin, lebih banyak jumlahnya dan akan meningkat dari hari ke hari," kata juru bicara Al-Shabaab, Ali Mohamud Rage, dalam pernyataan yang disiarkan Rabu oleh radio kelompok itu, Al-Andalus, lapor AFP.

Selasa, seorang penyerang bunuh diri menabrakkan truk berisi bom ke sebuah kantor pemerintah di Mogadishu, yang menimbulkan ledakan besar yang menewaskan puluhan orang dan mencederai lebih dari 100 lain.

Beberapa saksi mengatakan, kehancuran akibat serangan itu merupakan hal terburuk yang pernah mereka lihat sejak Somalia terjeblos ke dalam perang saudara dua dasawarsa lalu.

Pemboman itu juga merupakan serangan pertama sejak gerilyawan tersebut menarik diri dari Mogadishu pada Agustus dalam langkah yang mereka sebut sebagai perubahan taktik militer.

"Serangan itu merupakan pukulan terhadap tentara bayaran yang melayani kepentingan kaum kafir yang berpendapat mereka telah menguasai Mogadishu dan pada mereka yang menganggap Al-Shabaab meninggalkan Mogadishu," kata Rage.

"Serangan itu membuktikan bahwa kami masih berada di Mogadishu dan sangat banyak berada di K4," katanya, menunjuk pada daerah Mogadishu yang menjadi sasaran serangan bom bunuh diri itu.

Rage mengidentifikasi pelaku serangan itu sebagai Bashar Abdulahi Nur, seorang warga kelahiran Mogadishu.

Para pemimpin dunia mengutuk pemboman itu. Menteri Luar Negeri AS Hillary Clinton menyebut Al-Shabaab sebagai kelompok yang tidak mempedulikan sama sekali kehidupan kemanusiaan dan masa depan Somalia, sementara Sekretaris Jendral PBB Ban Ki-moon menyatakan tidak mengerti mengapa warga tidak berdosa menjadi sasaran serangan itu.

Al-Shabaab yang bersekutu dengan Al-Qaida mengobarkan perang selama empat tahun ini dalam upaya menumbangkan pemerintah sementara Somalia dukungan PBB yang hanya menguasai sejumlah wilayah di Mogadishu.

Nama Al-Shabaab mencuat setelah serangan mematikan di Kampala pada Juli 2010.

Para pejabat AS mengatakan, kelompok Al-Shabaab bisa menimbulkan ancaman global yang lebih luas.

Al-Shabaab mengklaim bertanggung jawab atas serangan di Kampala, ibukota Uganda, pada 11 Juli yang menewaskan 79 orang.

Pemboman itu merupakan serangan terburuk di Afrika timur sejak pemboman 1998 terhadap kedutaan besar AS di Nairobi dan Dar es Salaam yang diklaim oleh Al-Qaida.

Washington menyebut Al-Shabaab sebagai sebuah organisasi teroris yang memiliki hubungan dekat dengan jaringan Al-Qaida pimpinan Osama bin Laden.

Milisi garis Al-Shabaab dan sekutunya berusaha menggulingkan pemerintah Presiden Sharif Ahmed ketika mereka meluncurkan ofensif mematikan pada Mei tahun lalu.

Mereka menghadapi perlawanan sengit dari kelompok milisi pro-pemerintah yang menentang pemberlakuan hukum Islam yang ketat di wilayah Somalia tengah dan selatan yang mereka kuasai.

Al-Shabaab dan kelompok gerilya garis keras lain ingin memberlakukan hukum sharia yang ketat di Somalia dan juga telah melakukan eksekusi-eksekusi, pelemparan batu dan amputasi di wilayah selatan dan tengah.

Somalia dilanda pergolakan kekuasaan dan anarkisme sejak panglima-panglima perang menggulingkan diktator militer Mohamed Siad Barre pada 1991. Selain perompakan, penculikan dan kekerasan mematikan juga melanda negara tersebut. (M014)