Dalam keterangan yang diterima di Jakarta, Sabtu, kegiatan yang dilaksanakan Badan Meteorologi, Klimatologi, Geofisika (BMKG) dan pihak bandara pada Kamis (24/3) lalu, adalah bagian dari rangkaian upaya penguatan mitigasi gempa dan tsunami Kawasan Infrastruktur Kritis di wilayah Bali.
Koordinator Bidang Mitigasi Gempabumi dan Tsunami BMKG Daryono menyampaikan Pulau Bali secara tektonik merupakan wilayah yang diapit oleh dua sumber gempa potensial yang dapat membangkitkan gempa kuat dan memicu tsunami.
"Wilayah Selatan Bali berhadapan dengan sumber gempa tumbukan lempeng yang populer dikenal sebagai zona megathrust, yang mampu memicu gempa dengan skenario terburuk mencapai magnitudo (M) 8,5. Sedangkan di sebelah Utara Bali terdapat sumber gempa sesar aktif yang dikenal sebagai Flores Thrust, yang jalurnya memanjang dari utara Fores hingga Bali dan mampu memicu gempa dengan skenario terburuk mencapai M 7,5." ujar Daryono.
Baca juga: Anggota DPD dukung penambahan alat deteksi dini tsunami di Bali
Baca juga: Bali berdayakan masyarakat adat bangun kesiapsiagaan bencana
Dalam catatan sejarah, wilayah Bali pernah dilanda gempa kuat dan merusak sebanyak 11 kali dan terjadi tsunami sebanyak enam kali.
Khusus untuk wilayah selatan Bali, tsunami pernah terjadi tiga kali yaitu pada 21 Januari 1917 saat terjadi gempa dahsyat “Gejer Bali”, pada 19 Agustus 1977 saat terjadi gempa Sumba M 8,3 dan pada 2 Juni 1994 saat terjadi gempa Banyuwangi M 7,8.
Kepala Balai Besar Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika wilayah III Denpasar Cahyo Nugroho mengungkapkan, pelaksanaan Simulasi Gempa dan Tsunami di Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai Bali salah satunya untuk memastikan kesiapan Bandara Bali.
Dalam menyambut dua perhelatan akbar Pemerintah RI, dimana Provinsi Bali ditetapkan sebagai lokasi penyelenggaraan ajang internasional, Global Platform for Disaster Risk Reduction (GPDRR) ke-7 yang akan diselenggarakan pada bulan Mei 2022 dan pelaksanaan KTT G20 yang akan diselenggarakan pada Oktober 2022.
“BMKG dan Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai Bali berupaya semaksimal mungkin memastikan kesiapan Bandara Bali dalam mengantisipasi dan memitigasi gempa dan tsunami,” ujar Cahyo.
Baca juga: BNPB: Waspadai potensi gempa magnitudo hingga 8,8 di selatan Bali
Dalam catatan sejarah, wilayah Bali pernah dilanda gempa kuat dan merusak sebanyak 11 kali dan terjadi tsunami sebanyak enam kali.
Khusus untuk wilayah selatan Bali, tsunami pernah terjadi tiga kali yaitu pada 21 Januari 1917 saat terjadi gempa dahsyat “Gejer Bali”, pada 19 Agustus 1977 saat terjadi gempa Sumba M 8,3 dan pada 2 Juni 1994 saat terjadi gempa Banyuwangi M 7,8.
Kepala Balai Besar Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika wilayah III Denpasar Cahyo Nugroho mengungkapkan, pelaksanaan Simulasi Gempa dan Tsunami di Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai Bali salah satunya untuk memastikan kesiapan Bandara Bali.
Dalam menyambut dua perhelatan akbar Pemerintah RI, dimana Provinsi Bali ditetapkan sebagai lokasi penyelenggaraan ajang internasional, Global Platform for Disaster Risk Reduction (GPDRR) ke-7 yang akan diselenggarakan pada bulan Mei 2022 dan pelaksanaan KTT G20 yang akan diselenggarakan pada Oktober 2022.
“BMKG dan Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai Bali berupaya semaksimal mungkin memastikan kesiapan Bandara Bali dalam mengantisipasi dan memitigasi gempa dan tsunami,” ujar Cahyo.
Baca juga: BNPB: Waspadai potensi gempa magnitudo hingga 8,8 di selatan Bali
Baca juga: BMKG pasang WRS generasi terbaru di 315 lokasi seluruh Indonesia
Di tempat yang sama, Kepala Unit Pelaksana Teknis (UPT) Stasiun Geofisika Sanglah Denpasar Arief Tyastama menambahkan, dengan mengingat adanya potensi gempa yang dapat membangkitkan tsunami tersebut, upaya-upaya untuk penguatan mitigasi gempa dan tsunami di Provinsi Bali perlu dilakukan pada semua sektor.
"Simulasi Gempa dan Tsunami di Bandara I Gusti Ngurah Rai merupakan salah satu upaya mitigasi kultural untuk sektor infrastruktur kritis, demi menjamin keselamatan penumpang, pegawai dan pengguna jasa bandara, serta untuk mempercepat keberlangsungan operasional bandara apabila mengalami gempa dan tsunami," ujar Arief.
Simulasi Gempa dan Tsunami tersebut melatih pengelola bandara apabila mengalami kondisi darurat gempa berpotensi tsunami dengan magnitudo 8,5 yang bersumber di Selatan Bali. Simulasi tersebut menguji proses kedaruratan dimulai dari respon saat merasakan gempa, menerima informasi gempa dan peringatan dini tsunami dari BMKG, dan proses evakuasi tsunami.
"Melalui simulasi ini kami akan mengevaluasi kembali rencana kedaruratan yang sudah kami buat, dan menguatkan kapasitas seluruh tim Komite Kebencanaan Bandara (Airport Disaster Committee) dalam penanganan gempa dan tsunami." ujar Airport Safety, Risk and Performance management Senior Manager Bandara I Gusti Ngurah Rai, Darji, di akhir acara simulasi.
Baca juga: BMKG: Bali jadi prioritas penguatan sistem peringatan dini tsunami
Baca juga: Cadangan sistem peringatan dini tsunami ditempatkan di BaliDi tempat yang sama, Kepala Unit Pelaksana Teknis (UPT) Stasiun Geofisika Sanglah Denpasar Arief Tyastama menambahkan, dengan mengingat adanya potensi gempa yang dapat membangkitkan tsunami tersebut, upaya-upaya untuk penguatan mitigasi gempa dan tsunami di Provinsi Bali perlu dilakukan pada semua sektor.
"Simulasi Gempa dan Tsunami di Bandara I Gusti Ngurah Rai merupakan salah satu upaya mitigasi kultural untuk sektor infrastruktur kritis, demi menjamin keselamatan penumpang, pegawai dan pengguna jasa bandara, serta untuk mempercepat keberlangsungan operasional bandara apabila mengalami gempa dan tsunami," ujar Arief.
Simulasi Gempa dan Tsunami tersebut melatih pengelola bandara apabila mengalami kondisi darurat gempa berpotensi tsunami dengan magnitudo 8,5 yang bersumber di Selatan Bali. Simulasi tersebut menguji proses kedaruratan dimulai dari respon saat merasakan gempa, menerima informasi gempa dan peringatan dini tsunami dari BMKG, dan proses evakuasi tsunami.
"Melalui simulasi ini kami akan mengevaluasi kembali rencana kedaruratan yang sudah kami buat, dan menguatkan kapasitas seluruh tim Komite Kebencanaan Bandara (Airport Disaster Committee) dalam penanganan gempa dan tsunami." ujar Airport Safety, Risk and Performance management Senior Manager Bandara I Gusti Ngurah Rai, Darji, di akhir acara simulasi.
Baca juga: BMKG: Bali jadi prioritas penguatan sistem peringatan dini tsunami
Baca juga: BNPB harapkan Bali lebih banyak miliki sirene tsunami