Surabaya (ANTARA News) - Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) optimistis Indonesia berhenti melakukan impor bahan bakar minyak (BBM) pada masa mendatang karena banyaknya sumber energi terbarukan pengganti komoditas tersebut di Tanah Air.

"Jika pemerintah perhatian dan siap menyatakan sekarang stop impor BBM, besok (5/10) Indonesia tidak akan tergantung asing untuk sekadar memenuhi permintaan pasar domestik," kata Anggota Pengurus Harian YLKI, Tulus Abadi, ditemui di Surabaya, Selasa.

Menurut dia, keyakinan dihentikannya impor BBM dipicu beragam faktor yang semakin mudah ditemui di penjuru Nusantara misalnya ada sejumlah sumur minyak potensial yang belum tergali optimal di dalam negeri.

"Idealnya dengan mengoptimalkan produksi minyak di dalam negeri hingga melebihi 1,4 juta barel per hari maka impor bisa terhindarkan," ujarnya.

Ada baiknya, saran dia, Indonesia mengeksplorasi sumur baru sehingga dapat meminimkan biaya produksi dan tingginya beban keuangan negara karena upaya mengimpor BBM.

"Selain itu, negeri ini perlu menerapkan eksplorasi sumber energi terbarukan yang potensial di Indonesia di antaranya panas bumi dan pengembangan bio fuel seperti minyak jarak, ubi, serta jagung," katanya.

Panas bumi, tambah dia, cadangan yang dimiliki Indonesia mencapai 40 persen dari keseluruhan potensi energi tersebut di dunia. Bahkan, Amerika Serikat mempunyai ketertarikan memakai panas bumi Indonesia.

"Di sisi lain, kini Amerika Serikat justru menimbun banyak minyak dari negara lain dan berhenti mengeksplorasi minyak," katanya.

Namun, ia optimistis, dengan menerapkan energi terbarukan yaitu dari penggunaan panas bumi maka konsumsi cadangan minyak dalam negeri yang diprediksi antara 10-15 tahun mendatang dapat lebih dihemat.

Terkait impor BBM, "Vice President Corporate Communication" PT Pertamina (Persero), Mochamad Harun, menargetkan, Indonesia siap berhenti impor BBM pada tahun 2017. Saat itu, kapasitas kilang minyak Pertamina mencapai 1,711 juta barel per hari atau melebihi konsumsi pasar nasional.

"Kalau kapasitas kilang kami tahun ini sebesar 1,031 juta barel per hari," katanya.

Mengenai besaran impor BBM, lanjut dia, volumenya mencapai antara 300.000 hingga 350.000 barel. Mayoritas komoditas tersebut didatangkan dari Singapura mengingat negara dengan kepemilikan pelabuhan skala internasional itu mempunyai sejumlah kilang yang sangat memadai.

"Akan tetapi, ketika angka konsumsi nasional pada 2017 tetap tinggi maka salah satu solusinya adalah impor. Namun, kami harap dengan penambahan kapasitas kilang seperti di Cilacap impor dapat dihindarkan," katanya. (ANT-071/S004/Z002)