Solo (ANTARA) - Persaudaraan Pengusaha Travel Umrah dan Haji Indonesia (Perpuhi) berharap pelonggaran aturan dari pemerintah terkait prosedur di masa pandemi COVID-19 membawa angin segar untuk sektor perjalanan umrah.

"Untuk umrah saat ini banyak pelonggaran, salah satunya tidak ada lagi proses karantina di Arab Saudi," kata Ketua Perpuhi Her Suprabu di Solo, Sabtu.

Selain itu, katanya, sesampainya di Indonesia anggota jamaah umrah juga tidak lagi perlu menjalani karantina, namun tetap harus menjalani tes usap terlebih dahulu.

Pihaknya mencatat dari awal tahun hingga saat ini jumlah anggota jamaah umrah yang sudah diberangkatkan oleh Perpuhi di kisaran 2.000 anggota jamaah. Ia memperkirakan kenaikan akan terjadi memasuki Bulan Syawal.

"Kalau menjelang puasa seperti ini turun (permintaan), puncaknya ada di Syawal," katanya.

Sementara itu, dikatakannya, masih terbatasnya jumlah anggota jamaah yang diberangkatkan oleh Perpuhi, salah satunya karena aturan pembatasan satu pintu, yakni melalui Jakarta.

"Harapannya usai haji, yakni di kisaran Agustus-September, penerbangan langsung dari Solo-Mekah, Solo-Madinah bisa mulai lagi. Ini kami sudah berkomunikasi dengan pihak maskapai penerbangan," katanya.

Ia mengatakan penerbangan umrah langsung dari Solo terakhir dilakukan sebelum pandemi COVID-19 terjadi di Indonesia. Pada saat normal, ada dua maskapai yang melayani penerbangan tersebut, yakni Garuda Indonesia dan Lion Air.

"Dulu Garuda Indonesia seminggu empat kali, Lion Air seminggu dua kali. Ini sebelum pandemi, harapannya segera mungkin kembali penerbangan dari Solo," katanya.

Ia mengatakan dampak positifnya bukan hanya jumlah anggota jamaah meningkat, tetapi juga bisa menekan biaya perjalanan sekitar Rp1,5 juta-2 juta/anggota jamaah.

"Jika perjalanan bisa lewat Solo lagi maka biaya umrah otomatis terpotong, dari yang awalnya sekitar Rp25 juta menjadi kurang dari itu," katanya.