Jakarta (ANTARA) - Para astronom memetakan dengan akurat terbentuknya dan evolusi Galaksi Bima Sakti pada tahap awal dan pertengahan dengan menggunakan data survei langit.
Data survei tersebut diperoleh dari Large Sky Area Multi-Object Fiber Spectroscopic Telescope (LAMOST) di China dan satelit Gaia milik Badan Antariksa Eropa (European Space Agency/ESA).
Studi yang diterbitkan pada Kamis (24/3) di jurnal Nature sebagai bahasan utama itu melaporkan analisis tentang sekitar 250.000 bintang subraksasa dengan usia yang sangat akurat, mengindikasikan bahwa pembentukan piringan galaksi yang tebal dan sudah tua itu dimulai sekitar 13 miliar tahun yang lalu, hanya 800 juta tahun setelah peristiwa Big Bang.
Xiang Maosheng dan Hans-Walter Rix dari Institut Astronomi Max-Planck menganalisis jutaan spektrum bintang yang diobservasi LAMOST serta lokasi dan pergerakan 1,4 miliar bintang yang disediakan oleh Gaia.
Temuan yang diperoleh menunjukkan bahwa pertumbuhan galaksi Bima Sakti dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu tahap awal mulai dari 13 miliar tahun sampai delapan miliar tahun lalu ketika halo bintang dan piringan tebal terbentuk, dan tahap akhir saat piringan tipis terbentuk.
Sebagian besar bintang di piringan tebal terbentuk sekitar 11 miliar tahun lalu, ketika Gaia Sausage, sisa-sisa dari sebuah galaksi kerdil, bersatu dengan galaksi Bima Sakti, menambahkan sedikitnya delapan globular clusteratau gugus bola beserta bintang, gas, dan material gelap dengan ukuran 50 miliar massa matahari.
Dalam lima hingga enam miliar tahun berikutnya, Bima Sakti mengalami pengayaan elemen kimia secara terus-menerus, pada akhirnya hingga 10 kali lipat, sementara gas pembentuk bintang berhasil tetap tercampur dengan baik, menurut studi tersebut.
Usia, komposisi, dan pergerakan bintang-bintang itu menyoroti proses dinamis yang terjadi dalam pembentukan galaksi kita, menurut para peneliti.
Evolusi Galaksi Bima Sakti terungkap dengan data teleskop China dan Eropa
25 Maret 2022 23:42 WIB
Gambar ini mengilustrasikan evolusi galaksi Bima Sakti. (Ilustrasi oleh peneliti)
Pewarta: Xinhua
Editor: Virna P Setyorini
Copyright © ANTARA 2022
Tags: