Banjir di Thailand tewaskan 224 orang
4 Oktober 2011 14:55 WIB
Dua orang anak bermain di jalan yang terendam banjir di Distrik Sena, provinsi Ayutthaya, sekitar 80km sebelah utara Bangkok, Thailand, Senin (12/9). (FOTO ANTARA/REUTERS/Sukree Sukplang/ox/11.)
Bangkok (ANTARA News) - Banjir terburuk dalam puluhan tahun di Thailand menewaskan 224 orang dan menyebabkan tiga perempat negara itu termasuk bagian dari kota lama Ayutthaya terkena dampaknya, kata para pejabat, Selasa.
Dua bulan banjir menggenangi 58 dari 77 provinsi -- dengan 25 masih terkena dampak yang parah-- dan menghancurkan rumah-rumah atau mata pencarian jutaan orang, kata pemerintah.
"Itu adalah banjir terburuk dalam hal tingkat ketinggian air dan luas daerah genangan dan dampaknya bagi penduduk," kata seorang pejabat di Departemen Pencegahan Bencana dan Mitigasi yang tidak bersedia namanya disebutkan.
Wat Chaiwatthanaram, salah satu dari candi-candi terkenal di Ayutthaya , ditutup untuk para pengunjung setelah tanggul bobol di bekas ibu kota itu, satu daerah tujuan wisata populer utara Bangkok.
"Tingkat ketinggian air di dalam kompleks candi itu kini 1,5 meter," kata Supok Prommanoch, kepala Kantor Kesenian Murni di Ayutthaya, yang terletak di utara ibu kota Bangkok.
(S008)
Dua bulan banjir menggenangi 58 dari 77 provinsi -- dengan 25 masih terkena dampak yang parah-- dan menghancurkan rumah-rumah atau mata pencarian jutaan orang, kata pemerintah.
"Itu adalah banjir terburuk dalam hal tingkat ketinggian air dan luas daerah genangan dan dampaknya bagi penduduk," kata seorang pejabat di Departemen Pencegahan Bencana dan Mitigasi yang tidak bersedia namanya disebutkan.
Wat Chaiwatthanaram, salah satu dari candi-candi terkenal di Ayutthaya , ditutup untuk para pengunjung setelah tanggul bobol di bekas ibu kota itu, satu daerah tujuan wisata populer utara Bangkok.
"Tingkat ketinggian air di dalam kompleks candi itu kini 1,5 meter," kata Supok Prommanoch, kepala Kantor Kesenian Murni di Ayutthaya, yang terletak di utara ibu kota Bangkok.
(S008)
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2011
Tags: