ECB pertimbangkan beli banyak obligasi jika perang hancurkan ekonomi
25 Maret 2022 07:04 WIB
Isabel Schnabel, anggota dewan penasihat ahli ekonomi Jerman menghadiri Kongres Perbankan Eropa Frankfurt (EBC) ke-29 di gedung Opera Lama di Frankfurt, Jerman 22 November 2019. ANTARA/REUTERS/Ralph Orlowski/Foto Dokumen
Frankfurt (ANTARA) - Bank Sentral Eropa (ECB) akan mempertimbangkan untuk memperpanjang program pencetakan uangnya setelah musim panas ini jika ekonomi zona euro jatuh ke dalam "resesi yang dalam" karena konflik di Ukraina, kata anggota dewan ECB Isabel Schnabel, Kamis (24/3/2022).
ECB mengatakan awal bulan ini akan mengakhiri skema stimulus pembelian obligasi musim panas ini dan menaikkan suku bunga untuk pertama kalinya dalam lebih dari satu dekade beberapa waktu setelah itu, karena mengatasi kenaikan inflasi yang tiba-tiba.
Schnabel, yang paling hawkish dari enam anggota dewan yang menjalankan ECB, mengatakan bank sentral telah "membiarkan pintu terbuka" jika situasi memburuk untuk zona euro, yang sangat bergantung pada gas Rusia dan bahan mentah lainnya.
"Jika kita sekarang jatuh ke dalam resesi yang dalam karena krisis Ukraina, kita harus memikirkan kembali itu," katanya kepada sebuah web show Jerman.
"Jika tidak, kami akan mengakhiri pembelian obligasi pada kuartal ketiga dan segera setelah kami melakukannya, kami dapat menaikkan suku bunga kapan saja tergantung pada bagaimana inflasi berkembang."
Gubernur bank sentral Estonia, Madis Mueller, pejabat hawkish lainnya di Dewan Pengatur pembuat kebijakan ECB, mengatakan dalam wawancara dengan Politico bahwa ECB hanya akan memperpanjang Program Pembelian Asetnya jika ada "perubahan dramatis" dalam prospek inflasi.
Rekannya dari Portugal Mario Centeno, seorang yang dovish, memperingatkan "normalisasi kebijakan moneter ECB akan dilakukan secara bertahap dan proporsional pada akhir tahun ini".
ECB telah mengatakan mereka memperkirakan ekonomi zona euro untuk berkembang sebesar 3,7 persen tahun ini dan masih akan tumbuh bahkan jika sanksi yang lebih ketat dikenakan pada Rusia atau pasokan mengering dan pasar keuangan berhenti bekerja.
Bank sentral untuk 19 negara yang berbagi euro itu melihat inflasi di atas atau pada target 2,0 persen tahun ini dan berikutnya dalam skenario apa pun.
Baca juga: Ekuitas Asia menguat, jatuhnya obligasi dorong uang kembali ke saham
Baca juga: Rubel Rusia sedikit lebih tinggi karena pasar incar pembayaran kupon
Baca juga: Pejabat AS: Gagal bayar obligasi persulit Rusia dapat pemberi pinjaman
ECB mengatakan awal bulan ini akan mengakhiri skema stimulus pembelian obligasi musim panas ini dan menaikkan suku bunga untuk pertama kalinya dalam lebih dari satu dekade beberapa waktu setelah itu, karena mengatasi kenaikan inflasi yang tiba-tiba.
Schnabel, yang paling hawkish dari enam anggota dewan yang menjalankan ECB, mengatakan bank sentral telah "membiarkan pintu terbuka" jika situasi memburuk untuk zona euro, yang sangat bergantung pada gas Rusia dan bahan mentah lainnya.
"Jika kita sekarang jatuh ke dalam resesi yang dalam karena krisis Ukraina, kita harus memikirkan kembali itu," katanya kepada sebuah web show Jerman.
"Jika tidak, kami akan mengakhiri pembelian obligasi pada kuartal ketiga dan segera setelah kami melakukannya, kami dapat menaikkan suku bunga kapan saja tergantung pada bagaimana inflasi berkembang."
Gubernur bank sentral Estonia, Madis Mueller, pejabat hawkish lainnya di Dewan Pengatur pembuat kebijakan ECB, mengatakan dalam wawancara dengan Politico bahwa ECB hanya akan memperpanjang Program Pembelian Asetnya jika ada "perubahan dramatis" dalam prospek inflasi.
Rekannya dari Portugal Mario Centeno, seorang yang dovish, memperingatkan "normalisasi kebijakan moneter ECB akan dilakukan secara bertahap dan proporsional pada akhir tahun ini".
ECB telah mengatakan mereka memperkirakan ekonomi zona euro untuk berkembang sebesar 3,7 persen tahun ini dan masih akan tumbuh bahkan jika sanksi yang lebih ketat dikenakan pada Rusia atau pasokan mengering dan pasar keuangan berhenti bekerja.
Bank sentral untuk 19 negara yang berbagi euro itu melihat inflasi di atas atau pada target 2,0 persen tahun ini dan berikutnya dalam skenario apa pun.
Baca juga: Ekuitas Asia menguat, jatuhnya obligasi dorong uang kembali ke saham
Baca juga: Rubel Rusia sedikit lebih tinggi karena pasar incar pembayaran kupon
Baca juga: Pejabat AS: Gagal bayar obligasi persulit Rusia dapat pemberi pinjaman
Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Faisal Yunianto
Copyright © ANTARA 2022
Tags: